Berikut contoh koloqium jenis makalah yang mengikuti format penulisan fakultas tarbiyah dan keguruan UIN Ar-Raniry, untuk mendownload scroll ke bagian paling bawah link biru, semoga bermanfaat.
MAKALAH TINJAUAN GREEN CHEMISTRY DAN PERANANNYA TERHADAP BIDANG PENDIDIKAN KIMIA
DISUSUN
OLEH
ULFAH
FAHJRIATI
291324954
Green
Chemistry
memiliki peranan penting dalam memberikan solusi terhadap permasalahan dunia
seperti perubahan iklim yang ekstrim karena pemanasan global, permasalahan
kekurangan energi, dan sumber daya alam yang menipis. Peranan green chemistry terhadap bidang
pendidikan kimia adalah memberikan informasi baik kepada masyarakat dan siswa
tentang pola ramah lingkungan dan perubahan yang sangat penting bagi
pembangunan berkelanjutan yang dimulai dari suatu usaha untuk meminimalisir sisa
kegiatan (limbah) yang digunakan di dalam laboratorium kimia baik di sekolah
maupun universitas serta limbah industri, peranan green chemistry dalam
pendidikan kimia juga memberikan pemahaman kepada masyarakat khususnya
mahasiswa dalam penggunaan, pengolahan bahan kimia baik bahan kimia di
laboratorium maupun di kehidupan sehari-hari seperti deterjen.
Kata
Kunci : Green Chemistry, pendidikan
kimia.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan
kimia saat ini mempunyai fokus pada pemikiran pengaruh produksi senyawa kimia
pada lingkungan. Pada saat ini diperkirakan akan banyak sekali produk kimia
yang dahulu dianggap ramah lingkungan, tetapi nanti dibatasi pemakaiannya
karena berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Padahal penanganan limbah
industri, sebenarnya sudah sejak lama konsep pembangunan berkelanjutan
diwacanakan oleh masyarakat dunia dan dijadikan kerangka acuan program
pembangunan nasional di banyak negara. Bertolak dari konsep pembangunan
berkelanjutan tersebut, maka mulai tahun 1980-an telah dikembangkan kimia hijau
(Green Chemistry) yang berkaitan penerapan 12 (dua belas) prinsip yang bertujuan untuk mengurangi
aktivitas dan dampak industri kimia dan produk-produknya terhadap kesehatan
manusia dan kondisi lingkungan.
Pada
bidang pendidikan teknik dikenal green engenering yang intinya sama
dengan green chemistry, yaitu pencegahan terbentuknya limbah lebih baik
daripada mengolah limbah setelah dihasilkan, serta mencegah polusi lingkungan
bentuk molekul bahan kimia berbahaya bagi kehidupan dan lingkungan.
Penerapan proses industri berbasis green
chemistry
akan memberikan keuntungan keseimbangan
antara aspek lingkungan, ekonomi, dan
sosial. Dengan pelaksanaan green chemistry di dalam kehidupan
dapat dipandang sebagai suatu langkah penting menuju kelestarian lingkungan
atau pembangunan berkelanjutan. Permasalahannya, banyak kalangan masyarakat
yang belum mengenal dan menjalankan prinsip green chemistry.
Gambaran
umum green chemistry dalam pendidikan
kimia sangat penting dalam menyosialisasikan dan melaksanakan prinsip green
chemistry dalam pembelajaran. Hal tersebut penting, sehubungan kerusakan
lingkungan yang saat ini terjadi, mengindikasikan peran kimia dan pendidikan
kimia sampai saat ini belum berkontribusi optimal dalam menyelamatkan
lingkungan. Oleh karenanya, pembelajaran kimia untuk menumbuhkan sikap
kepedulian akan kelestarian lingkungan perlu ditanamkan sejak awal.
Permasalahannya adalah dalam dunia pendidikan belum menjadi kelaziman green
chemistry ditempatkan sebagai misi dan visi pendidikan, termasuk dalam
pendidikan kimia; sehingga banyak limbah buangan hasil kerja laboratorium
dibuang tanpa memikirkan dampaknya terhadap lingkungan. Pembelajaran kimia saat
ini perlu dipikirkan suatu pola pembelajaran kimia yang berbasis green
chemistry. Kenyataan juga menunjukkan bahwa
saat ini sudah banyak orang belajar kimia dan berpendidikan kimia namun
belum berpikir dan bertindak dalam kehidupannya sesuai hakikat kimia yang dipelajari.
Misalnya kepekaan akan penyelamatan lingkungan masih rendah, padahal kepekaan
berpikir dan bertindak untuk menyelamatkan lingkungan dapat dilatihkan selama
proses kegiatan pembelajaran kimia berlangsung.
Suatu
pembelajaran kimia yang hanya menekankan penguasaan konsep, aturan, dan prinsip
yang bersifat verbalistis, berarti pembelajaran tersebut tidak bermakna.
Artinya mahasiswa tahu konsep-konsep kimia mengenai bahaya pemanfaatan pelarut
kimia bagi lingkungan, tetapi mereka belum berbuat dan bertindak bagaimana cara
mengatasi pemanfaatan zat kimia dan pelarut organik tersebut agar tidak
membahayakan bagi lingkungan. Oleh karenanya, pembelajaran kimia sebagai wahana
membekali setiap mahasiswa calon guru kimia dengan kemampuan berpikir dan bertindak
sesuai pengetahuan kimia yang dimiliki. Dengan demikian, sebagai hasil belajar
kimia bagi calon guru kimia adalah kualitas lulusan calon guru kimia yang
memiliki kemampuan berpikir dan bertindak berdasarkan pengetahuan kimia yang
dimilikinya dan menularkannya pada peserta didiknya kelak. Kemampuan berpikir
dan bertindak berdasarkan pengetahuan sains, termasuk kimia lebih dikenal
dengan kemampuan generik sains[1].
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang di atas maka rumusan masalah yang penulis ajukan dalam makalah ini
adalah apakah peranan green chemistry terhadap
bidang pendidikan Kimia?
C.
Tujuan penulisan
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam pembuatan makalah ini
adalah : untuk mengetahui peranan green
chemistry dalam bidang pendidikan Kimia.
D.
Penjelasan istilah
Untuk
menghindari kesalahpahaman pembaca dalam memahami istilah yang
dimaksud, maka
penulis perlu menjelaskan beberapa istilah penting yang terdapat dalam makalah
ini.
1. Green Chemistry
Green Chemistry adalah
penerapan prinsip penghilangan dan pengurangan
senyawa berbahaya dalam desain, pembuatan dan aplikasi dari produk
kimia. Aspek Green Chemistry adalah
meminimalisasi zat berbahaya, penggunaan katalis reaksi dan proses kimia,
penggunaan reagen yang tidak beracun,
penggunaan sumber daya yang dapat diperbaharui, peningkatan efisiensi atom,
penggunaan pelarut yang ramah lingkungan dan dapat didaur ulang. Green Chemistry bertujuan mengembangkan
proses kimia dan produk kimia yang ramah lingkungan dan sesuai dengan
pembangunan berkelanjutan[2].
2. Pendidikan
Kimia
Pendidikan adalah
usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan,
pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Menurut
UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara[3]. Pendidikan kimia adalah
suatu bidang ilmu yang mempelajari bagaimana cara mengajarkan atau menjadi
pendidik ilmu kimia di sekolah[4].
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A.
GREEN CHEMISTRY
Green Chemistry adalah
suatu konsep teknologi kimia inovatif yang mengurangi atau menghilangkan
penggunaan atau timbulnya bahan kimia berbahaya dalam desain, pembuatan dan
penggunaan produk kimia. Green
Chemistry atau dikenal sebagai “Kimia Hijau” merupakan sebuah
pendekatan terhadap sintesis, proses dan penggunaan bahan kimia yang dapat
mengurangi bahaya pada manusia dan lingkungan. Selain itu, Green Chemistry dapat diartikan
sebagai teknik dan metodologi kimia yang dapat mengurangi atau menghilangkan
penggunaan atau pembentukan dari bahan baku, pelarut yang berbahaya bagi
kesehatan manusia maupun lingkungan. Sudah banyak ilmu kimia inovatif yang
dikembangkan beberapa tahun belakangan ini yang efektif, efisien dan ramah
lingkungan. Pendekatan ini terdiri dari sintesis dan proses baru serta
peralatan baru yang dapat menunjukan kepada kimiawan lain bagaimana cara
berhubungan dengan ilmu kimia dengan sikap yang lebih ramah lingkungan. Green
Chemistry bukanlah environmental science tetapi bagian ilmu kimia yang
mencari dan berkreasi untuk memberikan solusi bagi penciptaan teknologi yang
aman bagi manusia dan lingkungannya. Target Green
Chemistry adalah mencegah polusi dari sumbernya, dimulai dari bahan baku,
sintesa produk, desain proses dan produknya sebelum berpotensi jadi polutan.
Dengan kata lain pencegahan dimulai seawal mungkin[5].
Hal
inilah yang Green Chemistry emban
yaitu suatu tugas yang sangat penting dan disinilah perbedaannya. Tidak hanya
itu, konsep Green Chemistry menawarkan
penggunaan bahan yang bijak, aman, ramah lingkungan, hemat, dan optimal dalam
penggunaannya. Anastas dan Warner
(1998) telah mengembangkan prinsip-prinsip Green Chemistry. Prinsip bahan kimia ramah lingkungan (Green Chemistry) yang diungkapkan oleh Paul Anastas dan John Warner (1998) ada 12 prinsip, yaitu:
· Mencegah Limbah
Yaitu bagaimana
kemampuan kimiawan untuk merancang ulang transformasi kimia untuk meminimalkan
produksi limbah berbahaya merupakan langkah pertama yang penting dalam
pencegahan polusi. Dengan mencegah generasi sampah, kita meminimalkan bahaya
yang berhubungan dengan limbah, transportasi, penyimpanan dan perawatan.
· Memaksimalkan Atom
Ekonomi
Ekonomi Atom adalah
sebuah konsep, yang dikembangkan oleh Barry Trost dari Stanford University yang mengevaluasi efisiensi transformasi kimia.
Mirip dengan perhitungan hasil, ekonomi atom merupakan rasio dari total massa
atom dalam produk yang diinginkan dengan massa total atom pada reaktan. Memilih
transformasi yang menggabungkan sebagian besar bahan awal ke dalam produk lebih
efisien dan meminimalkan limbah.
· Desain sintesis kimia
yang kurang berbahaya
Metode sintetis
seharusnya didesain untuk menggunakan dan menghasilkan zat yang memiliki kadar
sekecil mungkin atau bahkan tidak beracun terhadap kesehatan manusia dan lingkungan.
Tujuannya adalah untuk menggunakan reagen kurang berbahaya bila memungkinkan
dan proses desain yang tidak menghasilkan produk sampingan berbahaya.
· Desain Produk kimia
yang aman
Produk kimia seharusnya
didesain untuk mempengaruhi fungsi yang diinginkan dengan meminimalkan
toksisitas ( sifat beracun) mereka.
· Gunakan Pelarut /
kondisi reaksi yang aman
Semaksimal mungkin
diupayakan untuk tidak menggunakan zat tambahan (misalnya, pelarut, agen
pemisah, dll). Penggunakan pelarut biasanya mengarah ke produksi limbah. Oleh
karena itu penurunan volume pelarut atau bahkan penghapusan total pelarut akan
lebih baik. Dalam kasus di mana pelarut diperlukan, hendaknya perlu
diperhatikan penggunaan pelarut yang cukup aman.
· Meningkatkan Efisiensi
Energi
Kebutuhan Energi dalam
proses kimia harus diakui berdampak pada lingkungan dan ekonomi dan harus
diminimalkan. Jika mungkin, metode sintetis dan pemurnian harus dirancang untuk
suhu dan tekanan ruang, sehingga biaya energi yang berkaitan dengan suhu dan
tekanan ekstrim dapat diminimalkan.
· Gunakan Bahan Baku
Terbarukan
Bila memungkinkan,
transformasi kimia harus dirancang untuk memanfaatkan bahan baku yang
terbarukan. Contoh bahan baku terbarukan termasuk produk pertanian atau limbah
dari proses lainnya. Contoh bahan baku depleting termasuk bahan baku yang
ditambang atau dihasilkan dari bahan bakar fosil (minyak bumi, gas alam atau
batubara).
· Hindari penggunaan
Kimia Derivatif
Derivatisasi yang tidak
perlu harus dikurangi atau dihindari jika mungkin, karena langkah-langkah
seperti ini membutuhkan reagen tambahan dan dapat menghasilkan limbah.
Transformasi Sintetik yang lebih selektif akan menghilangkan atau mengurangi
kebutuhan untuk proteksi gugus fungsi. Selain itu, urutan sintetis alternatif
dapat menghilangkan kebutuhan untuk mengubah gugus fungsi dengan ada gugus
fungis lain yang lebih sensitif.
· Gunakan Katalis
Secara stoikiometri
katalis dengan selektivitas yang tinggi memang lebih unggul dalam reaksi.
Katalis dapat memainkan beberapa peran dalam proses transformasi, antara lain
dapat meningkatkan selektivitas reaksi, mengurangi suhu transformasi,
meningkatkan tingkat konversi produk dan mengurangi limbah reagen (karena
mereka tidak dikonsumsi selama reaksi). Dengan mengurangi suhu, kita dapat
menghemat energi dan berpotensi menghindari reaksi samping yang tidak
diinginkan.
· Desain Produk yang
Terdegradasi
Produk kimia seharusnya
didesain hingga pada akhir fungsinya nanti mereka dapat terurai menjadi produk
degradasi yang tidak berbahaya ketika mereka dilepaskan ke lingkungan.
Disinilah arti pentingnya sintesis material sehari-hari yang biodegradable,
misalnya biopolimer, plastik ramah lingkungan dst.
· Analisis Real-Time
untuk Mencegah Polusi
Selalu penting untuk
memonitor kemajuan reaksi untuk mengetahui kapan reaksi selesai atau untuk
mendeteksi munculnya produk samping yang tidak diinginkan. Bila memungkinkan,
metodologi analitis harus dikembangkan dan digunakan untuk memungkinkan untuk
real-time, pemantauan pada proses dan kontrol untuk meminimalkan pembentukan
zat berbahaya.
· Minimalkan Potensi
Kecelakaan
Salah satu cara untuk
meminimalkan potensi kecelakaan kimia adalah memilih pereaksi dan pelarut yang
memperkecil potensi ledakan, kebakaran dan kecelakaan yang tak disengaja.
Risiko yang terkait dengan jenis kecelakaan ini kadang-kadang dapat dikurangi
dengan mengubah bentuk (padat, cair atau gas) atau komposisi dari reagen.
Dewasa
ini sudah banyak sekali penelitian-penelitian yang mengarah/ berbasis pada
aspek keberlangsungan. Sebagai contoh misalnya usaha untuk menemukan energi
terbarukan, antara lain energi surya, energi bahan bakar yang berbasis
hidrogen, biogas, termasuk proses penyimpanannya jangka panjang. Penggunaan green solvent dan green katalist, termasuk di dalamnya biokatalist (yang reusable dan recycle), mekanisme sintesis yang dirancang ramah lingkungan,
begitu pula upaya memaksimalkan atau memanfaat kan kembali limbah sebagai bahan
baku bermanfaat di masa depan adalah merupakan usaha-usaha para ilmuwan untuk
terwujudnya bumi yang hijau.
B.
PENDIDIKAN
KIMIA
Ilmu
kimia dan ilmu pendidikan kimia memiliki aspek kajian yang berbeda. Ilmu kimia
mempelajari zat atau materi dari segi mikro yaitu dari segi atom-atom,
molekul-molekul, dan ion-ion untuk kepentingan makro. Ilmu kimia mempelajari
segala sesuatu tentang zat yang meliputi komposisi, struktur dan sifat,
transformasi, dinamika, dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan
penalaran. Dahulu, saat ini, dan saat yang akan datang ilmu kimia memegang
peranan sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh
karena kehidupan kita sangat tergantung dari zat-zat kimia yang terkandung dalam
berbagai bahan kimia seperti air, udara, tanah, bahan pangan, bahan sandang,
bahan papan, pupuk, dan obat-obatan. Dengan mempelajari ilmu kimia atau kimia,
manusia dapat mengubah zat satu menjadi zat lain atau menciptakan suatu zat
baru secara sintetis sesuai keinginannya, chemistry
is a miracle one.
Ilmu
Pendidikan Kimia merupakan ilmu interdisiplin dari ilmu pendidikan dan/atau
ilmu kimia, oleh karenanya dapat dipandang sebagai bidang ilmu dari cabang ilmu
pendidikan dan/atau dari cabang ilmu kimia. Ilmu pendidikan kimia pada
hakikatnya merupakan penerapan teori ilmu pendidikan dalam konteks ilmu kimia
untuk tujuan pembelajaran kimia. Berbeda dengan ilmu kimia, ilmu pendidikan
kimia atau pendidikan kimia umurnya relatif masih muda.
Seorang
ahli pendidikan kimia juga ahli kimia, baik keahlian tersebut dipelajari secara
berturutan (consecutive) maupun
dipelajari secara serentak (cuncurrent).
Tugas utama seorang ahli pendidikan kimia ialah menjadi pendidik dalam bidang
kimia, dengan tugas utama menyampaikan kimia kepada peserta didik secara aktif,
informatif, kreatif, efisien, efektif, dan menyenangkan. Pendidikan kimia
mengalami perkembangan dari waktu ke waktu seiring dengan perkembangan ilmu
kimia, perkembangan karakteristik peserta didik dan karakteristik pendidik,
perubahan lingkungan pendidikan, serta perubahan dalam sistem penilaian atau
asesmen hasil belajar[6].
C.
HUBUNGAN
ANTARA PENDIDIKAN KIMIA DAN GREEN
CHEMISTRY
Pendidikan
kimia saat ini mempunyai fokus pada pemikiran pengaruh produksi senyawa kimia
pada lingkungan. Pada saat ini diperkirakan akan banyak sekali produk kimia
yang dahulu dianggap ramah lingkungan, tetapi nanti dibatasi pemakaiannya
karena berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan. Pendidikan kimia mempunyai
andil besar dalam memberikan pemahaman maupun sosialisaisi tentang green chemistry di masarakat luas[7].
Beberapa
prinsip Green Chemistry yang
dapat diaplikasikan dalam dunia pendidikan adalah penggunaan bahan kimia yang
aman, penggunaan pelarut dan zat tambahan yang aman, penggunaan bahan terbarukan,
pencegahan polusi dan peningkatan keselamatan kerja. Pertanyaan tentang
bagaimana mendidik generasi masa depan kimia yang memiliki keterampilan dan
pengetahuan untuk prakteknya kimia ramah lingkungan terletak di pusat materi
pendidikan yang berhubungan dengan kimia hijau
.
Pada
tataran dunia pendidikan, pendekatan efisiensi ini merupakan salah satu solusi
yang dilakukan oleh seorang pendidik untuk menjamin masa depan peserta didik
agar peduli terhadap masalah lingkungan dan mampu mencari solusi terhadap
permasalahan tersebut. Pada bidang pendidikan kimia, pendidikan efisiensi ini
disebut dengan Green Chemistry Education. Terkait dengan Green Chemistry Education untuk mempersiapkan
peserta didik menjadi seorang yang
produktif, seorang pendidik dan harus mampu memunculkan isu lingkungan sosial
dan memfokuskan secara spesifik tentang green
chemistry di kelas[8].
Pembelajaran
kimia berorientasi green chemistry
bertujuan agar siswa memiliki karakter peduli lingkungan, khususnya dalam
penanganan masalah lingkungan, membentuk perilaku agar dapat berpartisipasi
dalam pemeliharaan lingkungan. Pengkajian terhadap fenomena dan dampak
perubahan lingkungan perlu dilakukan melalui pendidikan formal[9].
Penggunaan
virtual laboratorium ternyata memiliki andil besar dalam program green chemistry. Virtual laboratorium
adalah laboratorium komputasi yang dirancang agar siswa mampu melakukan
praktikum walau tidak secara langsung. Penggunaan ini dimaksudkan untuk
meminimalisir kesalahan dalam laboratorium dalam hal penggunaan bahan kimia
maupun hasil praktikum atau penelitian. Hal ini juga mampu menghemat bahan
ketika praktikum dengan meminimalisir percobaan yang dilakukan. Melihat fakta
yang membuktikan bahwa penyumbang limbah laboratorium terbesar adalah
sekolah-sekolah SMA[10].
BAB
III
PEMBAHASAN
Alasan
utama dan tak bisa dibantah lagi karena hampir semua aspek dalam kehidupan
sehari–hari berkaitan dengan produk kimia. Kedua perkembangan produk kimia
telah menimbulkan masalah baru bagi lingkungan dan kesehatan bahkan efek-efek
lain yang belum diketahui. Mendorong pencegahan terhadap polusi mulai dari
tingkat molekuler melalui desain sintesis dan mendukung lebih lanjut penemuan
proses kimia yang lebih ramah lingkungan yang tidak hanya dapat
mengurangi sisa bahan beracun tapi menghilangkan sama sekali subtansi-substansi
yang berpotensi racun dan berbahaya. Paul Anastas sang “Bapak Green Chemistry” bersama John C.Warner
telah mengembangkan 12 prinsip Green
Chemistry yang dapat menterjemahkan teori menjadi tindakan.
Gambar
2.1 Green Chemistry
Ada
3 hal yang harus dipenuhi agar menjadi ‘Green’
dalam Green Chemistry yaitu, lebih
ramah lingkungan daripada sumber daya alternatif
lain, lebih ekonomis daripada sumber daya
alternatif lain, berfungsi lebih baik daripada sumber daya alternatif lain. Suatu teknologi yang tidak
memenuhi salah satu syarat tersebut tidak akan berhasil di pasaran dan lemah
dalam pencegahan polusi lingkungan. Jelas kita tidak bisa berkompromi dengan
kerusakan lingkungan yang bergerak cepat seiring dengan pertumbuhan jumlah
penduduk dan jenis produk yang berpotensi membahayakan alam terus bertambah.
Kegiatan
laboratorium kimia juga merupakan sumber bahan kimia yang kemudian limbahnya
menimbulkan pencemaran lingkungan. Pembelajaran yang mengacu pada Green Chemistry menjadi sangat penting, dalam rangka mewujudkan
pembelajaran kimia yang efektif namun harus juga menjamin perlindungan terhadap
lingkungan dan warga sekolah itu sendiri. Green
Chemistry ditujukan pada dampak produk dan proses industri terhadap
lingkungan. Prinsip utama dalam Green
Chemistry adalah “mencegah lebih baik daripada mengobati”, sehingga tujuan Green Chemistry adalah mencegah
timbulnya polusi dari menangani limbah yang terjadi.
Gambar
2.2 Green Chemistry
Profesor
James Clark adalah Direktur Pusat Green
Chemistry untuk Industri, pendiri GCN (Green
Chemistry Network) dan editor khusus RSC jurnal ‘Green’, ketua Penerapan kimia dan industri University of York dan
kepala Pusat Clean Technology yang
menjadi wadah kolaborasi antara ilmuwan
riset dengan kalangan industri untuk mengembangkan
teknologi Green Chemistry yang bermanfaat bagi masyarakat luas. Alumni Kings College kota London ini telah
banyak menulis buku–buku publikasi ilmiah mengenai Green Chemistry khususnya tentang katalis dan senyawa kimia ‘Green’ dan sumber daya alam yang dapat
diperbaharui. Professor James Clark dikenal pula sebagai pembicara
internasional mengenai Clean Technology
dan Green Chemistry. Beliau sering
diundang sebagai Pembicara utama dan Dosen luarbiasa di berbagai belahan dunia.
Ada
lima masalah dunia yang dapat diperbaiki Green
Chemistry:
1.
Masalah Kekurangan
Energi
Masalah
kekurangan energi di dunia, dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tak dapat
diperbaharui dan berpotensi merusak lingkungan seperti karbondioksida,
menipisnya lapisan ozon, dampak penambangan serta bahan beracun di sekitar
kita.
Untuk
masalah kekurangan energi ini Green
Chemistry dapat menjadi pendorong dalam pembuatan energi alternative
seperti photovoltaics, rekayasa bahan bakar hidrogen, bahan bakar nabati atau
biologis dan yang lainnya. Selain itu gerakan Green Chemistry lain ialah meningkatkan pemakaian katalis yang
tepat dan mampu mengefisienkan pemakaian energi. Sebab jika alur proses
sintesis dapat dipotong otomatis pemakaian energi dapat dihemat.
2.
Masalah Perubahan Iklim
Global
Perubahan
iklim, kenaikan suhu lautan , kimia stratosfir, dan pemanasan global adalah
bidang kajian yang digarap oleh teknologi Green
Chemistry.
3.
Masalah Sumberdaya alam
yang kian menipis
Eksploitasi
yang berlebihan atas sumber daya alam tak terbaharui, menyebabkan
ketidakseimbangan pada skala yang memprihatinkan .Oleh karena itu pemakaian
bahan bakar fosil menjadi isu utama dalam kajian Green Chemistry.
Upaya-upaya
yang dapat dilakukan melalui Green
Chemistry ialah sintesis bahan bakar yang dapat diperbaharui secara
berkesinambungan baik dari segi ekonomi dan teknologi seperti: Teknologi
biomassa, Teknologi nanosains, Biosolar, Efisiensi Karbondioksida , Zat chitin
dan Pengolahan Limbah.
4.
Masalah Kekurangan
pangan
Ketika
terjadi kelangkaan pangan maka aliran distribusi pun melemah .Sayangnya metoda
pertanian sekarang ini tak mampu lagi mengatasi masalah pangan di masa
mendatang. Untuk itu perlu adanya metoda baru dalam mengatasi masalah pangan
ini dan Green Chemistry secara sains
dapat berperan dalam teknologi produksi makanan masa depan dengan cara:
Pertama, mengembangkan sejenis pestisida yang hanya berpengaruh pada organisme
yang menjadi target dan dapat secara mudah terdegradasi menjadi zat tak
berbahaya.
Kedua,
mendesain proses daur ulang sisa-sisa produk pertanian untuk dapat diolah
kembali. Ketiga Menbuat sejenis fertilizer (anti pertumbuhan) yang digunakan
dengan takaran sesedikit mungkin dengan tingkat keberhasilan tinggi.
5.
Masalah Alam Lingkungan
yang semakin terpolusi
Penerapan
Green Chemistry pada sendi-sendi
penelitian dan proses produksi yang dilakukan secara konsisten dan tepat, dapat
mengurangi bahkan menghilangkan senyawa beracun yang berdampak manusia, biosfir
dan lingkungan sekitar.
Demikian
besarnya potensi Green Chemistry
menunjukkan pentingnya gerakan ini didukung semua pihak terutama kalangan
industri dan pemerintah. Green Chemistry
memang tidak akan menyelesaikan ‘semua’ masalah polusi ,energi dan pangan
.Tetapi peranannya mampu memberikan kontribusi yang sangat besar dan
fundamental terhadap kelestarian hidup di planet bumi yang kita cintai.
Paul
T.Anastas memperkenalkan 12 konsep Green
Chemistry yang menjadi pondasi gerakan
Green Chemistry. Namun tahukah
Anda jauh sebelumnya Islam telah memperkenalkan
Konsep Hijau (Green Concept)
berdasarkan Al Qur’an. Delapan konsep itu adalah[11]
:
1. Adl,
(Keadilan) adil saat membina hubungan diantara manusia dan hubungan dengan mahluk ciptaan-Nya termasuk
hewan dan tumbuhan.
2. Mizan,
(keseimbangan) seimbang dalam mengatur hubungan diantara manusia secara sosial
dan ekonomi dengan memperhatikan lingkungan sekitar. Hubungan tersebut tidak boleh mengganggu keseimbangan alam.
Pemanfaatan sumberdaya seperti air, udara dan energi harus memperhatikan daur
hidup semua spesies. Prinsip ini pun harus diterapkan pada pembangunan gedung
dan kota-kota.
3. Wasat,
(Jalan tengah) suatu aktifitas harus
berada ‘ditengah’, agar mampu menjembatani antara rencana ekonomi, kebutuhan
sosial, pertumbuhan sains pandangan ideologi, sumberdaya alam, air dan
pemanfatan energi.
4. Rahmah,
(Kasih sayang) mencakup semua aspek termasuk kebutuhan manusia, perlakuan yang
benar terhadap hewan, tumbuhan, serangga bahkan mikroorganisme pun perlu
dijaga.
5. Amanah,
(Kepercayaan dan Memelihara) seperti halnya orang yang sedang dititipkan
sesuatu yang bukan miliknya. Manusia harus dapat dipercaya dalam memelihara
(khalifah) semua sumber daya yang ada di planet bumi ini dan mempertanggung
jawabkannya pada Sang Maha Pemilik ( Al Malik)
6. Taharah,
(Kesucian (spiritual) dan Kebersihan (fisik) ), kesucian mengarahkan adanya
kesadaran individu terhadap keberadaan
Tuhan. Sehingga terjadi keseimbangan sosial masyarakat untuk hidup
secara harmonis dengan alam sekitar. Kebersihan mengarahkan pada kepedulian
terhadap kesehatan dengan menghindari pencemaran air dan udara. Dan
melaksanakan roda ekonomi yang bersih dari segala tindakan penipuan dan
keserakahan
7. Haq,
(Kebenaran dan Hak-hak.) mengutamakan kebenaran dalam kesepakatan antara
individu atau diantara institusi, serta menjaga hak-hak hidup yang dimiliki
mahluk (manusia, hewan dan tumbuhan). Dan senantiasa menghindari
adanya tindakan kejam terhadap hewan.
8. Ilm
Nafi’, (Pemanfaatan ilmu pengetahuan) ilmu Pengetahuan baik itu teologi, sains
dan teknologi canggih harus bermanfaat bagi individu, masyarakat dan
generasi yang akan datang. Jangan sampai malah merusak tatanan
masyarakat dan keseimbangan alam. Hal ini mencakup pula pada bidang riset
penelitian dan pola pendidikan
Kesimpulan
yang dapat di ambil dari kedelapan konsep di atas adalah, 8 Prinsip dasar
diatas sebenarnya dasar bagi
prinsip–prinsip ‘Green’ lainnya yang dijadikan pedoman melestarikan alam
kehidupan ini. Singkatnya prinsip diatas menjadi dasar landasan Manusia dalam
berhubungan dengan alam, landasan
tersebut yaitu, iman, melaksanakan aktifitas yang baik dan benar (amal salih).
Air, udara dan energi (api) adalah milik bersama (manusia, hewan dan tumbuhan).
Membunuh atau tindakan yang menyebabkan kepunahan suatu spesies adalah Dilarang
dan jika tidak dipenuhi akan mendapat sanksi yang pedih dari Sang Maha Pencipta
( kecuali yang Halal, atas ijin-Nya).
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
berbagai uraian di atas dapat disimpulkan,
bahwa Peranan green chemistry terhadap bidang pendidikan kimia adalah
memberikan informasi baik kepada masyarakat dan siswa tentang pola ramah
lingkungan dan perubahan yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan
yang dimulai dari suatu usaha untuk meminimalisir sisa kegiatan (limbah) yang
digunakan di dalam laboratorium kimia baik di sekolah maupun universitas serta
limbah industri, peranan green chemistry
dalam pendidikan kimia juga memberikan pemahaman kepada masyarakat
khususnya mahasiswa dalam penggunaan, pengolahan bahan kimia baik bahan kimia
di laboratorium maupun di kehidupan sehari-hari seperti deterjen.
B.
Saran
1. Diharapkan kepada
pembaca agar dapat menerapkan green
chemistry di dalam kehidupannya, agar kita dapat mengurangi limbah dan
polusi.
2. Saya berharap untuk
peneliti selanjutnya yang membahas tentang green
chemistry dapa mengulas lebih lanjut hubungan antara green chemistry dan pendidikan kimia.
3. Saya selaku penulis
berharap dapat mensosialisasikan dan
menerapkan green chemistry dalam
kehidupan untuk menjaga keasrian lingkungan.
Untuk mendownload klik saja tanda lepas di sudut kanan google drive dan akan dialihkan ke google drive, klik download.
DAFTAR PUSTAKA
Eka
Yusmaita, Konstruksi Bahan Ajar Sel Volta Berbasis Green Chemistry Education Untuk Membangun Literasi Sains Siswa,
Universitas Pendidikan Indonesia, 2013
Hariyanto.,
Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli, Februari 2012. Diakses pada tanggal 07
Nov 2016 dari situs http://belajarpsikologi.com.
Nur Amalia Afiyanti, dkk, Keefektifan Inkuiri Terbimbing
Berorientasi green chemistry Terhadap
Keterampilan Proses Sains, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia,
Volume 8, No. 1, 2014, Halaman 1281 – 1288.
Reskunanda
Adhi Wijaya, Perkembangan Pendidikan Kimia di Indonesia, Januari 2013. Diakses
pada tanggal 12 Nov 2016 dari situs: https://Pengembanganmediakimia.Wordpress.com
Salim
al-Hassani (Chief Editor), 1001 Inventions: Muslim Heritage in Our World
(Manchester, FSTC, 2006, p. 20).
Saptorini, Widodo, a.t., Susatyo, e.b, Green chemistry Dalam Desain
Pembelajaran Project-Based Learning
Berbasis Karakter di Madrasah Aliyah
se-Kabupaten Demak, Rekayasa, Vol. 12, No. 1, Juli 2014, hal. 58-60.
Sudarmin
“Kemampuan Generik Sains Kesadaran Tentang Skala Sebagai Wahana Mengembangkan
Praktikum Kimia Organik Berbasis Green Chemistry”. Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran, Vol. 20, No 1, April 2013, h. 18-20.
Ulfah.,
Maria, dkk, Konsep Pengetahuan Lingkungan Green Chemistry Pada Program Studi Pendidikan Biologi, Semarang.
[1]Sudarmin “Kemampuan
Generik Sains Kesadaran Tentang Skala Sebagai Wahana Mengembangkan Praktikum
Kimia Organik Berbasis Green Chemistry”.
Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran, Vol. 20, No 1,
April 2013, h. 18-20
[2] Ulfah., Maria, dkk,
Konsep Pengetahuan Lingkungan Green Chemistry Pada Program Studi Pendidikan Biologi, Semarang.
[3] Hariyanto., Pengertian
Pendidikan Menurut Para Ahli, Februari 2012. Diakses pada tanggal 07 Nov 2016
dari situs http://belajarpsikologi.com.
[4] Widya Hardiyanti.,
Perbedaan Pendidikan Kimia, MIPA Kimia, dan Teknik Kimia, 18 Agustus 2013.
Diakses pada tanggal 5 Des 2017 dari situs
http://widyahardiyanti.blogspot.co.id.
[5] Nur Amalia
Afiyanti, dkk, Keefektifan Inkuiri Terbimbing Berorientasi green chemistry Terhadap Keterampilan Proses Sains, Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, Volume 8, No. 1,
2014, Halaman 1281 - 1288
[6] Reskunanda Adhi Wijaya, Perkembangan Pendidikan
Kimia di Indonesia, Januari 2013. Diakses pada tanggal 12 Nov 2016 dari situs:
https://Pengembanganmediakimia.Wordpress.Com
[7] Sudarmin, Kemampuan Generik Sains Kesadaran
Tentang Skala Sebagai Wahana Mengembangkan Praktikum Kimia Organik Berbasis
Green Chemistry, Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran, Volume 20,
Nomor 1, April 2013. Hal 18-20.
[8] Eka Yusmaita, Konstruksi
Bahan Ajar Sel Volta Berbasis Green
Chemistry Education Untuk Membangun Literasi Sains Siswa, Universitas
Pendidikan Indonesia, 2013
[9] Saptorini,
Widodo, a.t., Susatyo, e.b, Green chemistry Dalam Desain Pembelajaran Project-Based Learning Berbasis Karakter
di Madrasah Aliyah se-Kabupaten Demak, Rekayasa, Vol. 12, No. 1, Juli 2014, hal. 58-60
[11] Salim al-Hassani (Chief
Editor), 1001 Inventions: Muslim Heritage
in Our World (Manchester, FSTC, 2006, p. 20).