KOLOQIUM
KAJIAN BAHAYA MENIUP MAKANAN PANAS SECARA PANDANGAN ISLAM
Khairan Navira
Jurusan Pendidikan Kimia UIN Ar-Raniry
ABSTRAK
Meniup adalah sebuah homonim karena artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang
sama tetapi maknanya berbeda. Arti dari meniup adalah membunyikan dengan
mengembus. Ketika manusia meniup makanan atau minuman panas akan begitu banyak bakteri
yang masuk ke dalam makanan tersebut oleh karena itu akan terjangkitnya
penyakit. Memang penyakit yang terjadi tidak bersifat instan, tetapi penyakit
kronis itu di mulai dari sakit yang kecil.
Kata
kunci: Meniup, makanan atau minuman panas.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Meniup makanan atau minuman ketika masih panas agar
dapat segera dimakan adalah sesuatu yang sangat umum dilakukan oleh masyarakat,
Alasan lain agar gigi tidak mudah rusak karena makanan panas. meniup makanan
atau minuman panas sebelum makan itu tidak dianjurkan dalam agama islam. Banyak hal yang disabdakan Rasulullah, baik
berupa informasi, perintah maupun larangan, baru diketahui hikmah atau
penjelasan ilmiahnya setelah beberapa abad kemudian. Salah satunya adalah
larangan meniup minuman. Mengapa Rasulullah melarang meniup minuman? Di zaman sahabat Nabi, tidak ada pertanyaan
ini. Apalagi bagi Abu Bakar yang bergelar Ash Shidiq. Senantiasa membenarkan
dan mematuhi Rasulullah. Dan itulah derajat keimanan tertinggi. Begitu
seseorang sudah mengakui bahwa Muhammad adalah Rasulullah, selesai semua
urusan. Ia tidak perlu mempertanyakan sabda beliau atau berusaha
mengkritisinya.
Ketika Rasulullah melarang sesuatu, para sahabat kemudian mematuhi
larangan itu. Saat Rasulullah melarang meniup minuman, larangan itu dipatuhi
tanpa perlu mengkritisi. Larangan itu dijaga tanpa perlu mencari apa alasannya.
Cukuplah alasannya, karena Rasulullah telah mensabdakannya.
Barulah pada generasi sesudahnya mulai dicari apa hikmahnya. Meskipun
bukan sebuah keharusan bagi seorang muslim untuk sampai pada tingkatan
mengetahui hikmah di balik larangan dan perintah, tersingkapnya hikmah dapat
kian menguatkan keimanan. Bahwa ajaran Islam ternyata selaras dengan ilmu
pengetahuan. Seperti kata Hasan Al Banna, “Pandangan syar’i dan pandangan
logika memiliki wilayahnya masing-masing yang tidak dapat saling memasuki
secara sempurna. Namun demikian, keduanya tidak pernah berbeda dalam masalah
yang qath’i (absolut). Hakikat ilmiah
yang benar tidak mungkin bertentangan dengan kaidah-kaidah syariat yang tsabitah (jelas).[1]
Secara ilmu kimia apabila Makanan atau minuman yang masih panas
tersebut kita tiup akan mengeluarkan uap air (H2O), maka kita akan
mengeluarkan gas CO2 dari dalam mulut. Menurut reaksi kimia,
apabila H2O bereaksi dengan CO2 akan membentuk
senyawa asam karbonat (H2CO3) yang bersifat asam yang
berguna untuk mengatur pH (tingkat keasaman) di dalam darah. Darah sendiri
merupakan Buffer (larutan yang dapat mempertahankan pH) dengan asam lemahnya
berupa H2CO3 dan basa kunjungsinya berupa H2CO3.
Dimana hal tersebut akan beresiko terhadap kesehatan. Oleh karena itu
penulis ingin mengkaji bahaya meniup makanan dan minuman panas secara pandangan
islam dan kimia.
B.
Rumusan Masalah
Bagaimana
bahaya meniup makanan dan minuman yang masih dalam keadaan panas menurut
pandangan islam dan kimia terhadap kesehatan?
C.
Tujuan penelitian
Untuk mengetahui bahaya meniup makanan dan minuman panas dalam
pandangan islam dan kimia untuk kesehatan.
D.
Manfaat Penelitian
Adapun
manfaat dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menambah wawasan terutama kepada penulis
sendiri tentang bahayanya meniup makanan dan minuman yang masih dalam keadaan
panas.
2. Dapat memberi informasi kepada pembaca bahwa
meniup makanan dan minuman panas itu berbahaya untuk kesehatan.
3. Dan kiranya dapat menjadi sumber ilmu sebagai
pedoman bagi peneliti selanjutnya.
E.
Definisi Operasional
Untuk
mempermudah pembaca agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami makalah
ini, maka penulis akan menjelaskan istilah-itilah yang terdapat dalam makalah yakni sebagai berikut:
1. Bahaya
Bahaya merupakan segala
kondisi yang dapat merugikan baik cidera atau kerugian lainnya. atau bahaya
adalah sumber, situasi atau tindakan yang berpotensi menciderai manusia atau
terjadinya penyakit atau kombinasi dari semuanya.
2.
Meniup
Meniup berasal dari kata dasar tiup. Meniup adalah sebuah homonim
karena artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda.
Arti dari meniup adalah membunyikan dengan mengembus.[2]
BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Bahaya meniup makanan dan minuman panas secara
pandangan islam
Kita sebagai hamba Allah yang beriman dan ummat nabi
Muhammad SAW banyak sekali pedoman hidup yang di ajarkan, mulai dari yang
paling besar sampai ke hal yang paling kecil. Seperti larangan meniup-niup
makanan atau minuman yang masih panas. Sebagaimana hadist dari Abu Qatadah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah
SAW bersabda:
إِذَا
شَرِبَ أَحَدُكُمْ فَلاَ يَتَنَفَّسْ فِي الإِنَاءِ، وَإِذَا أَتَى الخَلاَءَ فَلاَ
يَمَسَّ ذَكَرَهُ بِيَمِينِهِ…
Artinya: Apabila kalian minum, janganlah bernafas di dalam gelas, dan ketika
buang hajat, janganlah menyentuh kemaluan dengan tangan
kanan… (HR. Bukhari 153).
Hadits lain dari ibnu abbas radhiyallahuanhu belia berkata:
أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى أَنْ يُتَنَفَّسَ فِي الإِنَاءِ
أَوْ يُنْفَخَ فِيهِ
Artinya : Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang bernafas di dalam gelas atau meniup isi gelas. (HR. Ahmad 1907, Turmudzi 1888, dan dishahihkan Syuaib Al-Arnauth).
Artinya : Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang bernafas di dalam gelas atau meniup isi gelas. (HR. Ahmad 1907, Turmudzi 1888, dan dishahihkan Syuaib Al-Arnauth).
Meniup minuman atau makanan bisa menyebabkan air dan
makanan itu terkena bau yang tidak sedap dari mulut orang yang meniup. Sehingga
membuatnya menjijikkan untuk dimakan.
Terutama ketika terjadi bau mulut, oleh karena itu nafas orang yang meniup akan
bercampur dengan minuman atau makanan itu. Karena itulah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam melarang kita meniup-niup makanan. Dalam Silsilah Shahihah
jilid 1 bag 2 hal 748, al Albani mengatakan, “Terdapat riwayat yang sahih dari Abu Hurairah, beliau mengatakan
“Makanan itu belum boleh dinikmati sehingga asap panasnya hilang”.
(Diriwayatkan oleh al Baihaqi dengan sanad yang sahih sebagaimana kujelaskan
dalam Irwa’ Ghalil no 2038).[3]
Dari beberapa hadits di atas jelas menyatakan bahwa
meniup makanan panas dan memakan makanan panas tidak dianjurkan oleh Rosulullah
SAW.
B.
Bahaya meniup makanan dan minuman panas secara
kimia
Saat ini kebiasaan kita adalah makan dan minum dalam kondisi makanan
yang hangat, oleh karena itu tanpa sadar kita langsung meniup makanan dan
minuman tersebut agar bisa langsung kita santap. Semakin berkembanganya
teknologi sains akhirnya mulai ditemukan jawaban, mengapa Nabi melarang umatnya
meniup makanan panas.
- Asam karbonat
Dalam ilmu kimia Ketika manusia bernapas menghirup oksigen atau O2
dan menghembuskan karbondioksida atau CO2. Dalam makanan panas mengandung H2O, apabila kita
meniup makanan panas tentunya gas yang kita keluarkan adalah gas CO2
dan akan terjadi reaksi antara CO2 dan H2O karena gas
hasil pernapasan bertemu dengan uap air. Adapun reaksinya sebagai berikut :
CO2 + H2O H2CO3
H2CO3 merupakan Carbon acid (senyawa asam karbonat) yang berguna untuk mengatur Ph
(tingkat keasaman dalam darah). Darah merupakan buffer (Larutan yang dapat
mempertahankan Ph) dengan asam lemahnya berupa H2CO3 dan
basa konjungsinya berupa HCO3. Tubuh menggunakan penyangga Ph
(buffer) dalam darah sebagai pelindung terhadap perubahan yang terjadi secara
tiba tiba dalam Ph darah. Dengan kita meniup makanan atau minuman panas berarti
kita mengkonsumsi H2CO3 (asam karbonat) secara tidak
langsung yang bisa mempengaruhi tingkat keasaman dalam darah menjadi lebih asam
dari seharusnya sehingga Ph dalam darah menurun dan hal ini bisa menyebabkan
asidosis.
Asidosis adalah keadaan dimana darah mengandung banyak asam (atau
terlalu sedikit mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya Ph darah.
Selain asidosis kelainan yang bisa terjadi karena adanya kelainan pada
mekanisme pengendalian Ph tersebut adalah Alkalosis. Alkalosis adalah suatu
keadaan dimana darah mengandung banyak basa (atau terlalu sedikit mengandung
asam) dan terkadang bisa menyebabkan meningkatnya Ph darah.
Dampak atau efek dari menurunnya Ph darah adalah pernafasan jadi lebih
dalam dan lebih cepat itu adalah usaha tubuh dalam menurunkan kelebihan asam
dalam darah dengan cara menurunkan jumlah karbondioksida. Dan sudah pasti kita
jadi terengah engah dalam bernafas. Selain itu ginjal juga berusaha menetralkan
keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan lebih banyak asam dalam air
kemih.Namun apabila tubuh secara terus menerus mengkonsumsi H2CO3
dalam jumlah berlebih, maka ginjal pun tidak akan sanggup bekerja lagi
dan bisa menyebabkan asidosis berat. Selain tidak dianjurkan oleh agama
(terutama agama islam), dari segi medis kebiasaan itu juga ternyata tidak bagus
untuk kesehatan. Apabila hal ini terus berlanjut maka akan menimbulkan
kelelahan luar biasa, rasa ngantuk, sering mual dan mengalami kebingungan jika
asidosis sudah tidak bisa ditangani bisa menimbulkan tekanan darah menurun,
syok, koma bahkan kematian.
- H. Pylori
Bakteri
H. Pylori juga memegang peranan penting pada pernyataan bahayanya meniup
makanan atau minuman yang masih panas. Bakteri H. Pylori adalah bakteri yang
menyebabkan gangguan lambung mulai dari luka kecil hingga membesar menjadi
tukak lambung. Bakteri ini dapat dengan mudah menyebar melalui pernafasan.
Tentu gangguan lambung adalah penyakit yang sosialis, siapapun bisa terjangkit.
Akan sangat bahaya sekali jika seseorang yang memiliki gangguan lambung atau
secara tak sadar memiliki gangguan lambung meniup makanan atau minuman yang
akan disajikan pada tamu atau pada anaknya. Bakteri itu nantinya akan berpindah
dan mengontaminasi makanan atau minuman tersebut dan akhirnya masuk pada tubuh
orang lain.
- Mikroorganisme
Pernafasan adalah salah satu jalan keluar bagi mikroorganisme, virus
dan bakteri untuk menyebar dan menularkan pada manusia lainnya. Tidak hanya
asam karbonat (H2CO3) dan bakteri H. Pylori saja yang
bisa menular dan menyebar dengan tiupan, tetapi jenis bakteri dan virus lainnya
juga bisa menyebar. Seperti virus TBC, virus berbahaya yang terkadang tak
disadari oleh seseorang yang mengidapnya yang akan dengan mudah menular
melalaui pernafasan yang intens. Sedangkan makanan atau minuman adalah sesuatu
yang jelas akan masuk kedalam tubuh kita diserap apa saja yang terkandung
didalamnya termasuk nutrisi dan bakteri yang terkandung didalamnya.
- Kotoran
Kotoran disini diartikan kotoran yang berada di mulut. Mulut merupakan tempat menghaluskan semua makanan. Makanan yang hancur tak seluruhnya akan masuk
ke dalam
lambung, pastinya ada sisa makanan yang terselip disela-sela gigi atau menempel
di dinding-dinding mulut. Tentunya hal itu berhubungan dengan adab menyajikan
makanan pada tamu atau orang lain yang sangat tidak sopan jika kita meniupnya.
Belum lagi bakteri yang dengan mudah berpindah dari mulut kita kedalam makanan
hanya karena tiupan kita.[4]
Dari penjelasan di atas tentunya sudah jelas mengapa meniup makanan atau minuman yang
panas sangat tidak dianjurkan. Cukup dikhawatirkan adalah jika makanan atau minuman yang ditiup itu
diperuntukan bukan untuk orang dewasa yang notabene sudah memiliki kekebalan
tubuh maksimal. Melainkan diberikan kepada bayi atau balita karena mereka tidak bisa meniup makanannya sendiri. Bayi
dan balita masih berada dalam usia yang rentan terkena penyakit. Sedikit saja
ada kontaminasi asam karbonat atau bakteri lain pasti langsung direspon tubuh
dengan gejala-gejala tidak normal seperti diare, demam, muntah atau yang lain
sebagainya.
Terlepas dari itu semua memang sebenarnya manusia hidup dikodratkan untuk
sabar dan menikmati kenikmatan yang ada bukan dengan terburu-buru. Dengan
begitu kita akan lebih bisa menryukuri kenikmatan yang diberikan Tuhan.
BAB III
PEMBAHASAN
Sering kali
kita melihat seorang ibu ketika menyuapi anaknya makanan yang masih panas, dia
meniup makanannya lalu disuapkan ke anaknya. Bukan cuma itu, bahkan orang
dewasa pun ketika minum teh atau kopi panas, sering kita lihat dia meniup
minuman panas itu lalu meminumnya. Cara demikian tidaklah dibenarkan dalam
Islam. Kita sebagai manusia banyak hal yang
telah Rasulullah ajarkan, salah satunya adab makan dan minum, di mana Rasulullah sendiri melarang manusia
bernafas di dalam wadah dan juga dilarang meniup-niup makanan panas saat minum
atau makan. Adab ini kadang tidak diperhatikan oleh kita karena ingin buru-buru
segera menikmati minuman yang sedang panas. Padahal menunggu sebentar atau
tanpa meniup-niup, itu lebih selamat bahkan lebih sehat. Karena perlu diketahui
bahwa saat meniup-niup seperti itu, sejatinya yang keluar adalah udara yang
tidak bersih. Dengan alasan inilah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
melarangnya. Sebagaimana hadits yang telah di sebutkan di bab sebelumnya. [5]
Pramono, ahli gizi dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin
dalam penjelasannya di Grup Gerakan Sadar Gizi mengatakan alasannya.
Menurutnya, meniup makanan akan memberikan peluang adanya transfer kuman dari
si peniup ke makanan/minuman yang kita tiup. “Bayangkan apabila si peniup
sedang sakit flu, TBC atau mungkin hepatitis maka kemungkinan besar penularan
penyakit akan terjadi.
Saat kita meniup makanan maka kita akan
mengeluarkan gas CO2 dari dalam mulut. Menurut reaksi kimia, apabila
uap air bereaksi dengan karbondioksida akan membentuk senyawa asam karbonat (H2CO3)
yang bersifat asam, sehingga dapat menjadi masalah bagi kesehatan kita. Meskipun pendapat ini masih perlu
diperdebatkan karena ada yang berpendapat bahwa Reaksi antara CO2
dan H2O hanya terjadi pada suhu dan tekanan tinggi. CO2
dapat larut dalam air dalam tekanan tinggi, membentuk H2CO3
pada 25 derajat celcius, Kc = 1.70 x 10-3. Untuk mencapai keseimbangan, reaksi
antara CO2 dan H2O membutuhkan katalisator. Kalau tidak
ada katalisator, reaksi ini akan berjalan lambat. H2CO3
merupakan asam lemah.
Alasan lain jangan meniup adalah sebenarnya
yang bermasalah bukan pada airnya tapi pada komponen yg berada di air. Dalam
air jika mengandung Kapur tohor (CaO) apabila ditiup oleh nafas manusia,
bereaksi dengan CO2 dalam nafas, akan menjadi batu kapur (CaCO3)
dan batu kapur ini salah satu dari batu ginjal yang paling sering ditemui. Pada
akhirnya, ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara
mengeluarkan lebih banyak asam dalam air kemih.Tetapi kedua mekanisme tersebut
tidak akan berguna jika tubuh terus menerus menghasilkan terlalu banyak asam,
sehingga terjadi asidosis berat. Sejalan dengan memburuknya asidosis, penderita
mulai merasakan kelelahan yang luar biasa, rasa mengantuk, semakin mual dan
mengalami kebingungan. Bila asidosis semakin memburuk, tekanan darah dapat
turun, menyebabkan syok, koma dan bahkan kematian.
Terkadang ada orang yang mengatakan bahwa selama ini belum pernah kita
melihat orang meninggal disebabkan karena memakan atau meminum makanan dan
minuman panas. Kita tau bahwa semua yang telah Allah SWT tetapkan dan
Rasulullah SAW ajarkan tidak ada yang tidak terjadi di dunia nyata. Penyakit
yang timbul akibat hal kecil seperti meniup-niup makanan dan minuman panas memang
tidak instan, tapi sadarilah bahwa penyakit kronis itu disebabkan oleh hal yang
kecil.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
kajian yang telah dilakukan terhadap bahayanya meniup makanan dan minuman panas, dapat disimpulkan bahwa meniup-niup makanan panas merupakan hal yang dilarang oleh Rasulullah SAW, sebagaimana salah satu hadits
Rasulullah SAW yang artinya Apabila
kalian minum, janganlah bernafas di dalam gelas, dan ketika buang hajat, janganlah menyentuh kemaluan dengan tangan
kanan… (HR. Bukhari 153).
Dalam
ilmu kimia alasan bahaya meniup makanan atau minuman dalam keaadan panas karena
apabila Makanan atau minuman yang masih panas tersebut kita tiup akan
mengeluarkan uap air (H2O), maka kita akan mengeluarkan gas CO2
dari dalam mulut. Menurut reaksi kimia, apabila H2O bereaksi
dengan CO2 akan membentuk senyawa asam karbonat (H2CO3)
yang bersifat asam yang berguna untuk mengatur pH (tingkat keasaman) di dalam
darah. Darah sendiri merupakan Buffer (larutan yang dapat mempertahankan pH)
dengan asam lemahnya berupa H2CO3 dan basa
kunjungsinya berupa H2CO3. Dimana hal tersebut akan
beresiko terhadap kesehatan.
B. Saran
1. Penulis
mengharapkan agar kita tidak membiasakan meniup makanan dan minuman dalam
keadaan panas.
2.
Penulis mengharapkan agar kita tidak
membenarkan kebiasaan,tapi biasakan kebeneran agar kita terhindar dari hal-hal
yang tidak baik.
DAFTAR PUSTAKA
An-Nawawi, Imam
Syarah Shahih Muslim, (2011) “Shahih Muslim bi Syarh
An-Nawawi”, (Jakarta: Pustaka Azzam).
KBBI_online. http//:kbbi.web.id/tanggulang.com. diakses tanggal 10 Oktober 2017
Muchlisin BK dalam
sebuah artikel, “Keajaiban Hadits Larangan Meniup Minuman”, dihttp://bersamadakwah.net/keajaiban-hadits-larangan-meniup-minuman/
,diakses Kamis, 10 oktober 2017.
Rumaisyoo
dalam sebuah artikel, https://rumaysho.com/6930-meniup-niup-minuman-yang-panas.htmldiakses pada kamis, 10 Oktober 2017.
BIODATA MAHASISWA
Nama Lengkap :
Khairan Navira
Tempat/Tanggal Lahir : Cot Baroh/05
Agustus 1996
Jenis Kelamin :
Perempuan
Agama : Islam
Kebangsaan :
WNI
Status perkawinan :
Belum Kawin
Pekerjaan :
Mahasiswa
Alamat :
Darussalam
No. HP :
082272235294
Jenjang Pendidikan
SD :
MIN Asan Biduen, Lulus Tahun 2008
SLTP :
SMPN 1 Peusangan, Lulus Tahun 2011
SLTA :
MAN Peusangan, Lulus Tahun 2014
PT :
Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas tarbiyah dan Keguruan, UIN Ar-Raniry, tahun 2014.
NIM :
140208017
Nama Ayah :
Burhanuddin
Pekerjaan :
PNS
Nama Ibu :
Ishati
Pekerjaan :
PNS
Alamat Orang Tua : Cot Baroh
[1]Muchlisin
BK dalam sebuah artikel “Keajaiban Hadits Larangan Meniup Minuman”, dihttp://bersamadakwah.net/keajaiban-hadits-larangan-meniup-minuman/ ,
diakses Kamis, 10 oktober 2017.
[2]
KBBI_online.http//:kbbi.web.id/tanggulang.com. Diakses tanggal 10 Oktober 2017.
[3] An-Nawawi, Imam, Syarah Shahih Muslim, diterjemahkan oleh
Ahmad Khatib dari “Shahih Muslim bi Syarh An-Nawawi”, jilid 13, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2011).
[4] Muchlisin BK dalam
sebuah artikel “Keajaiban Hadits
Larangan....