Praktikum Kimia Dasar II tentang Koloid
PERCOBAAN IV
KOLOID
Oleh :
Adetia Novesti, Cici Purnama Sari, Nurul
Amalia, Haifa Humaira, Sulmia Maulida dan
Khairunnisa
Abstrak
[Download file laporan format PDF]
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk membuat beberapa sistem koloid, dan praktikum
ini dilaksankan pada tanggal 30 April 2019 di Laboratorium Kimia FTK UIN
Ar-Raniry Banda Aceh. Koloid merupakan campuran yang terdiri dari fasa
pendispersi dan fasa terdispersi. Pada pembuatan koloid terbagi menjadi dua
cara yaitu dengan cara kondensasi dan dispersi, dimana kondensasi adalah
molekul-molekul kecil diubah menjadi partikel koloid sedangkan pada cara
dispersi parikel besar diubah menjadi parikel koloid. Praktikum ini melakukan
empat kali percobaan, yaitu membuat koloid dari Besi (III) Hidroksida warna
yang dihasilkan pada koloid ini adalah larutan berwarna merah kecoklatan,
kemudian koagulasi atau proses pembentukan gumpalan-gumpalan partikel
koloid,misalnya dalam pemcampuran 10 ml larutan Kalium Sulfat yang ditambahkan
dengan koloid dari Besi (III) Hidroksida menghasilkan gumpalan berwarna orange
atau lebih merah. Dispersi merupakan proses partikel besar diubah menjadi
partikel koloid, dan yang terakhir adalah percobaan tentan emulsi dimana emulsi
merupakan suatu sistem koloid yang terjadi apabila za cair di dispersikan ke
dalam za cair, misalnya yang terjadi pada saat tabun yang berisi minyak dan air
dtiambahkan dengan 3 tetes sabun cair, maka antara minyak dan air bisa menyatu
karena adanya sabun yang bertindak sebagai emulgator (zat pengemulsi), tujuan
dari emulgator adalah untuk menjaga aar campuran tersebut tidak terpisah.
Kata Kunci : Dispersi, Efek Tyndal, Koagulasi, Gerak Brown
A. LATAR BELAKANG
Menurut
Tim Laboratorium Kimia FTK (2019 : 11) menyatakan bahwa “Suatu sistem koloid
terdiri dari dua fasa yaitu fasa pendispersi dan fasa terdispersi. Ada dua cara
pembuatan koloid yaitu cara kondensasi dan cara dispersi. Pada cara kondensasi,
molekul-molekul kecil diubah menjadi partikel koloid, sedangkan pada cara dispersi,
partikel besar diubah menjadi partikel koloid.
Cara Kondensasi
Pembuatan hydrosol AS2S3 merupakan salah satu contoh pengaruh
konsentrasi pada pembentukan koloid. Pembuatan hydrosol ini dapat dilakukan
dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan arsenit encer. Larutan ini
selanjutnya akan berubah menjadi sol yang terdiri dari AS2S3 sebagai fasa pendispersi yang berwarna kuning.
Cara Dispersi
Dengan cara dispersi, zat besar digerus atau digiling
sehingga berukuran kecil, sehingga apabila dilarutkan dalam suatu fasa
pendispersi akan membentuk system koloid. Bila suatu zat cair disispersikan ke
dalam zat cair lainnya, maka system dispersinya disebut emulsi. Beberapa hal
yang berhubungan dengan system koloid antara lain : koagulasi (penggumpalan),
koloid pelindung, efek permukaan, dialysis, efek tyndal, dan gerak brown (gerak
acak partikel koloid)”.
Menurut Heru.S
(2012:150) menyatakan bahwa mobalitas koloid dipengaruhi oleh perubahan kimia
larutan yang mengubah interaksi gaya-gaya antara permukaan koloid dan butiran
aquifel. Agar koloid dapat bergerak perubahan kimia larutan harus menghasilkan
gaya repulsi pada permukaan koloid dan butiran yang lebih besar dari gaya tarik
menariknya. Transpor koloid ini dapat dihambat dengan filtrasi.
Menurut Sarosa
(2010:45) menyatakan bahwa koloid terdiri atas fasa terdispersi dengan ukuran
tertentu dala medium pendispersi. Zat yang di dispersikan disebut fasa
terdispersi sedangkan medium yang digunakan untuk mendispersikan disebut medium
pendispersi. Sol adalah sistem koloid yang fasa terdispersinya berupa zat padat
dan medium pendispersinya berupa zat cair atau zat padat.
Manfaat melakukan
praktikum tentang koloid adalah praktikan mampu mengetahui jenis-jenis sistem
koloid dalam kehidupan sehari-hari misalnya salah satunya adalah sebagai bahan
pencuci, di mana prinsip koloid yang digunakan dalam proses pencucian dengan
sabun yaitu sabun berfungsi sebagai emulgator dimana sabun akan mengemulsi
minyak dalam air sehingga kotoran-kotoran berupa lemak atau minyak yang ada
pada piring atau gelas dapat dihilangkan dengan cara membilasnya dengan air
yang bersih.
Adapun asisten
dosen yang mengempu mata kuliah Praktikum Kimia dasar II ialah Rafi Mariska
S.Pd yang mana setiap percoabaan di pandu oleh beliau.
B.
METODE
1.
ALAT
Alat-alat
yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas ukur 50 mL, tabung reaksi, gelas
kimia 100 mL, batang pengaduk,lumping, alu, dan perangkat pemanas.
2.
BAHAN
Bahan-bahan
yang digunakan pada percobaan ini adalah larutan besi (III) klorida jenuh (FeCl3) larutan kalium sulfat (K2SO4) 0,1 M, larutan barium klorida (BaCl2) 0,1 M, larutan glukosa (C6H12O6), sabun cair, minyak goreng,
aquadest (H2O), dan serbuk amilum (C6H10O5).
3. PROSEDUR KERJA
a.
Pembuatan Koloid
1. Dipanaskan 200 ml air hingga mendidih.
2. Ditambahkan tetes pertetes FeCl3 jenuh sambil diaduk hingga larutan berwarna
merah coklat dan disimpan larutan yang terbentuk untuk percobaan selanjutnya.
b. Koagulasi
1. Kedalam 3 buah tabung reaksi masing-masing
dimasukkan 10 ml larutan K2SO4 pada tabung I, larutan BaCl2 pada tabung II dan larutan glukosa pada tabung
III.
2. Kemudian
kedalam larutan diatas masing-masing diteteskan dengan perlahan koloid yang telah dibuat pada percobaan A di atas.
3. Diamati
dengan seksama proses penggumpalan koloidnya.
c.
Dispersi
1. Diambil sebanyak 2 spatula serbuk amilum
dan dicampurkan dengan 5 ml air, kemudian diaduk dan disaring serta disimpan
filtrat yang terbentuk ke dalam tabung reaksi I.
2. Diambil sebanyak 2 spatula serbuk amilum yang lain dan digerus hingga halus
kemudian dicampurkan dengan dengan 5 ml air kemudian disaring dan disimpan
filtrat yang terbentuk endapan ke dalam tabung reaksi II.
3. Dibandingkan filtrat pada langkah 1 dan 2
dengan cara menambahkan larutan iod sebanyak 3 tetes pada masing-masing tabung
reaksi. Dibandingkan hasil pengamatanmu.
d. Emulsi
1. Ke dalam 2 buah tabung reaksi
masing-masing dimasukkan 5 ml air dan 5 tetes minyak goreng. Ditandai tabung
tersebut dengan tabung reaksi I dan tabung reaksi II.
2. Ditambahkan sedikit sabun cair pada tabung
reaksi II.
3. Kemudian kedua tabung reaksi diatas
dikocok kuat-kuat.
4. Diperhatikan perbedaan yang terjadi pada
kedua tabung reaksi, dan dicatat hasil pengamatanmu.
C.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.
SEBELUM PERCOBAAN
NO
|
NAMA BAHAN
|
BAHAN
|
WARNA
|
1
|
FeCl3
|
Larutan
|
Kuning
|
2
|
K2SO4
|
Larutan
|
Tidakberwarna
|
3
|
C6H12O6
|
Larutan
|
Tidakberwarna
|
4
|
Sabun cair
|
Cairan
|
Hijau
|
5
|
Minyak goreng
|
Cairan
|
Kuning
|
6
|
H2O
|
Cairan
|
Tidakberwarna
|
7
|
C6H10O5
|
Serbuk
|
Putih
|
8
|
BaCl2
|
Larutan
|
Putih
keruh
|
2.
SESUDAH PERCOBAAN
a.
Pembuatan Koloid Fe(OH)3
60 ml air dipanaskan + 50 tetes
à larutan berwarna merah kecoklatan dan membentuk
koloid.
b.
Koagulasi
Tabung I : 10 ml K2SO4 (tidak berwarna) + koloid Fe(OH)3 pertetes Ã
warna kecoklatan terbentuk banyak
endapan.
Tabung II : 10 ml BaCl2 + Fe(OH)3Ã
sedikit penggumpalan larutan antara 2 zat tersebut (coklat kemerahan)
Tabung III : 10 ml C6H12O6
+ Fe(OH)3 Ã tidak terjadi penggumpalan antara 2
zat tersebut (Orange)
c.
Dispersi
Tabung I : 2 spatula serbuk amillum + 5 ml à (disaring) larutan berwarna putih keruh
+ larutan iod à larutan biru pekat kehitaman (lebih
banyak amillum)
Tabung II : 2 spatula serbuk amillum di gerus + 5 ml H2O
à (disaring) larutan tidak berwarna +
larutan iod à larutan berwarna sedikit biru
bening (lebih sedikit amillum).
d.
Emulsi
Tabung I : 5 ml H2O + 5 tetes minyak à tidak larut/larutan air tidak
menyatu.
Tabung II : 5 ml H2O
+ 5 tetes minyak + beberapa tetes sabun cair larutan berbuih wana putih
3.
PEMBAHASAN
Berdasarkan percobaan yang telah
dilakukan dapat diketahui bahwa koloid merupakan campuran homogen yang terdiri
dari fasa pendispersi dan fasa terdispersi. Ada dua cara pembuatan koloid yaitu
cara kondensasi dan dispesi. Kondensasi adalah moleku-molekul kecil diubah
menjadi partikel koloid sedangkan cara dispersi partikel besar diubah menjadi
partikel koloid, Hal ini sesuai dengan dasar teori yang dikemukakan oleh (Tim
laboratorium FTK 2019: 11).
Percobaan pertama,pembuatan koloid
besi (III) hidroksida dengan cara meneteskan larutan besi (III) klorida ke
dalam gelas kimia yang berisi air yang mendidih, dan diaduk sampai menghasilkan
warna merah kecoklatan dan selanjutnya di dingingkan untuk percobaan
seterusnya. Pada pembuatan koloid besi (III) hidroksida dapat terlihat jelas
bahwa koloid besi (III) hidroksida terdiri dari air sebagai fasa pendispersi
karena mampu melarutkan besi (III) klorida, dan yang bertindak sebagai fasa
terdispersi adalah besi (III) klorida. Pada pembuatan koloid besi (III)
hidroksida terjadi perubahan warna yang menandakan telah terjadinya suatu
reaksi kimia. Hal di atas sesuai dengan dasar teori yang dikemukakan oleh
(Sarosa:45) menyatakan bahwa “Koloid terdiri dari fase terdispersi
dengan ukuran tertentu dalam medium pendispersi, zat yang didispersikan disebut
medium fase terdispersi sedangkan medium yang digunakan disebut medium
pendispersi”.
Percobaan kedua tentang koagulasi.
Koagulasi adalah proses pembentukan gumpalan-gumpalan partikel koloid. Pada
tabung I yang berisi 10 ml larutan kalium sulfat di tambahkan koloid besi (III)
hidroksida menghasilkan gumpalan berwarna orange atau lebih kemerahan yang
sangat jelas terlihat, an apabila di sinari dengan cahaya maka tabung satu akan
mengalami penghamburan cahaya, dikarenakan partikel-partikel di dalam tabung
satu mempunyai partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar dari
cahaya tersebut, sedangkan pada tabung II yang berisi 10 ml larutan barium
klorida dan dicampurkan dengan koloid dari besi (III) hidroksida akan
menghasilkan gumpalanyang lebih sedikit dari tabung I dan tetap bisa
menghamburkan cahaya apabila disinari dengan cahaya, hal ini dapat terjadi
karena partikel pada tabung II relatif besar. Penghamburan cahaya pada tabun
satu dan dua dikarenakan adanya efek tyndal pada koloid tersebut, sedangkan
pada tabung III berisi glukosa apabila dicampurkan dengan koloid dari besi
(III) hidroksida menghasilkan larutan berwarna orange dan tidak terjadi
gumpalan karena mutan pada larutan glukosa sangat banyak. Koloid distabilkan
oleh muatannya, apabila muatan koloid dihilangkan maka kestailannya akan
berkurang sehingga dapat menyebabkan koagulasi atau penggumpalan seperti yang
terjadi pada tabung I dan II. Larutan glukosa sebagai larutan sejati, sehingga
apabila larutan sejati disinari cahaya tidak akan menghamburkan cahaya
dikarenakan pertikel pada larutan sejati (glukosa) relatif kecil sehingga
hamburan cahayanya sulit untuk diamati dan pada larutan glukosa berkas sinar
yang bersal dari senter tidak terlihat karena berkas sinar hanya berjalan lurus
tanpa penghamburan saat melewati zat tersebut.
Percobaan ketiga yaitu dispersi.
Dispersi adalah proses partikel besar diubah menjadi parikel koloid. Pertama
serbuk amilum yang belum digerus di campurkan dengan 5 ml air dan ketika
disaring dan diteteskan larutan iod akan menghasilkan filtrat berwarna biru
dongker pekat. Pada tabung I mengalami perubahan warna yang menandakan telah
terjadinya reaksi kimia dan partikel-partikel pada tabung I masih lumayan besar
karena menggunkan serbuk amilum tanpa digerus, sedangkan pada tabung II serbuk
amilum yang telah digerus kan dicampurkan dengan 5 ml air disaring dan kemudian
diteteskan larutan iod akan menghasilkan larutan berwarna biru dongker. Pada
tabung II partikel koloidnya berukuran kecil karena digerus sehingga
menyebabkan apibila dilarutkan di dalam satu fasa pendispersi akan membentuk
sistem koloid. Hal ini sesuai dengan dasar teori yang dikemukakan oleh (Tim
Laboratorium FTK 2019).
Percobaan keempat tentang emulsi,
emulsi adalah sisitem kolid yang terjadi apabila zat cair didispersikan ke
dalam zat cair. Contohnya pada tabung I diisi dengan 5 ml aquadest dan 5 tetes
minyak maka menghasilkan larutan tidak berwarna dan antara minyak dan air tidak
menyatu karena antara minyakd an air memilki sifat yang berbeda walaupun
jenisnya sama yaitu zat cair. Minyak bersifat non polar dan air bersifat polar
sehingga itulah yang menyebabkan antara minyak dan air tidak menyatu. Sedangka
pada tabung II di tambahkan 3 tetes sabun cair maka menghasilkan larutan
berwarna putih dan adanya busa, kemudian antara minyak dan air menyatu
dikarenakan sabun pada tabung II bertindak sebagai emulgator, emulgator adalah
zat pengemulsi atau dengan kata lain emulgator adalah zat yang menjaga agar
campuran tersebut tidak terpisah.
D.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang
telah dilakukan maka dapat di simpulkan bahwa: pada percobaan emulsi air
bersifat polar dan minyak bersifat non polar, oleh sebab itu air dan minyak
tidak menyatu, sabun dalam proses emulsi bertindak sebagai emulgator dikarenakan
mampu menyatukan antara air dan minyak, pada pembuatan koloid dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu kondensasi dan dispersi, koaguasi pada kalium permanganat
lebih tampak di bandingkan koagulasi pada larutan barium klorida dan glukosa,
dan filtrat dari proses pencampuran serbuk amilum dengan aquadest akan
membentuk perubahan warna yaitu menjadi warna biru dongker yang pekat.