A. KOMPETENSI SARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN & KEBUTUHAN PEMBANGUNAN
Beberapa Aspek Pembangunan Pendidikan
Berbagai
program dan kegiatan telah dijabarkan dari kebijaksaan dasar tersebut. Program
dan kegiatan yang dilakukan tidak semata-mata atas dasar pertambahan
kuantitatif dalam garis linear, seperti menambah gedung, guru, buku dan
lain-lain, melainkan pula dengan penambahan yang bersifat inovatif. Langkah ini
ditempuh atas dasar analisis keadaan, yaitu dengan menjabarkan tujuan,
mengidentifikasi hambatan, faktor pendukung, dan alternatif tindakan.
Faktor pendukung yang diidentifikasikan
antara lain:
- Adanya satu kurikulum SMP yang berlaku dan bersifat nasional, yang memberi peluang untuk peningkatan kualitas anak dalam hal ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan dan keterampilannya, budi pekerti, kepribadian, nasionalis, dan kemampuan sebagai manusia pembangunan untuk membangun dirinya dan bangsanya.
- Adanya satu sistem pemerintahan yang senantiasa memberikan prioritas tinggi dalam pembangunan.
- Adanya sumber daya yang mau dan mampu memikirkan alternatif-alternatif tindakan kependidikan untuk memecahkan berbagai persoalan pendidikan Indonesia.
- Adanya kemampuan dan tersedianya landasan konseptual teknologi pendidikan yang dapat digunakan untuk menunjang proses pendidikan.
- Tersedianya modal hasil pembangunan yang dapat dimanfaatkan bagi pembangunan pendidikan.
- Adanya kemauan dan keinginan yang luas di kalangan masyarakat Indonesia.
- Adanya kemauan dan kemampuan masyarakat untuk berperan serta dalam berbagai kegiatan pendidikan.
Potensi Teknologi Pendidikan
·
Teknologi pendidikan merupakan
suatu proses yang kompleks dan terintegrasi meliputi manusia, alat dan sistem, termasuk
di dalamnya gagasan, prosedur dan organisasi. Teknologi pendidikan memakai
pendekatan yang sistematis dalam rangka menganalisa dan memecahkan persoalan
proses belajar. Teknologi pendidikan merupakan
suatu bidang profesi yang terbentuk dengan adanya usaha terorganisasikan dalam
mengembangkan teori, melaksanakan penelitian, dan aplikasi praktis perluasan,
serta peningkatan sumber belajar. Teknologi pendidikan beroperasi
dalam seluruh bidang pendidikan secara integratif, yaitu secara rasional
berkembang dan berintegrasi dalam berbagai kegiatan pendidikan.
Pada umumnya teknologi pendidikan dianggap mempunyai potensi untuk :
1.
Meningkatkan produktivas
pendidikan, dengan jalan:
-
Mempercepat tahap belajar
-
Membantu guru agar menggunakan
waktunya secara lebih baik.
- Mengurangi bebean guru dalam
menyajikan informasi sehingga guru lebih banyak membina dan mengembangkan
kegairahan belajar anak.
2.
Memberikan kemungkinan pendidikan
yang sifatnya lebih individual, dengan jalan:
-
Mengurangi kontrol guru yang kaku
dan tradisional.
-
Memberikan kesempatan anak yang
berkembang sesuai kemampuannya.
3.
Memberikan dasar yang lebih ilmiah
terhadap pengajaran dengan jalan:
-
Penyajian informasi dan data
secara lebih konkret.
4.
Lebih memantapkan pengajarn dengan
jalan:
-
Meningkatkan kapabilitas manusia
dengan berbagai media komunikasi.
-
Penyajian informasi dan data
secara lebih konkret
5.
Memungkinkan belajar secara
seketika (immediacy of learning)
karena dapat:
-
Mengurangi jurang pemisah antara
pelajaran di dalam dan di luar sekolah.
-
Memberikan pengetahuan langsung.
6.
Memungkinkan penyajian pendidikan
lebih luas, terutama adanya media massa, dengan jalan:
-
Pemanfaatan bersama (secara lebih
luas) tenaga atau kejadian yang langka.
-
Penyajian informasi menembus batas
geografi.
Konsepsi Dasar dan Asumsi
Di
dalam landasan pengertian dan potensi teknologi pendidikan, perlu kiranya
disepakati beberapa konsepsi berikut ini.
1. Bahwa pendidikan pada hakikatnya
merupakan kegiatan yang dilakukan anak didik yang berakibat terjadinya perubahan pada diri pribadinya. Prinsip ini
mengandung arti bahwa yang harus diutamakan adalah kegiatan belajar anak didik
dan bukannya “ sesuatu yang diberikan pada anak didik”.
2. Bahwa pendidikan adalah proses yang berlangsung
seumur hidup. Prinsip ini bila dilaksanakan secara konsisten akan dapat
mempengaruhi kurikulum secara radikal, yaitu tidak lagi berisikan maateri yang
perludiketahui, melainkan berintikan pada “Peranti” (tools) untuk mengembangkan
pengetahuan dan teknologi lebih lanjut. Prinsip ini juga mengharuskan
kontinuitas dan sinkronisasi dari pendidikan yang berlangsung dari sekolah
maupun di luar sekolah.
3. Pendidikan dapat berlangsung
kapan, dan di mana saja, yaitu pada saat dan tempat yang sesuai dengan keadaan
dan kebutuhan anak didik.
4. Pendidikan dapat berlangsung secara mandiri (independent) dan dapat berlangsung
secara efektif dengan dilakukannya pengawasan dan penilikan berkala. Prinsip
mengandung arti bahwa pendidikan tidak harus berlangsung dalam kelompok dengan
pengawasan terus-menerus dari seseorang pada tempat tertentu, misalnya dalam
ruangan kelas.
5. Pendidikan dapat berlangsung
secara efektif baik di dalam kelompok yang homogen, heterogen maupun
perseorangan (individualized).
Prinsip ini mengandung arti bahwa pengelompokan anak sekitar 30-40 orang atas
dasar homogenitas. Konsep ini juga mengandung arti bahwa dalam satu lokasi
(kelas) dan di bawah pembinaan seseorang (guru) dapat berlangsung kegiatan belajar
secara berkelompok dengan anggota kelompok yang heterogen, baik dalam umur,
tingkat, umur dan macam belajarnya.
6. Belajar dapat diperoleh dari siapa
dan apa saja, baik yang disengaja dirancang maupun yang diambil manfaatnya.
Konsep ini mengandung arti bahwa bila seseorang mempunyai kesadaran, dan minat
untuk belajar, dia dapat mengambil pelajaran dari siapa saja, tidak hanya orang
tua dan guru melainkan pula teman sebaya, pemuka masyarakat, dan anggota
masyarakat lainnya, bahkan juga dapat belajar dari media yang didengarnya atau
yang dilihatnya, seperti radio atau televisi.
Kecuali konsepsi dasar yang dipakai titik
tolak pengembangan kegiatan, didentifikasikan pula beberapa asumsi sebagai
berikut:
1. Orientasi paa kehadiran guru yang
terdapat pada kebanyakan sistem sekolah pada saat ini dapat dikurangi dengan
menambah komponen media pendidikan yang digunakan.
2. Kemampuan membaca (reading ability) yang diperoleh anak
dari pendidikan di SD merupakan modal yang dapat digunakan untuk melakukan
kegiatan belajar sendiri melalui media cetak.
3. Kegiatan belajar mandiri dan
belajar berkelompok siswa tingkat SMP dapat diarahkan dan diatur secara
melembaga melalui pengaturan dan pengarahan program, penjadwalan dan pemberian
stimulasi (rangsangan).
4. Modifikasi peranan komponen
fungsional dan proses dalam sistem pendidikan (guru, media, sarana dan cara
belajar) dapat dilakukan, sepanjang tidak mengubah hakikat dan fungsi sekolah.
5. Dalam beberapa kondisi dan situasi
tertentu, media pendidikan dapat menggantikan sebagian tugas guru, terutama
untuk penyajian bahan belajar.
6.Inovasi dalam teknologi pendidikan
yang pada hakikatnya merupakan proses sistematis untuk terjadinya tindak
belajar dengan memanfaatkan berbagai sumber, dapat merupakan alternatif
pemecahan masalah pemerataan pendidikan, terutama yang disebabkan karena
faktor-faktor guru bermutu yang makin langka, terbatasnya sarana dan faktor
geografi dan ekonomi.
7. Inovasi dalam bentuk kelembagaan
sekolah terbuka dapat diterapkan untuk melaksanakan konsep dasar dan asumsi di
atas. Di samping itu, juga dapat
diterima oleh orang tua, pemerintah dan masyarakat, baik karena hasil yang oleh
orang tua dan masyarakat, baik karena hasil yang memadai, biaya yang relatif
lebih rendah, serta terbuka untuk kontrol dan partisipasi masyarakat.
8. Sistem sekolah terbuka dapat
membantu lebih berkembangnya citra baru dalam masyarakat bahwa pendidikan dapat
berlangsung dalam lingkungan apa saja yang sengaja dibentuk untuk itu.