Makalah Biologi Tentang Komposisi Kimia dari Organisme - Kimia dan Pendidikan
News Update
Loading...

Saturday, 7 October 2017

Makalah Biologi Tentang Komposisi Kimia dari Organisme


Makalah Biologi Tentang Komposisi Kimia dari Organisme

Nukleutida

BAB I
PENDAHULUAN

      A.    Latar Belakang dan Rumusan Masalah

          Sel merupakan bagian terkecil dari makhluk hidup. Di dalam sel organisme terdapat unsur-unsur kimia yang saling berkaitan satu dengan lainnya yang berfungsi sebagai pengatur sel, mengatur zat dalam tubuh, menguatkan gigi dan tulang, mempercepat pertumbuhan, Memperkuat daya tahan tubuh terhadap penyakit (menjaga imunitas tubuh), mempercepat proses dalam penyembuhan penyakit, mengoordinasikan kerja otak dan sebagainya. Unsur-unsur tersebut bekerja secara sistematis dan tidak bisa bekerja secara sendiri-sendiri.
          Di dalam tubuh organisme terdapat unsur-unsur penyusun, yakni unsur  makro dan unsur mikro yang telah memiliki persentase dan fungsinya masing-masing dalam tubuh organisme tersebut. Oleh karena itu unsur-unsur kimia lah sebenarnya merupakan komponen dasar dalam tubuh organisme,  tanpa adanya komponen dasar maka mustahil suatu organisme bisa bertahan hidup. Sama seperti seperti motor, motor tidak bisa bekerja maksimal tanpa adanya komponen dasar berupa rantai, ban, oli dan sebagainya. Ini lah yang disebut dengan sistem.
          Melihat perkembangan ilmu Biologi, masih banyak permasalahan-permasalahan dalam organisme yang belum bisa dipecahkan oleh ahli terdahulu. Oleh karena itu ahli Biologi terus mengkaji pengetahuan sehingga mengemukakan penemuan-penemuan baru di bidang biologi seperti penemuan asam nukleat, pigmen, vitamin dan garam-garam mineral, sehingga lahirlah ilmu biologi baru yaitu biologi kimia dan biologi molekuler yang membahas tentang kimia kehidupan dan hubungan antar molekul biologis.
          Makalah ini membahas tentang “Komposisi Kimia dari Orgaisme” yaitu asam nukleat, pigmen, vitamin dan garam-garam mineral.

 BAB II
PEMBAHASAN

1. Asam Nukleat

          Asam Nukleat adalah (bahasa Inggris: nucleic acid)  adalah  makromolekul  biokimia yang kompleks, berbobot molekul tinggi, dan tersusun atas rantai nukleotida yang mengandung informasi genetik. Asam nukleat yang paling umum adalah Asam deoksiribonukleat (DNA) dan Asam ribonukleat (RNA). Asam nukleat ditemukan pada semua sel hidup serta pada virus.
          Asam nukleat dinamai demikian karena keberadaan umumnya di dalam inti (nukleus) sel. Asam nukleat merupakan biopolimer, dan monomer penyusunnya adalah nukleotida. Setiap nukleotida terdiri dari tiga komponen, yaitu sebuah basa nitrogen heterosiklik  (purin atau pirimidin), sebuah gula pentosa, dan sebuah gugus fosfat. Jenis asam nukleat dibedakan oleh jenis gula yang terdapat pada rantai asam nukleat tersebut (misalnya, DNA atau asam deoksiribonukleat mengandung 2-deoksiribosa). Selain itu, basa nitrogen yang ditemukan pada kedua jenis asam nukleat tersebut memiliki perbedaan: adenina, sitosina, dan guanina dapat ditemukan pada RNA maupun DNA, sedangkan timina dapat ditemukan hanya pada DNA dan urasil dapat ditemukan hanya pada RNA.
          Kedua tipe asam nukleat, asam DNA dan asam RNA memungkinkan organisme hidup mereproduksi komponen-kompenen komlpleksnya dari generasi ke generasi berikutnya. DNA merupakan satu-satunya molekul yang menyediakan arahan untuk replikasi dirinya. DNA juga mengarahkan sintesis RNA, dan melalui RNA dapat mengontrol sintesis protein.[1]
          DNA adalah materi genetik yang diwarisi oleh organisme dari induknya. Setiap kromosom mengandung satu molekul DNA panjang, biasanya mengandung beberapa ratus gen atau lebih. Ketika sel mereproduksi dirinya sendiri melalui pembalahan, molekul DNAnya disalin dan diteruskan dari satu generasi sel ke generasi berikutnya. Di dalam struktur DNA, terkode informasi yang memprogram semua aktivitas sel. Akan tetapi, DNA sendiri tidak terlibat langsung dalam pelaksanaan operasi sel, mirip dengan sofware komputer yang dapat mencetak sendiri buku tabungan atau membaca barcode di kotak sereal. Seperti halnya printer yang diperlukan untuk mencetak buku tabungan dan pemindai untuk membaca barcode, protein dibutuhkan untuk melaksanakan program genetik. Perangkat keras (hardware) molekuler dalam sel ¾alat-alat untuk fungsi biologis¾ sebagian besar terdiri dari protein, misalnya pengangkutan oksigen dalam sel darat merah adalah protein, hemoglobin, bukan DNA yang menspesipikasi strukturnya.[2]

2. Pigmen

         Pigmen adalah benda berwarna yang terdapat dalam sitoplasma walaupun tidak diwarnai. Pada dasarnya, dalam sitoplasma dijumpai dua macam kelompok pigmen yaitu pigmen endogen yang merupakan pigmen yang memang terdapat dalam sel. Dan yang kedua adalah pigmen eksogen, yaitu pigmen yang terdapat dalam sitoplasma tetapi berasal dari luar sel.
         Pigmen-pigmen endogen diantaranya ialah  :
-  Hemoglobin dalam eritrosit
-  Mioglobin dalam sel otot
-  Melanin dalam sel epitel kulit
-  Lopofusin dalam sel otot jantung, sel hati, sel saraf terutama pada usia lanjut.
-  Bilirubin dan derivatnya yang merupakan hasil pemecahan hemoglobin.

Pigmen-pigmen eksogen yang berasal dari luar sel di antaranya ialah :
-  Debu arang dalam sel paru-paru dan dijumpai pada penderita anthrakosis
-  Debu lilikat pada penderita silikosis
-  Macam-macam logam dapat masuk ke dalam sel lewat kulit atau selaput lendir.
-  Karotenoid dalam sel tanaman masuk bersama makanan
         Hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah hemoglobin dan bilirubin beserta derivatnya karena zat-zat ini sangat penting dalam pembahasan tentang penyakit anemia dan beberapa penyakit hati.
         Sel eritrosit yang mengandung hemoglobin akan mati pada umur 120 hari dan hemoglobin akan keluar dan difagosit oleh sel-sel hati dan limpa. Dalam sel-sel hati hemoglobin akan pecah menjadi bermacam-macam pigmen yaitu :
-  Homosiderin yang berwarna cokelat keemasan dan terdapat dalam sel hati sebagai bulir-bulir.
-  Bilirubin yang tidak mengandung zat besi lagi merupakan pigmen yang terdapat dalam cairan empedu dengan warna cokelat sampai kuning.
-  Biliverdin merupakan hasil oksidasi bilirubin berwarna hijau.
         Di dalam proses lebih lanjut maka pigmen-pimen ini akan mengalami perubahan entuk sehinggga sebagian akan dikeluarkna lewat urin sebagai urobilin dan sebagian lagi lewat feses yang keduanya memberi warna pada urin dan feses.
         Perubahan warna urin dan feses serta perubahan kadar pigmen-pigmen tersebut dalam darah akan sangat berarti dalam mencari kelainan-kelainan dalam sel-sel hati yang mengakibatkan gangguan dalam metabolisme.[3]

3. Vitamin

          Vitamin adalah sekelompok senyawa organik berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme, yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuh. Nama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya “hidup” dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal.[4]

Sekilas tentang macam-macam Vitamin dan peranannya bagi organisme

          Vitamin merupakan salah satu unsur yang sangat dibutuhkan oleh setiap organisme. Vitamin diklasifikasikan lagi ke dalam beberapa jenis, yaitu vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B dan vitamin C, dan vitamin yang mudah larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E dan K.

1. Vitamin A
          Vitamin A, yang juga dikenal dengan nama retinol, merupakan vitamin yang berperan dalam pembentukkan indra penglihatan yang baik, terutama di malam hari, dan sebagai salah satu komponen penyusun pigmen mata di retina. Selain itu, vitamin ini juga berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan imunitas tubuh. Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan rabun senja, katarak, infeksi saluran pernapasan, dan penurunan daya tahan tubuh. Kelebihan vitamin A di dalam tubuh dapat menyebabkan keracunan. Penyakit yang dapat ditimbulkan antara lain pusing-pusing, kerontokan rambut, kulit kering bersisik, dan pingsan. Selain itu, bila sudah dalam kondisi akut, hal ini dapat menyebabkan kerabunan, terhambatnya pertumbuhan tubuh, pembengkakan hati, dan iritasi kulit. Sayur-sayuran hijau dan kacang-kacangan sebagai sumber vitamin A dan vitamin B yang tinggi.

2.      Vitamin B
          Secara umum, golongan vitamin B berperan penting dalam metabolisme di dalam tubuh, terutama dalam hal pelepasan energi saat beraktivitas. Hal ini terkait dengan peranannya di dalam tubuh, yaitu sebagai senyawa koenzim yang dapat meningkatkan laju reaksi metabolisme tubuh terhadap berbagai jenis sumber energi. Beberapa jenis vitamin yang tergolong dalam kelompok vitamin B ini juga berperan dalam pembentukan sel darah merah (eritrosit). Sumber utama vitamin B berasal dari susu, gandum, ikan, dan sayur-sayuran hijau.

3. Vitamin C
          Vitamin C (asam askorbat) banyak memberikan manfaat bagi kesehatan tubuh kita. Di dalam tubuh, vitamin C juga berperan sebagai senyawa pembentuk kolagen yang merupakan protein penting penyusun jaringan kulit, sendi, tulang, dan jaringan penyokong lainnya. Vitamin C merupakan senyawa antioksidan alami yang dapat menangkal berbagai radikal bebas dari polusi di sekitar lingkungan kita. Terkait dengan sifatnya yang mampu menangkal radikal bebas, vitamin C dapat membantu menurunkan laju mutasi dalam tubuh sehingga risiko timbulnya berbagai penyakit degenaratif, seperti kanker, dapat diturunkan. Selain itu, vitamin C berperan dalam menjaga bentuk dan struktur dari berbagai jaringan di dalam tubuh, seperti otot. Vitamin ini juga berperan dalam penutupan luka saat terjadi pendarahan dan memberikan perlindungan lebih dari infeksi mikroorganisme patogen. Melalui mekanisme inilah vitamin C berperan dalam menjaga kebugaran tubuh dan membantu mencegah berbagai jenis penyakit. Defisiensi vitamin C juga dapat menyebabkan gusi berdarah dan nyeri pada persendian. Akumulasi vitamin C yang berlebihan di dalam tubuh dapat menyebabkan batu ginjal, gangguan saluran pencernaan, dan rusaknya sel darah merah.[5]
          Hidayat (2008) menyatakan bahwa dalam kelopak bunga rosella juga  mengandung vitamin C, vitamin A, dan asam amino termasuk arginin dan lignin yang berperan dalam proses peremajaan sel tubuh.[6]

4. Vitamin D
          Vitamin D juga merupakan salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada makanan hewani, antara lain ikan, telur, susu, serta produk olahannya, seperti keju. Bagian tubuh yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin ini adalah tulang. Vitamin D ini dapat membantu metabolisme kalsium dan mineralisasi tulang. Sel kulit akan segera memproduksi vitamin D ketika terkena cahaya matahari (sinar ultraviolet). Bila kadar vitamin D rendah maka tubuh akan mengalami pertumbuhan kaki yang tidak normal, di mana betis kaki akan membentuk huruf O dan X. Di samping itu, gigi akan mudah mengalami kerusakan dan otot pun akan mengalami kekejangan. Penyakit lainnya adalah osteomalasia, yaitu hilangnya unsur kalsium dan fosfor secara berlebihan di dalam tulang. Penyakit ini biasanya ditemukan pada remaja, sedangkan pada manula, penyakit yang dapat ditimbulkan adalah osteoporosis, yaitu kerapuhan tulang akibatnya berkurangnya kepadatan tulang. Kelebihan vitamin D dapat menyebabkan tubuh mengalami diare, berkurangnya berat badan, muntah-muntah, dan dehidrasi berlebihan.

5. Vitamin E
          Vitamin E berperan dalam menjaga kesehatan berbagai jaringan di dalam tubuh, mulai dari jaringan kulit, mata, sel darah merah hingga hati. Selain itu, vitamin ini juga dapat melindungi paru-paru manusia dari polusi udara. Nilai kesehatan ini terkait dengan kerja vitamin E di dalam tubuh sebagai senyawa antioksidan alami. Vitamin E banyak ditemukan pada ikan, ayam, kuning telur, ragi, dan minyak tumbuh-tumbuhan. Walaupun hanya dibutuhkan dalam jumlah sedikit, kekurangan vitamin E dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang fatal bagi tubuh, antara lain kemandulan baik bagi pria maupun wanita. Selain itu, saraf dan otot akan mengalami gangguan yang berkepanjangan

6. Vitamin F
          Vitamin K banyak berperan dalam pembentukan sistem peredaran darah yang baik dan penutupan luka. Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada pendarahan di dalam tubuh dan kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka atau pendarahan. Selain itu, vitamin K juga berperan sebagai kofaktor enzim untuk mengkatalis reaksi karboksilasi asam amino asam glutamat. Oleh karena itu, kita perlu banyak mengonsumsi susu, kuning telur, dan sayuran segar yang merupakan sumber vitamin K yang baik bagi pemenuhan kebutuhan di dalam tubuh.[7]

4. Garam-garam Mineral
          Seperti yang dikutip dari www.file.upi.edu. Garam-garam mineral adalah suatu unsur yang sangat dibutuhkan oleh tubuh organisme supaya memiliki kesehatan dan pertumbuhan yang baik. Sebagian besar bahan makanan, yaitu sekitar 96% terdiri dari bahan organik dan air. Sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral. Unsur mineral dikenal sebagai zat anorganik atau kadar abu. Dalam proses pembakaran, bahan-bahan organik terbakar tetapi zat anorganiknya tidak, karena itulah disebut abu. Sampai sekarang telah diketahui ada empat belas unsur mineral yang berbeda jenisnya diperlukan manusia agar memiliki kesehatan dan pertumbuhan yang baik. Unsur-unsur ini terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang besar dan karenanya disebut unsur mineral makro atau mineral makro. Sedangkan unsur mineral lain seperti besi, iodium, mangan, tembaga, zink, selenium, cobalt, dan fluor hanya terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang kecil saja, karena itu disebut trace element atau mineral mikro.[8]
          Natrium (Na) dan klorida (Cl) biasanya berhubungan sangat erat baik sebagai bahan makanan maupun fungsinya dalam tubuh. Sebagian besar natrium didapat dalam plasma darah dan dalam cairan di luar sel (ekstraseluler); beberapa diantaranya terdapat dalam tulang. Natrium bergabung dengan klorida membentuk NaCl seperti halnya garam dapur. Klorida banyak terdapat pada plasma darah, dalam kelenjar pencernaan lambung sebagai asam klorida (HCl). Ion klorida mengaktifkan enzim amilase dalam mulut untuk memecah pati yang dikonsumsi. Sebagai bagian terbesar dari cairan ekstraseluler, natrium dan klorida membantu mempertahankan tekanan osmotik, di samping juga membantu menjaga keseimbangan asam dan basa.
          Pada orang sehat jarang sekali ditemukan kasus kekurangan natrium. Tanda pertama kekurangan natrium adalah rasa haus. Bila terjadi kekurangan natrium, maka cairan ekstraseluler berkurang, tekanan osmotik dalam cairan tubuh tubuh menurun menyebabkan air dari cairan ekstraseluler masuk ke dalam sel, sehingga tekanan osmotik dari cairan ekstraseluler meningkat. Volume cairan, termasuk darah akan menurun, mengakibatkan penurunan tekanan darah. Pada keadaan hilangnya banyak natrium, orang akan muntah-muntah atau diare karena cairan yang ada dalam usus banyak mengandung natrium. Keadaan hipertensi (tekanan darah tinggi) banyak ditemukan pada masyarakat yang mengkonsumsi natrium dalam jumlah besar.
          Kalsium (Ca) merupakan mineral paling banyak dalam tubuh diperkirakan sekitar 2% berat bdan dewasa. Sebagian besar kalsium terkonsentrasi dalam tulang rawan dan gigi, sisanya terdapat dalam cairan tubuh dan jaringan lunak. Peranan kalsium dalam tubuh membantu membentuk tulang dan gigi, mengatur proses biologis dalam tubuh dll. Bila konsumsi kalsium menurun dapat terjadi kekurangan kalsium yang menyebabkan osteomalasia, yang ditandai tulang menjadi lunak. Kekurangan kalsium memyebabkan juga osteoporosis atau masa tulang menurun.
          Fosfor (P) merupakan mineral kedua terbanyak dalam tubuh, yaitu sekitar 1%. Peranan fosfor untuk pembentukan tulang dan gigi, penyimpanan dan pengeluaran energi (perubahan ATP dengan ADP). Sumber fosfor yang utama adalah bahan makanan dengan kadar protein tinggi seperti daging, unggas, ikan dan telur, biji-bijian terutama bagian lembaganya dan biji-bijian utuh (pecah kulit).
          Besi (Fe) berfungsi sebagai komponen penyusun sel darah merah (hemoglobin). Kekurangan mengkonsumsi besi dapat menyebabkan anemia.[9]
          Selenium adalah mineral dan nutrisi penting untuk melawan penyakit seperti kanker dan penyakit jantung. Selenium adalah sinergis dengan vitamin E, yang berarti bahwa keduanya bekerja sama-sama kuat. Keduanya adalah antioksidan kuat yang membantu mencegah atau memperlambat penuaan dan pengerasan jaringan melalui oksidasi.

BAB III

KESIMPULAN


Komposisi kimia yang terdapat dalam tubuh meliputi karbohidrat, lemak, protein, air, asam nukleat, pigmen, vitamin dan garam-garam mineral.

Asam nukleat yang paling umum yaitu Asam deoksiribonukleat (DNA) dan Asam ribonukleat (RNA). Asam nukleat ditemukan pada semua sel hidup serta pada virus.

Dalam sitoplasma dijumpai dua macam kelompok pigmen yaitu pigmen dan yang kedua adalah pigmen eksogen.

Vitamin diklasifikasikan lagi ke dalam beberapa jenis, yaitu vitamin yang larut dalam air yaitu vitamin B dan vitamin C, dan vitamin yang mudah larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E dan K.

Unsur-unsur mineral yang terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang besar disebut unsur mineral makro atau mineral makro. Sedangkan unsur mineral lain seperti besi, iodium, mangan, tembaga, zink, selenium, cobalt, dan fluor hanya terdapat dalam tubuh dalam jumlah yang kecil saja, karena itu disebut trace element atau mineral mikro

DAFTAR PUSTAKA


Mukaromah, Ummu,  Sri Hetty Susetyorini, Siti Aminah. 2010, Kadar Vitamin C,“Mutu Fisik, Ph Dan Mutu Organoleptik Sirup Rosella (Hibiscus Sabdariffa, L) Berdasarkan Cara Ekstraksi”, Jurnal Pangan dan Gizi. Vol.01 No. 01, http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPDG/article/download/150/132, 25 April 2015.

A. Nell, Campbell, Biology, terj. Damaring Tyas Edisi Kedelapan Jilid 1 (Jakarta:Penerbit Erlangga, 2008).

Juwono dan Achmad Zulfa Juniarto, Biologi Sel, Jakarta : EGC, 2002.

www.id.wikipedia.org/wiki/vitamin

www.id.wikipedia.org/wiki/vitamin_C

www.id.wikipedia.org/wiki/vitamin_F

www.file.upi.edu

     [1] Campbell, Biology, terj. Damaring Tyas Edisi Kedelapan Jilid 1 (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2008), hal. 93.
      [2] Ibid
     [3] Juwono, Achmad Zulfa Juniarto, Biologi Sel, Jakarta : EGC, 2002. Hal.  55-56.
     [4] www.id.wikipedia.org/wiki/vitamin diakses pada 24 Maret 2015
     [5] www.id.wikipedia.org/wiki/vitamin_C diakses pada 24 Maret 2015
    [6] Mukaromah, Ummu,  Sri Hetty Susetyorini, Siti Aminah. 2010, Kadar Vitamin C, “Mutu Fisik, Ph Dan Mutu Organoleptik Sirup Rosella (Hibiscus Sabdariffa, L) Berdasarkan Cara Ekstraksi”, Jurnal Pangan dan Gizi. Vol. 01 No. 01, http://jurnal.unimus.ac.id/index.php/JPDG/article/download/150/132. Hal. 43.
     [7] www.id.wikipedia.org/wiki/vitamin_F diakses pada 24 Maret 2015
     [8] www.file.upi.edu diakses pada 26 April 2015
     [9] Ibid

Share with your friends

Give us your opinion

Bijaklah dalam Memberikan Komentar !

Notifikasi
Belum ada notififikasi terbaru.
Done