Laporan Praktikum Kimia Dasar Koloid - Kimia dan Pendidikan
News Update
Loading...

Monday 1 July 2019

Laporan Praktikum Kimia Dasar Koloid

Praktikum Kimia Dasar II tentang Koloid


PERCOBAAN IV
KOLOID

Oleh :

Adetia Novesti, Cici Purnama Sari, Nurul Amalia, Haifa Humaira, Sulmia Maulida dan Khairunnisa

Abstrak

Praktikum Kimdas II tentang Koloid

[Download file laporan format PDF]

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk membuat beberapa sistem koloid, dan praktikum ini dilaksankan pada tanggal 30 April 2019 di Laboratorium Kimia FTK UIN Ar-Raniry Banda Aceh. Koloid merupakan campuran yang terdiri dari fasa pendispersi dan fasa terdispersi. Pada pembuatan koloid terbagi menjadi dua cara yaitu dengan cara kondensasi dan dispersi, dimana kondensasi adalah molekul-molekul kecil diubah menjadi partikel koloid sedangkan pada cara dispersi parikel besar diubah menjadi parikel koloid. Praktikum ini melakukan empat kali percobaan, yaitu membuat koloid dari Besi (III) Hidroksida warna yang dihasilkan pada koloid ini adalah larutan berwarna merah kecoklatan, kemudian koagulasi atau proses pembentukan gumpalan-gumpalan partikel koloid,misalnya dalam pemcampuran 10 ml larutan Kalium Sulfat yang ditambahkan dengan koloid dari Besi (III) Hidroksida menghasilkan gumpalan berwarna orange atau lebih merah. Dispersi merupakan proses partikel besar diubah menjadi partikel koloid, dan yang terakhir adalah percobaan tentan emulsi dimana emulsi merupakan suatu sistem koloid yang terjadi apabila za cair di dispersikan ke dalam za cair, misalnya yang terjadi pada saat tabun yang berisi minyak dan air dtiambahkan dengan 3 tetes sabun cair, maka antara minyak dan air bisa menyatu karena adanya sabun yang bertindak sebagai emulgator (zat pengemulsi), tujuan dari emulgator adalah untuk menjaga aar campuran tersebut tidak terpisah.

Kata Kunci : Dispersi, Efek Tyndal, Koagulasi, Gerak Brown 

A.      LATAR BELAKANG

Menurut Tim Laboratorium Kimia FTK (2019 : 11) menyatakan bahwa “Suatu sistem koloid terdiri dari dua fasa yaitu fasa pendispersi dan fasa terdispersi. Ada dua cara pembuatan koloid yaitu cara kondensasi dan cara dispersi. Pada cara kondensasi, molekul-molekul kecil diubah menjadi partikel koloid, sedangkan pada cara dispersi, partikel besar diubah menjadi partikel koloid.

 Cara Kondensasi

Pembuatan hydrosol AS2S3 merupakan salah satu contoh pengaruh konsentrasi pada pembentukan koloid. Pembuatan hydrosol ini dapat dilakukan dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan arsenit encer. Larutan ini selanjutnya akan berubah menjadi sol yang terdiri dari  AS2Ssebagai fasa pendispersi yang berwarna kuning.

Cara Dispersi

Dengan cara dispersi, zat besar digerus atau digiling sehingga berukuran kecil, sehingga apabila dilarutkan dalam suatu fasa pendispersi akan membentuk system koloid. Bila suatu zat cair disispersikan ke dalam zat cair lainnya, maka system dispersinya disebut emulsi. Beberapa hal yang berhubungan dengan system koloid antara lain : koagulasi (penggumpalan), koloid pelindung, efek permukaan, dialysis, efek tyndal, dan gerak brown (gerak acak partikel koloid)”.
Menurut Heru.S (2012:150) menyatakan bahwa mobalitas koloid dipengaruhi oleh perubahan kimia larutan yang mengubah interaksi gaya-gaya antara permukaan koloid dan butiran aquifel. Agar koloid dapat bergerak perubahan kimia larutan harus menghasilkan gaya repulsi pada permukaan koloid dan butiran yang lebih besar dari gaya tarik menariknya. Transpor koloid ini dapat dihambat dengan filtrasi.
Menurut Sarosa (2010:45) menyatakan bahwa koloid terdiri atas fasa terdispersi dengan ukuran tertentu dala medium pendispersi. Zat yang di dispersikan disebut fasa terdispersi sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium pendispersi. Sol adalah sistem koloid yang fasa terdispersinya berupa zat padat dan medium pendispersinya berupa zat cair atau zat padat.
Manfaat melakukan praktikum tentang koloid adalah praktikan mampu mengetahui jenis-jenis sistem koloid dalam kehidupan sehari-hari misalnya salah satunya adalah sebagai bahan pencuci, di mana prinsip koloid yang digunakan dalam proses pencucian dengan sabun yaitu sabun berfungsi sebagai emulgator dimana sabun akan mengemulsi minyak dalam air sehingga kotoran-kotoran berupa lemak atau minyak yang ada pada piring atau gelas dapat dihilangkan dengan cara membilasnya dengan air yang bersih.
Adapun asisten dosen yang mengempu mata kuliah Praktikum Kimia dasar II ialah Rafi Mariska S.Pd yang mana setiap percoabaan di pandu oleh beliau.

B.      METODE

1.   ALAT

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas ukur 50 mL, tabung reaksi, gelas kimia 100 mL, batang pengaduk,lumping, alu, dan perangkat pemanas.

2.   BAHAN

Bahan-bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan besi (III) klorida jenuh (FeCl3) larutan kalium sulfat (K2SO4) 0,1 M, larutan barium klorida (BaCl2) 0,1 M, larutan glukosa (C6H12O6), sabun cair, minyak goreng, aquadest (H2O), dan serbuk amilum (C6H10O5).

3.   PROSEDUR KERJA

a.        Pembuatan Koloid
1.    Dipanaskan 200 ml air hingga mendidih.
2.    Ditambahkan tetes pertetes FeCl3 jenuh sambil diaduk hingga larutan berwarna merah coklat dan disimpan larutan yang terbentuk untuk percobaan selanjutnya.
b.       Koagulasi
1.     Kedalam 3 buah tabung reaksi masing-masing dimasukkan 10 ml larutan K2SO4 pada tabung I, larutan BaCl2 pada tabung II dan larutan glukosa pada tabung III.
2.       Kemudian kedalam larutan diatas masing-masing diteteskan dengan perlahan koloid  yang telah dibuat pada percobaan A di atas.
3.       Diamati dengan seksama proses penggumpalan koloidnya.
c.        Dispersi
1.  Diambil sebanyak 2 spatula serbuk amilum dan dicampurkan dengan 5 ml air, kemudian diaduk dan disaring serta disimpan filtrat yang terbentuk ke dalam tabung reaksi I.
2.   Diambil sebanyak 2 spatula serbuk amilum yang lain dan digerus hingga halus kemudian dicampurkan dengan dengan 5 ml air kemudian disaring dan disimpan filtrat yang terbentuk endapan ke dalam tabung reaksi II.
3.    Dibandingkan filtrat pada langkah 1 dan 2 dengan cara menambahkan larutan iod sebanyak 3 tetes pada masing-masing tabung reaksi. Dibandingkan hasil pengamatanmu.
d.       Emulsi
1.   Ke dalam 2 buah tabung reaksi masing-masing dimasukkan 5 ml air dan 5 tetes minyak goreng. Ditandai tabung tersebut dengan tabung reaksi I dan tabung reaksi II.
2.       Ditambahkan sedikit sabun cair pada tabung reaksi II.
3.       Kemudian kedua tabung reaksi diatas dikocok kuat-kuat.
4.   Diperhatikan perbedaan yang terjadi pada kedua tabung reaksi, dan dicatat hasil pengamatanmu.

C.      HASIL DAN PEMBAHASAN

1.   SEBELUM PERCOBAAN
NO
    NAMA BAHAN
   BAHAN
    WARNA
  1
FeCl3
Larutan
Kuning
  2
K2SO4
Larutan
Tidakberwarna
  3
C6H12O6
Larutan
Tidakberwarna
  4
Sabun cair
Cairan
Hijau
  5
Minyak goreng
Cairan
Kuning
  6
H2O
Cairan
Tidakberwarna
  7
C6H10O5
Serbuk
Putih
  8
               BaCl2
Larutan
Putih keruh

2.   SESUDAH PERCOBAAN
a.    Pembuatan Koloid Fe(OH)3
60 ml air   dipanaskan + 50 tetes   à larutan berwarna merah kecoklatan dan membentuk koloid.
b.   Koagulasi
Tabung I :  10 ml  K2SO(tidak berwarna) + koloid Fe(OH)3 pertetes à warna kecoklatan  terbentuk banyak endapan.
Tabung II : 10 ml  BaCl2  + Fe(OH)3à sedikit penggumpalan larutan antara 2 zat tersebut (coklat kemerahan)
Tabung III : 10 ml C6H12O6 + Fe(OH)à tidak terjadi penggumpalan antara 2 zat tersebut (Orange)
c.    Dispersi
Tabung I : 2 spatula serbuk amillum + 5 ml à(disaring) larutan berwarna putih keruh + larutan iod à larutan biru pekat kehitaman (lebih banyak amillum)
Tabung II : 2 spatula serbuk amillum di gerus + 5 ml H2O à(disaring) larutan tidak berwarna + larutan iod à larutan berwarna sedikit biru bening (lebih sedikit amillum).

d.   Emulsi
Tabung I : 5 ml H2O + 5 tetes minyak à tidak larut/larutan air tidak menyatu.
Tabung II : 5 ml  H2O + 5 tetes minyak + beberapa tetes sabun cair larutan berbuih wana putih

3.   PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa koloid merupakan campuran homogen yang terdiri dari fasa pendispersi dan fasa terdispersi. Ada dua cara pembuatan koloid yaitu cara kondensasi dan dispesi. Kondensasi adalah moleku-molekul kecil diubah menjadi partikel koloid sedangkan cara dispersi partikel besar diubah menjadi partikel koloid, Hal ini sesuai dengan dasar teori yang dikemukakan oleh (Tim laboratorium FTK 2019: 11).
Percobaan pertama,pembuatan koloid besi (III) hidroksida dengan cara meneteskan larutan besi (III) klorida ke dalam gelas kimia yang berisi air yang mendidih, dan diaduk sampai menghasilkan warna merah kecoklatan dan selanjutnya di dingingkan untuk percobaan seterusnya. Pada pembuatan koloid besi (III) hidroksida dapat terlihat jelas bahwa koloid besi (III) hidroksida terdiri dari air sebagai fasa pendispersi karena mampu melarutkan besi (III) klorida, dan yang bertindak sebagai fasa terdispersi adalah besi (III) klorida. Pada pembuatan koloid besi (III) hidroksida terjadi perubahan warna yang menandakan telah terjadinya suatu reaksi kimia. Hal di atas sesuai dengan dasar teori yang dikemukakan oleh (Sarosa:45) menyatakan bahwa “Koloid terdiri dari fase terdispersi dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi, zat yang didispersikan disebut medium fase terdispersi sedangkan medium yang digunakan disebut medium pendispersi”.
Percobaan kedua tentang koagulasi. Koagulasi adalah proses pembentukan gumpalan-gumpalan partikel koloid. Pada tabung I yang berisi 10 ml larutan kalium sulfat di tambahkan koloid besi (III) hidroksida menghasilkan gumpalan berwarna orange atau lebih kemerahan yang sangat jelas terlihat, an apabila di sinari dengan cahaya maka tabung satu akan mengalami penghamburan cahaya, dikarenakan partikel-partikel di dalam tabung satu mempunyai partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar dari cahaya tersebut, sedangkan pada tabung II yang berisi 10 ml larutan barium klorida dan dicampurkan dengan koloid dari besi (III) hidroksida akan menghasilkan gumpalanyang lebih sedikit dari tabung I dan tetap bisa menghamburkan cahaya apabila disinari dengan cahaya, hal ini dapat terjadi karena partikel pada tabung II relatif besar. Penghamburan cahaya pada tabun satu dan dua dikarenakan adanya efek tyndal pada koloid tersebut, sedangkan pada tabung III berisi glukosa apabila dicampurkan dengan koloid dari besi (III) hidroksida menghasilkan larutan berwarna orange dan tidak terjadi gumpalan karena mutan pada larutan glukosa sangat banyak. Koloid distabilkan oleh muatannya, apabila muatan koloid dihilangkan maka kestailannya akan berkurang sehingga dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan seperti yang terjadi pada tabung I dan II. Larutan glukosa sebagai larutan sejati, sehingga apabila larutan sejati disinari cahaya tidak akan menghamburkan cahaya dikarenakan pertikel pada larutan sejati (glukosa) relatif kecil sehingga hamburan cahayanya sulit untuk diamati dan pada larutan glukosa berkas sinar yang bersal dari senter tidak terlihat karena berkas sinar hanya berjalan lurus tanpa penghamburan saat melewati zat tersebut.
Percobaan ketiga yaitu dispersi. Dispersi adalah proses partikel besar diubah menjadi parikel koloid. Pertama serbuk amilum yang belum digerus di campurkan dengan 5 ml air dan ketika disaring dan diteteskan larutan iod akan menghasilkan filtrat berwarna biru dongker pekat. Pada tabung I mengalami perubahan warna yang menandakan telah terjadinya reaksi kimia dan partikel-partikel pada tabung I masih lumayan besar karena menggunkan serbuk amilum tanpa digerus, sedangkan pada tabung II serbuk amilum yang telah digerus kan dicampurkan dengan 5 ml air disaring dan kemudian diteteskan larutan iod akan menghasilkan larutan berwarna biru dongker. Pada tabung II partikel koloidnya berukuran kecil karena digerus sehingga menyebabkan apibila dilarutkan di dalam satu fasa pendispersi akan membentuk sistem koloid. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang dikemukakan oleh (Tim Laboratorium FTK 2019).
Percobaan keempat tentang emulsi, emulsi adalah sisitem kolid yang terjadi apabila zat cair didispersikan ke dalam zat cair. Contohnya pada tabung I diisi dengan 5 ml aquadest dan 5 tetes minyak maka menghasilkan larutan tidak berwarna dan antara minyak dan air tidak menyatu karena antara minyakd an air memilki sifat yang berbeda walaupun jenisnya sama yaitu zat cair. Minyak bersifat non polar dan air bersifat polar sehingga itulah yang menyebabkan antara minyak dan air tidak menyatu. Sedangka pada tabung II di tambahkan 3 tetes sabun cair maka menghasilkan larutan berwarna putih dan adanya busa, kemudian antara minyak dan air menyatu dikarenakan sabun pada tabung II bertindak sebagai emulgator, emulgator adalah zat pengemulsi atau dengan kata lain emulgator adalah zat yang menjaga agar campuran tersebut tidak terpisah.

D.      KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat di simpulkan bahwa: pada percobaan emulsi air bersifat polar dan minyak bersifat non polar, oleh sebab itu air dan minyak tidak menyatu, sabun dalam proses emulsi bertindak sebagai emulgator dikarenakan mampu menyatukan antara air dan minyak, pada pembuatan koloid dapat dilakukan dengan dua cara yaitu kondensasi dan dispersi, koaguasi pada kalium permanganat lebih tampak di bandingkan koagulasi pada larutan barium klorida dan glukosa, dan filtrat dari proses pencampuran serbuk amilum dengan aquadest akan membentuk perubahan warna yaitu menjadi warna biru dongker yang pekat.

DIAGRAM ALIR




Share with your friends

Give us your opinion

Bijaklah dalam Memberikan Komentar !

Notifikasi
Belum ada notififikasi terbaru.
Done