pestisida organofosfat jenis mekanisme kerja dan gelaja keracunan - Kimia dan Pendidikan
News Update
Loading...

Friday, 17 November 2017

pestisida organofosfat jenis mekanisme kerja dan gelaja keracunan

Pestisida Organofosfat, jenis, mekanisme kerja organopospat dan gejala keracunan


peringatan berbahaya pestisida

A.      Definisi dan Sejarah Insektisida jenis Organofosfat

Dalam Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1973 tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Insektisida, insektisida adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik, serta virus yang dipergunakan untuk memberantas atau mencegah binatangbinatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Insektisida kesehatan masyarakat adalah insektisida yang digunakan untuk pengendalian vektor penyakit dan hama permukiman seperti nyamuk, serangga pengganggu lain (lalat, kecoak/lipas), tikus, dan lain-lain yang dilakukan di daerah permukiman endemis, pelabuhan, bandara, dan tempat-tempat umum lainnya.[1]
Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik di antara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada manusia. Bila tertelan, meskipun hanya dalam jumlah sedikit, dapat menyebabkan kematian pada manusia. Insektisida ini bekerja dengan menghambat enzim kholinesterase. OP banyak digunakan dalam kegiatan pengendalian vektor, baik untuk space spraying, IRS, maupun larvasidasi. Contoh: malation, fenitrotion, temefos, metil-pirimifos, dan lain lain.[2]

B.       Jenis-jenis Organofosfat

•  Derivat alifatik

Yang pertama kali diperkenalkan untuk kepeluan pertanian adalah tetraelhyl pyrophosphate (TEPP) pada 1946. TEPP adalah sangat toksik, tetapi tidak stabil di dalam air dan cepat terhidrolisa atau terurai. Sedangkan malathion dikenalkan pada 1950 dan dengan cepat dipergunakan dalam bidang pertanian untuk membunuh serangga hama pada sayuran, buah-buahan dan juga sering digunakan untuk keperluan perlindungan dari gangguan serangga di rumah-rumah. Sekitar 1981 malathion digunakan secara besar-besaran untuk mengendalikan lalat buah.
Monocrolophos (Azodrin) adalah suatu derivat aliphalik yang mengandung nitrogen, merupakan inseklisida sistemik untuk tanaman, tetapi terlalu toksik untuk hewan menyusui. Biasanya insektisida sitemik ditaruh dekat akar kemudian insektisida akan diserap oleh tanaman ke bagian atas tanaman. Apabila serangga mengisap cairan tanaman akan mati, namun untuk ulat biasanya kurang terpengaruh. Contoh lain yang bersifat sistemik adalah dimethoate. oxydemeton methyl, dicroiophos dan disulfoton.
Dichlorovos adalah suatu derivat aliphatik yang biasa digunakan sebagai fumigant, untuk memfumigasi benih atau biji. Biasanya digunakan untuk mengendalikan serangga di rumah atau di tempat-tempat yang tertutup.
Mevinphos adalah sangat toksik dipergunakan secara komersial pada sayuran, karena mudah terurai. Bahkan dapat digunakan beberapa hari sebelum panen, karena tidak meninggalkan residu.
Melhamidophos (Monitor) dan acephate (Onhene) adalah juga derivat aliphatic organophosphate, keduanya biasanya digunakan secara meluas dalam bidang pertanian, terutama untuk mengendalikan serangga hama pada sayuran.

•   Derivat phenyl

      Parathion merupakan phenyl organofosfat yang paling dikenal pada 1946. Ethyl parathion merupakan derivat phenyl yang pertama dikenalkan secara parathion dikenal pada 1949 dan lebih banyak digunakan daripada ethyl parathion, karena methyl parathion kurang toksik untuk manusia dan hewan piaraan.insektisida sistemik juga ditemukan dalam phenyl organophosphates,seperti ronnel dan crufomate sebagai insektisida sistemik pada hewan atau ternak.profenophos dan sulptofos.keduanya mempunyai spektrum yang luas.isofenphos serig digunaakan sebagai insektisida tanah pada berbagai jenis tanaman.seperti pada sayuran untuk membunuh lalat dan jugaa uret.

 •   Derivat heterosiklik

Insektisida diazin merupaakan yang pertama diperkenalkan pada tahun 1952. Diazon dapat digunakan di rumah, kebun, dan untuk tanaman hias. Azinphosmethyl dikenalkan pada tahun 1954 dan digunaakan terutama untuk insektisida dan akaruisida pada pertanaman kapas. Chloryrifos sering digunakan di rumah-rumah untuk melindungi gangguan sarangga. Dialifor pertama kali dikenalkan pada 1960 untuk mengendalikan serangga hama padaa buaah-buahan.contoh lainnya yang termasuk derivat heterocyclic adalaah methidathion dan phosmet.

C.       Mekanisme Kerja Organofosfat dalam Tubuh

            Pestisida organofosfat masuk ke dalam tubuh, melalui alat pencernaan atau digesti, saluran pernafasan atau inhalasi dan melalui permukaan kulit yang tidak terlindungi atau penetrasi. Pengukuran tingkat keracunan berdasarkan aktifitas enzim kholinesterase dalam darah, penentuan tingkat keracunan adalah sebagai berikut ; 75% - 100% katagori normal; 50% - < 75% katagori keracunan ringan; 25% - <50% katagori keracunan sedang; 0% - <25% katagori keracunan berat.
            Keluarga petani merupakan orang yang mempunyai risiko keracunan pestisida, hal ini karena selalu kontak dengan petani penyemprot, tempat penyimpanan pestisida, peralatan aplikasi pestisida, yang dapat menimbulkan kontaminasi pada air, makanan dan peralatan yang ada di rumah. Keracunan terjadi disebabkan kurang mengertinya keluarga petani akan bahaya pestisida, masih banyaknya petani yang menggunakan pestisida yang kurang memperhatikan dan megikuti cara-cara penangganan yang baik dan aman, sehingga dapat membahayakan pada keluarga petani.

D.      Gejala Keracunan Pestisida Organofosfat

Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang timbul sangat bergantung pada adanya stimulasi asetilkholin persisten atau depresi yang diikuti oleh stimulasi saraf pusat maupun perifer. Gejala awal seperti salivasi, lakrimasi, urinasi dan diare (SLUD) terjadi pada keracunan organofosfat secara akut karena terjadinya stimulasi reseptor muskarinik sehingga kandungan asetil kholin dalam darah meningkat pada mata dan otot polos.
Racun pestisida golongan organofosfat masuk kedalam tubuh melalui pernafasan, tertelan melalui mulut maupun diserap oleh tubuh. Masuknya pestisida golongan orgaofosfat segera diikuti oleh gejala-gejala khas yang tidak terdapat pada gejala keracunan pestisida golongan lain. Gejala keracunan pestisida yang muncul setelah enam jam dari paparan pestisida yang terakhir, dipastikan bukan keracunan golongan organofasfat.
Organofosfat menyebabkan fosforilasi dari ester acetylcholine esterase (sebagai choline esterase inhibitor ) yang bersifat irreversibel sehingga enzim ini menjadi inaktif dengan akibat terjadi penumpukan acetylcholine. Efek klinik yang terjadi adalah terjadi stimulasi yang berlebihan oleh acetylcholine.
Gejala keracunan organofosfat akan berkembang selama pemaparan atau 12 jam kontak. Pestisida yang masuk ke dalam tubuh akan mengalami perubahan secara hidrolisa di dalam hati dan jaringan-jaringan lain. Hasil dari perubahan/pembentukan ini mempunyai toksisitas rendah dan akan keluar melalui urine.

Adapun gejala keracunan pestisida golongan organofosfat adalah :

1.        Gejala awal

Gejala awal akan timbul : mual/rasa penuh di perut, muntah, rasa lemas, sakit kepala dan gangguan penglihatan.

2.        Gejala Lanjutan

Gejala lanjutan yang ditimbulkan adalah keluar ludah yang berlebihan, pengeluaran lendir dari hidung (terutama pada keracunan melalui hidung), kejang usus dan diare, keringat berlebihan, air mata yang berlebihan, kelemahan yang disertai sesak nafas, akhirnya kelumpuhan otot rangka.

3.        Gejala Sentral

Gelaja sentral yan ditimbulkan adalah, sukar bicara, kebingungan, hilangnya reflek, kejang dan koma.

4.        Kematian

Apabila tidak segera di beri pertolongan berakibat kematian dikarenakan kelumpuhan otot pernafasan.
Gejala-gejala tersebut akan muncul kurang dari 6 jam, bila lebih dari itu  maka dipastikan penyebabnya bukan golongan Organofosfat. Pestisida organofosfat dapat menimbulkan keracunan yang bersifat akut dengan gejala (keluhan) sebagai berikut : leher seperti tercekik, pusing-pusing, badan terasa sangat lemah, sempoyongan, pupil atau celah iris mata menyempit, pandangan kabur, tremor, terkadang kejang pada otot, gelisah dan menurunnya kesadaran, mual, muntah, kejang pada perut, mencret, mengeluakan keringat yang berlebihan, sesak dan rasa penuh di dada, pilek, batuk yang disertai dahak, mengeluarkan air liur berlebihan. Sebab baru biasanya terjadi 12 jam setelah keracunan, denyut jantung menjadi lambat dan ketidakmampuan mengendalikan buang air kecil maupun besar.



[1]Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973 Tentang Pengawasan atas Peredaran, Penyimpanan dan Penggunaan Insektisida, insektisida. Jakarta.
[2] Kementerian Kesehatan RI, 2012. Pedoman Penggunaan Insektisida (pestisida) dalam Pengendalian Vektor. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI. Hal. 9.

Share with your friends

Give us your opinion

Bijaklah dalam Memberikan Komentar !

Notifikasi
Belum ada notififikasi terbaru.
Done