Tugas Koneksi Antar Materi Rafi Mariska-Filosofi Pendidikan Indonesia - Kimia dan Pendidikan
News Update
Loading...

Sunday 11 February 2024

Tugas Koneksi Antar Materi Rafi Mariska-Filosofi Pendidikan Indonesia

 Kesimpulan dan Penjelasan untuk menguatkan pemahaman Anda tentang materi Perjalanan Pendidikan Nasional


Refleksi dari pengetahuan dan pengalaman baru yang Anda peroleh dalam materi ini dan perubahan diri yang yang Andal alami dan akan Anda praktekan di sekolah dan kelas Anda

Mata kuliah Filosofi Pendidikan Indonesia (FPI) mengajari saya sebagai calon guru profesional untuk dapat mengupgrade skill agar dapat membantu melepaskan diri dari "Belenggu" pada Pendidikan Indonesia dalam upaya untuk mewujudkan pendidikan yang dapat memerdekakan peserta didik. Salah satu langkah awal yang ditawarkan melalui pembelajaran pada topik 1 ialah dengan cara melaksanakan pendidikan yang berpusat pada peserta didik serta berfokus pada kebutuhannya. Selain itu, guru juga perlu menerapkan pembelajaran yang berdiferensiasi dengan cara mendesain pembelajaran di kelasnya dengan mempertimbangkan gaya belajar peserta didik (audio, visual atau kinestatis). Maksud pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara itu adalah untuk menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia ataupun sebagai masyarakat (Video LU 1 - 1. Mengenali Diri dan Perannya Sebagai Pendidik). Pendidik itu hanya dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat anak-anak agar dapat memperbaiki lakunya (bukannya dasarnya). Pendidik itu ibarat petani yang hanya dapat mengusahakan kondisi yang terbaik agar padi dapat tumbuh kembang sesuai kodratnya (dengan cara memperbaiki kondisi tanah, merawat, memberi pupuk dan air yang cukup, membasmi hama, mengatur suhu dan kondisi tumbuh kembangnya tanaman dan sebagainya), tetapi petani tidak mungkin dapat mengubah padi menjadi jagung atau sebaliknya. (Video LU 2 - 1. Mendidik Menyeluruh). Sesuatu yang menghambat tumbuh kembang anak itu lah yang disebut dengan istilah belenggu dalam konteks pendidikan.



Sebagai calon guru profesional, ada banyak praktik-praktik pendidikan yang belum dapat memerdekakan peserta didik yang cenderung berdampak buruk terhadap tumbuh kembangnya peserta didik, diantaranya yaitu:
  • Pendekatan kurikulum yang terlalu terpusat pada penguasaan materi dan ujian standar dan terlalu kaku, sehingga membatasi kebebasan peserta didik dan kreativitas peserta didik untuk mengeksplorasi minat dan bakat.
  • Metode pembelajaran yang tidak interaktif, misalnya dengan selalu menerapkan metode ceramah ketika proses belajar mengajar berlangsung dan menggunakan sistem pembelajaran yang berpusat pada guru. Pembelajaran berpusat pada guru akan menghalangi peserta didik bersifat aktif dan kritis.
  • Penilaian tidak holistik, artinya penilaian hanya berfokus pada tes tertulis dan angka-angka, mengabaikan keterampilan sosial, kreativitas dan kemampuan dalam memecahkan masalah.

Oleh karena begitu besarnya dampak negatif yang ditimbulkan dari praktik-praktik pendidikan yang belum memerdekakan peserta didik seperti membatasi kebebasan peserta didik dan kreativitasnya untuk mengekpolarasi minat bakatnya serta menghalangi peserta didik untuk bersifat aktif dan kritis serta dengan mengabaikan keterampilan sosial, kreativitas dan kemampuan dalam memecahkan masalah. Belenggu-belenggu ini lah yang membuat sistem pendidikan Indonesia tidak sesuai lagi dengan perkembangan psokologis dan perkembangan zaman. Oleh karena itu, sudah semestinya kurikulum dan sistem pembelajaran di Indonesia dikembangkan dengan baik sesuai dengan zamannya. Terlebih anak didik yang kita latih berada pada generasi Z dan generasi post gen Z (generasi alpha).

Perubahan diri yang akan saya alami dan akan saya praktikkan di sekolah untuk melepaskan belenggu ialah dengan cara melakukan pendekatan yang berpusat pada peserta didik baik dengan cara mengombinasikannya dengan menerapkan metode pembelajaran interaktif, serta dengan menerapkan evaluasi secara holistik. Selain itu, hal lain yang akan saya lakukan di kelas sebagai seorang calon guru profesional ialah dengan cara menghargai bahwa setiap peserta didik memiliki minat dan bakat serta potensi yang diibaratkan seperti padi sehingga tidak boleh memaksa padi tumbuh menjadi jagung ataupun sebaliknya. Saya juga mengubah mindset bahwa guru memiliki tugas untuk menjadi fasilitator agar peserta didik dapat tumbuh kembang dengan baik. Saya juga menyadari bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar, tetapi siswa lah yang menjadi pusat pembelajaran sehingga dapat menerapkan pendekatan berbasis student center.

Share with your friends

Give us your opinion

Bijaklah dalam Memberikan Komentar !

Notifikasi
Belum ada notififikasi terbaru.
Done