Makalah tentang Definisi, Jenis, Dampak, dan Penanggulangan Pestisida
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di
Indonesia pencemaran lingkungan sudah sangat nyata terlihat dilingkungan
sekitar kita. Sebagian faktor yang menjadi penyebabnya adalah penggunaan bahan
kimia yang berlebihan, terutama dari sektor pertaniani, seperti penggunaan
pestisida. Pestisida sendiri merupakan bahan kimia yang dapat menurunkan OPT
(Organisme pengganggu Tumbuhan), namun sayangnya terkadang petani menggunakan
pestisida berlebihan yang nantinya akan berdampak pada pencemaran ligkungan.
Di
negara-negara sedang berkembang, untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dalam
bidang pangan/sandang, bahan-bahan kimia pertanian banyak digunakan untuk memperoleh hasil pertanian yang
menguntungkan dan baik. Namun sebagian negara berkembang lainnya telah
mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia pertanian, karena hal ini menjadi salah
satu penyebab utama dari pencemaran lingkungan.
Pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan kimia pertanian tidak
hanya berdampak negatif bagi lingkungan pertanian saja tapi juga dapat
membahayakan kesehatan dan lingkungan yang ditinggali oleh manusia itu sendiri.
Hal ini dikarenakan bahan kimia yang terkandung didalam pestisida terakumulasi
pada tumbuhan, hewan, tanah dan perairan disekitarnya. Oleh sebab itu sebelum
menggunakan pestisida kita harus terlebih dahulu mengetahui peranan, pengaruh
serta bagaimana penanggulangan dari bahaya residu pestisida tersebut dan
mencari alternatif lain yang dapat menggantikan peranan pestisida dilingkungan
pertanian dalam mengendalikan hama, penyakit dan gulma, seperti penggunaan
pestisida organic.
A. Rumusan Masalah
1. Apakah itu pestisida?
2. Apa saja jenis-jenis pestisida?
3. Apa dampak positif dan negatif dari
penggunaan pestisida?
4. Bagaimana cara menanggulangi dan
mencegah dampak yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida?
B. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian
pestisida.
2. Untuk mengetahui jenis-jenis
pestisida.
3. Untuk mengetahui dampak positif dan
negatif dari penggunaan pestisida.
4. Untuk mengetahui cara menanggulangi
dan mencegah dampak yang ditimbulkan
dari penggunaan pestisida.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pestisida
Pestisida
berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida yang berasal
dari kata caedo yang berarti pembunuh. Pestisida dapat
didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk membasmi tumbuhan atau hewan
penggangu.
Pengertian
pestisida menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 dalam Kementrian
Pertanian (2011) dan Permenkes RI No.258/Menkes/Per/III/1992 adalah semua
zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk.
a. Memberantas atau mencegah hama dan
penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian
b. Memberantas rerumputan
c. Mengatur atau merangsang pertumbuhan
yang tidak diinginkan
d. Memberantas atau mencegah hama-hama
luar pada hewan peliharaan atau ternak.
e. Memberantas atau mencegah hama-hama
air.
f. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam
bangunan rumah tangga alat angkutan, dan alat-alat pertanian.
g. Memberantas atau mencegah
binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang
yang perlu dilindungi dengan penggunaan tanaman, tanah dan air.
Sementara itu, The United States Environmental Control Act
mendefinisikan pestisida sebagai berikut :
- Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain yang terdapat pada hewan dan manusia.
- Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan atau mengeringkan tanaman.
Oleh sebab itu salah satu upaya dalam meningkatkan/pencegahan
pencemaran perlu dilakukan usaha-usaha pencegahan masalah pestisida:
Ø Peningkatan SDM pengguna maupun
pengawas pestisida.
Ø Peningkatan
kepedulian dan dedikasi dalam pengawasan pestisida.
Ø Peningkatan
kerjasama lintas sektoral.
Ø Melakukan
bimbingan dan penyuluhan kepada pengguna pestisida.
Pestisida telah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
sistem pertanian di Indonesia. Penggunaan pestisida telah dilakukan sejak tahun
1965. Pada saat itu, jenis pestisida yang banyak digunakan adalah jenis
organoklorin, contohnya antara lain DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane)
dan linden. Pada tahun 1970-an penggunaan jenis organoklorin dilarang
digunakan, karena tingkat toksisitas dan persistensinya yang tinggi (tahan lama
hingga berpuluh-puluh tahun bahkan bisa mencapai seratus tahun). Sejak saat
itu, barulah dimulai era jenis pestisida organofosfat dan karbamat.
Pada tahun 2002 tercatat sebanyak 813
formulasi dan 341 bahan aktif. Penggunaan pestisida tertinggi adalah di lahan
hortikultura dan diikuti pada lahan tanaman pangan. Frekuensi aplikasi
pestisida bisa mencapai 3-5 kali dalam seminggu. Salah satu dampak dari
penggunaan pestisida adalah tertinggalnya residu pestisida di dalam produk
pertanian dan di dalam tanah. Walaupun telah lama jenis organoklorin
dilarang/tidak digunakan, namun residunya masih ditemukan hingga kini baik di
dalam tanah maupun pada produk pertanian.
B. Jenis-jenis Pestisida
Pestisida yang biasa digunakan para petani dapat digolongkan
dalam beberapa jenis yaitu:
1. Berdasarkan
fungsi dan sasaran penggunaannya adalah sebagai berikut:
a.
Insektisida
Insektisida
adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti belalang,
kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas serangga
di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut.
Contoh: basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat dan diazinon.
b. Fungisida
Fungisida
adalah pestisida untuk memberantas atau mencegah pertumbuhan jamur atau cendawan
seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun. Contoh: tembaga
oksiklorida, tembaga (I) oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natrium
dikromat.
c. Bakterisida
Bakterisida
adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salah satu contoh
bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD yang
menyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman
sukar diberantas. Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya
yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu.
d. Rodentisida
Rodentisida
adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan
pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan sebagai umpan yang sebelumnya
dicampur dengan beras atau jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena
dapat mematikan juga hewan ternak yang memakannya.
e. Nematisida
Nematisida
adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa nematoda
(cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman.
Nematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida
bersifat dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim
tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini juga dapat memberantas serangga
dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama DD, Vapam, dan Dazomet.
f. Herbisida
Herbisida
adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma)
seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dll. Contoh: ammonium sulfonat
dan pentaklorofenol.
Tabel
2.1 tentang kandungan bahan kimia dalam pestisida
No
|
Jenis Pestisida
|
Kegunaan
|
Kandungan Bahan Kimia
|
1
|
Insektisida
|
Untuk memberantas serangga seperti belalang, ketik,
wereng, dan ulat
|
Transflutrin, Bioallethrin, D-allethrin (Pyrethroid
campuran), SipermetrinDeltametrin
|
2
|
Fungisida
|
Untuk memberantas tumbuhan jamur atau cendanwan,
seperti bercak daun, karat daun, dan cacar daun
|
Binomyl, Thiram, Oksadisil, Propined, Metalaksil,
Carbendazim.
|
3
|
Bakterisida
|
Untuk memberantas bakteri atau virus
|
Asam oksoklinik, Kasugamisin, Oksitetrasiklin, Streptomisin sulfat
|
4
|
Rodentisida
|
Untuk memberantas hama tanaman
berupa hewan, pengerat seperti tikus
|
Boadfakum, kumatetralil dan
bromadiolone
|
5
|
Nematisida
|
Untum
memberantas hama tanaman berupa nematoda (cacing)
|
Dazomed
|
6
|
Herbisida
|
Untuk membasmi tanaman peganggu (gulma) seperti
alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dan lain-lain.
|
Kloroasetamida, oksiasetamida, urasil triazolinon,
siclheksanedion oksim, triazinon dan benzothiadiazinon
|
2.
Berdasarkan
Bahan Aktifnya
a.
Pestisida
organik (Organic pesticide)
Pestisida yang bahan aktifnya adalah
bahan organik yaitu yang berasal dari bagian tanaman atau binatang, misal: neem
oil yang berasal dari pohon mimba (neem).
b.
Pestisida
elemen (Elemental pesticide)
Pestisida yang bahan aktifnya berasal dari alam seperti
sulfur.
c. Pestisida kimia/sintetis (Syntetic pesticide)
Pestisida
yang berasal dari campuran bahan-bahan kimia.
3. Berdasarkan Cara Kerjanya
a. Pestisida sistemik (Systemic
Pesticide)
Pestisida sistemik adalah pestisida yang diserap dan
dialirkan ke seluruh bagian tanaman sehingga akan menjadi racun bagi hama yang
memakannya. Kelebihannya tidak hilang karena disiram. Kelemahannya, ada bagian
tanaman yang dimakan hama agar pestisida ini bekerja. Pestisida ini untuk
mencegah tanaman dari serangan hama. Contoh : Neem oil.
b. Pestisida kontak langsung (Contact
pesticide)
Pestisida kontak langsung adalah pestisida yang reaksinya
akan bekerja bila bersentuhan langsung dengan hama, baik ketika makan ataupun
sedang berjalan. Jika hama sudah menyerang lebih baik menggunakan jenis
pestisida ini. Sebagian besar pestisida kimia termasuk ke dalam jenis ini.
4. Berdasarkan Jenis Penggunaanya
Dalam bidang pertanian, pestisida dapat digunakan dengan
berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Penyemprotan (Spraying)
Penyemprotan adalah cara penggunaan pestisida yang paling
banyak dipakai oleh petani. Diperkirakan 75 % penggunaan pestisida dilakukan
dengan cara penyemprotan. Dalam penyemprotan larutan pestisida (pestisida
ditambah air) dipecah oleh nozzel (spuyer) atau atomizer menjadi butiran
semprot atau droplet. Bentuk sediaan (formulasi) yang digunakan dengan cara
penyemprotan.
b. Pengasapan atau Fogging
Pengasapan adalah penyemprotan pestisida dengan volume
rendah dengan ukuran droplet yang halus. Perbedaannya dengan penyemprotan biasa
adalah yang dibuat pencampur pestisida adalah minyak solar dan bukan air.
Campuran tersebut kemudian dipanaskan sehingga menjadi semacam kabut asap yang
kemudian dihembuskan. Fogging banyak digunakan untuk mengendalikan hama gudang,
hama tanaman perkebunan serta vektor penyakit dilingkungan misalnya untuk
mengendalikan nyamuk malaria.
c. Penghembusan (Dusting)
Penghembusan merupakan cara penggunaan pestisida yang
diformulasikan dalam bentuk tepung hembus (D, dust) dengan menggunakan alat
penghembus (duster). Jadi penggunaannya dalam bentuk kering.
d. Penaburan (broadcasting) pestisida
butiran (Granuler)
Penaburan pestisida butiran adalah cara penggunaan pestisida
yang diformulasikan dalam bentuk butiran dengan cara ditaburkan. Penaburan
dapat dilakukan dengan tanganlangsung atau dengan menggunakan alat penabur
(granule broadcaster).
e. Perawatan benih (Seed dressing, Seed
treatment, Seed coating)
Perawatan benih adalah cara penggunaan pestisida untuk
melindung benih sebelum benih ditanam agar kecambah dan tanaman muda tidak
diserang oleh hama atau penyakit. Pestisida yang digunakan adalah formulasi SD
atau ST.
f. Pencelupan (Dipping)
Pencelupan adalah penggunaan pestisida untuk melindung
tanaman (bibit, cangkok, stek) agar terhindar dari serangan hama maupun
penyakit. Pencelupan dilakukan dengan mencelupkan bibit atau stek ke dalam
larutan pestisida.
g. Fumigasi (Fumigation)
Fumigasi adalah aplikasi pestisida fumigan baik yang
berbentuk padat, cair maupun gas dalam ruangan terttutup. Fumigasi umumnya
digunakan untuk melindungi hasil panen dari kerusakan karena serangan hama atau
penyakit ditempat penyimpanan. Fumigan dimasukkan ke dalam ruangan gudang yang
selanjutnya akan berubah kedalam bentuk gas (fumigan cair maupun padat) yang
beracun untuk membunuh OPT sasaran yang ada dalam ruangan tersebut.
h. Injeksi
Injeksi adalah penggunaan pestisida dengan cara memasukkan
kedalam batang tanaman, baik dengan alat khusus (injeksi ataupun infus) maupun
dengan jalan mengebor tanaman. Pestisida yng diinjeksikan akan tersebar
keseluruh tanaman bersamaan dengan aliran makanan dalam jaringan tanaman.
Injeksi dapat juga digunakan untuk sterilisasi tanah.
i.
Penyiraman
(drenching, Pouring On)
Penyiraman adalah penggunaan pestisida dengan cara
dituangkan disekitar akar tanaman untuk mengendalikan hama atau penyakit di
daerah perakaran atau dituangkan pada sarang semut atau sarang rayap.
C. Dampak Positif dan Negatif dari
Penggunaan Pestisida
Penggunaan pestisida pastinya memiliki
dampak positif dan negatif bagi lingkungan dan kesehatan,
1. Dampak Positif
Ada
beberapa dampak positif dari penggunaan pestisida
a. Pestisida berperan dalam
mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang pertanian.
b. Dalam bidang kehutanan pestisida digunakan
untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya.
c. Dalam bidang kesehatan dalam rumah tangga untuk mengendalikan
vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan
lingkungan.
d. Dalam bidang perumahan untuk
pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.
2. Dampak Negatif
Dampak
negatif yang dapat terjadi akibat penggunaan pestisida, diantaranya:
a. Bagi kesehatan manusia
Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang
kemudian terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang
sukar terurai akan berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan tersebut termasuk
manusia. Secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahluk hidup itu telah
tercemar pestisida.
Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida
itu digunakan, tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah menggunakan
pestisida tersebut. Banyak dampak yang disebabkan pada penggunaan pestisida
seperti keracunan kronis, pemaparan kadar rendah dalam jangka
panjang atau pemaparan dalam waktu yang singkat dengan akibat kronis. Keracunan
kronis dapat ditemukan dalam bentuk kelainan syaraf dan perilaku (bersifat
neuro toksik) atau mutagenitas. Keracunan akut, keracunan akut terjadi apabila
efek keracunan pestisida langsung pada saat dilakukan aplikasi atau seketika
setelah aplikasi pestisida.
Kecelakaan akibat pestisida pada manusia
sering terjadi, terutama dialami oleh orang yang langsung melaksanakan
penyemprotan. Mereka
dapat mengalami pusing-pusing ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-muntah,
mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan menjadi luka, kejang-kejang, pingsan, dan
tidak sedikit kasus berakhir dengan kematian.
Secara
tidak sengaja, pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak melalui
mulut, kulit, dan pernafasan. Sering tanpa disadari bahan kimia beracun
tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang
mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis. Contoh dampak negatif lainn misalnya bila salah seorang ibu menyusui
memakan makanan dari tumbuhan yang telah tercemar pestisida maka bayi yang
disusui menanggung resiko yang lebih besar untuk teracuni oleh pestisida
tersebut daripada sang ibu. Zat
beracun ini akan pindah ke tubuh bayi lewat air susu yang diberikan dan
kemudian racun ini akan terkumpul dalam tubuh bayi (bioakumulasi).
b. Bagi lingkungan sekitar
Pestisida yang tidak dapat terurai akan terbawa aliran air
dan masuk ke dalam sistem biota air (kehidupan air). Konsentrasi pestisida yang
tinggi dalam air dapat membunuh organisme air diantaranya ikan dan udang.
Sementara dalam kadar rendah dapat meracuni organisme kecil seperti plankton.
Bila plankton ini termakan oleh ikan maka ia akan terakumulasi dalam tubuh
ikan. Tentu saja akan sangat berbahaya bila ikan tersebut termakan oleh
burung-burung atau manusia.
Penumpahan yang tidak
disengaja atau membuang bahan-bahan kimia yang berlebihan pada permukaan air
akan meningkatkan konsentrasi pestisida di air. Kualitas air dipengaruhi oleh
pestisida berhubungan dengan keberadaan dan tingkat keracunannya, dimana
kemampuannya untuk diangkut adalah fungsi dari kelarutannya dan kemampuan
diserap oleh partikel-partikel tanah.
Berikut ini akan
diuraikan bebrapa dampak penggunaan pestisida yang berhubungan dengan
lingkungan dan ekosistem.
1.
Punahnya Spesies
Polutan berbahaya bagi
biota air dan darat. Berbagai jenis hewan mengalami keracunan dan kemudian
mati. Berbagai spesies hewan memiliki kekebalan yang tidak sama. Ada yang peka,
ada pula yang tahan. Hewan muda dan larva merupakan hewan yang peka terhadap
bahan pencemar. Ada hewan yang dapat beradaptasi sehingga kebal terhadap bahan
pencemar dan ada pula yang tidak. Meskipun hewan mampu beradaptasi, harus
diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan ada batasnya. Bila batas tersebut
terlampaui, hewan tersebut akan mati.
Salah satu kasus yang pernah terjadi adalah turunnya
populasi burung pelikan coklat dan burung kasa dari daerah Artika sampai daerah
Antartika. Setelah diteliti ternyata burung-burung tersebut banyak yang
tercemar oleh pestisida organiklor yang menjadi penyebab rusaknya dinding telur
burung itu sehingga gagal ketika dierami. Bila dibiarkan terus tentu saja
perkembangbiakan burung itu akan terhenti, dan akhirnya jenis burung itu akan
punah.
2.
Peledakan
Hama
Penggunaan pestisida
dapat pula mematikan predator. Jika predator punah, maka serangga dan hama akan
berkembang tanpa kendali.
3.
Gangguan Keseimbangan lingkungan
Punahnya spasies
tertentu dapat mengubah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Rantai makanan,
jaring-jaring makanan dan aliran energi menjadi berubah. Akibatnya keseimbangan
lingkungan, daur materi, dan daur biogeokimia menjadi tergangu.
4.
Kesuburan Tanah Berkurang
Penggunaan insektisida
dapat mematikan fauna tanah dan dapat juga menurunkan kesuburan tanah.
Penggunaan pupuk terus menerus dapat menyebabkan tanah menjadi asam. Sehingga
dapat menurunkan kesuburan tanah.
Kerusakan
tanah atau lahan dapat disebabkan oleh kemerosotan struktur tanah (pemadatan
tanah dan erosi), penurunan tingkat kesuburan tanah, keracunan dan pemasaman
tanah, kelebihan garam dipermukaan tanah, dan polusi tanah. Faktor-faktor
yang mempengaruhi degradasi tanah atau lahan adalah: pembukaan lahan (deforestration) dan
penebangan kayu hutan secara berlebihan untuk kepentingan domestik, penggunaan
lahan untuk kawasan peternakan/penggembalaan secara berlebihan (over grazing)
dan aktivitas pertanian dalam penggunaan
pupuk dan pestisida secara berlebihan.
D. Cara Menanggulangi dan Mencegah
Dampak yang Ditimbulkan dari Penggunaan Pestisida
Ada beberapa langkah untuk mengurangi residu yang menempel
pada sayuran, antara lain.
1)
Mencucinya
secara bersih dengan menggunakan air yang mengalir, bukan dengan air diam.
Jika yang kita gunakan air diam
(direndam) justru sangat memungkinkan racun yang telah larut menempel kembali
ke sayuran. Berbagai percobaan menunjukkan bahwa pencucian bisa menurunkan
residu sebanyak 70% untuk jenis pestisida karbaril dan hampir 50% untuk DDT.
Mencuci sayur sebaiknya jangan lupa membersihkan bagian-bagian yang terlindung
mengingat bagian ini pun tak luput dari semprotan petani. Untuk kubis misalnya,
lazim kita lihat petani mengarahkan belalai alat semprot ke arah krop (bagian
bulat dari kubis yang dimakan) sehingga memungkinkan pestisida masuk ke bagian
dalam krop.
2)
Perendaman
dalam air panas (blanching) juga dapat menurunkan residu.
Ada baiknya kita mengurangi konsumsi
sayur yang masih mentah karena diperkirakan mengandung residu lebih tinggi
dibanding kalau sudah dimasak terlebihdulu. Pemasakan atau pengolahan baik
dalam skala rumah tangga atau industri terbukti dapat menekan tekanan kandungan
residu pestisida pada sayuran.
3) Untuk mengurangi dampak penggunaan
pestisida dapat pula dilakukan dengan cara menggunakan pestisida alami atau
pestisida yang berasal dari tumbuhan (biopestisida).
Biopestisida
tidak mencemari lingkungan karena bersifat mudah terurai (biodegradable)
sehingga relatif aman bagi ternak peliharaan dan manusia. Sebagai contoh adalah
air rebusan dari batang dan daun tomat dapat digunakan untuk memberantas ulat
dan lalat hijau. Kita juga dapat menggunakan air rebusan daun kemanggi untuk
memberantas serangga. Selain tumbuhan tersebut, masih banyak tumbuhan lain yang
mengandung bioaktif pestisida seperti tanaman mindi, bunga mentega, rumput
mala, tuba, kunir, kucai, dll.
Berikut ini beberapa pestisida alternatif yang dapat
digunakan, ketimbang kita menghadirkan racun ke dalam rumah, yang dapat saja
merugikan keluarga dan lingkungan sekitar kita, diantaranya:
Ø
Kutu
Putih pada daun atau batang
Dapat digunakan bawang putih yang
ditumbuk dan diperas airnya serta dicampurkan dengan air sesuai dosis yang
diperlukan. Jika kutu melekat erat pada tanaman, dapat digunakan campuran
sedikit minyak kelapa. Semprotkan campuran tersebut pada tanaman yang terserang
hama.
Ø
Mengatasi
nyamuk
Dapat menggunakan kain kelambu.
Sebuah sapu lidi kecil sebagai pemukul juga sama ampuhnya dengan raket
beraliran listrik. jangan lupa pasang kasa pada pintu dan jendela. Kemudian
menyebarkan bunga melati atau kamboja di ruangan dapat juga mengurangi nyamuk
Ø
Untuk
Tikus
Buah jengkol dapat ditebarkan di
sekitar tanaman atau di depan lubang sarang tikus. Atau dengan merendam irisan
jengkol pada air selama 2 hari. Lalu semprotkan pada tanaman padi yang belum
berisi akan menekan serangan walang sangit. Selain dengan menggunakan buah
jengkol, anda juga dapat menggunakan campuran gips kapur, tepung, sedikit gula
dan bubuk coklat, lalu taburkan campuran tersebut ditempat tikus biasa
ditemukan.
Ø
Berbagai
serangga
Air rebusan cabai rawit yang telah
dingin dan dicampur dengan air lagi serta disemprotkan ke tanaman akan mengusir
berbagai jenis serangga perusak tanaman. Selain itu dapat juga menggunakan air
rebusan daun kemangi atau daun pepaya yang kering ataupun yang masih segar.
Ø
Aphids
Air rebusan dari campuran tembakau
dan teh dapat mengendalikan aphid pada tanaman sayuran dan kacang-kacangan. Air
hasil rebusan di campurkan kembali dengan air sehingga lebih encer.
Ø
Beberapa
serangga dan nematoda akar
Dengan menggunakan bunga kenikir
(Bunga Tai Kotok) yang direndamkan oleh air panas mendidih. Biarkan semalam
lalu saring. Hasil saringan tersebut disiramkan ke media tanaman. Penting
diperhatikan media yang digunakan mudah dilalui oleh air.
Ø
Mengendalikan
serangga, nematoda dan jamur
Dengan membuat air hasil rendaman
tumbukan biji nimba dengan air selama tiga hari. Lalu siram pada tanaman,
umumnya efektif pada tanaman sayuran.
Ø
Mengatasi
ngengat
Gunakan merica utuh atau buatlah
bungkusan berisi bunga mawar kering dan daun mint kering, letakkan di lemari
atau laci.
Ø
Mengusir
lalat
Gantungkan setandan cengkih dalam
ruangan. Cara lain ialah dengan membuat lem perekat dari kertas perekat yang
berwarna kuning terang yang diolesi sedikit madu. Atau dengan menggunakan kulit
jeruk yang digores, letakkan di tempat yang banyak lalat.
Ø
Mengatasi
kecoa
Dengan mencampurkan tepung gandum
dengan gips kapur dengan perbandingan sama, atau campuran baking soda dan gula,
lalu taburkan di daerah yang ditempati kecoa. Dapat juga dengan menaruh
beberapa lembar daun salam (segar) di area yang dijelajahi kecoa.
Ø
Mengatasi
semut
Dengan cara menaburkan bubuk cabe
rawit atau bubuk kopi di tempat semut biasa datang, dapat juga menggunakan
perasan jeruk atau letakkan kulit jeruk pada tempat semut datang.
E.
Pencemaran
Akibat Penggunaan Pestisida
Pencemaran adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy dan komponen lain kedalam lingkungan
(tanah, air dan udara). Pestisida selain bermanfaat untuk sector pertanian dan
kebutuhan pokok manusia, namun pestisida juga menghasilkan dampak terhadap
lingkungan. Banyak dampak yang di sebabkan oleh pestisida baik bagi manusia
maupun lingkungan. Beberapa akibat penggunaannya pestisida yaitu sebagai
berikut:
1.
Kasus
Pencemaran Air
Dampak pestisida pada sistem
perairan sering kali dipelajari menggunakan model transportasi hidrologi untuk
mempelajari pergerakan dan akhir dari pergerakan zat kimia di aliran sungai.
Terdapat empat jalur utama bagi pestisida untuk mecapai perairan, terbang ke
area diluar yang disemprotkan melalui perkolasi menuju dalam tanah, dibawa oleh
aliran air permukaan atau ditumpahkan secara sengaja maupun tidak.
Pestisida juga bergerak di perairan
bersama dengan erosi tanah. Factor mempengaruhi kemampuan pestisida dalam
mengkontaminsai perairan mencakup tingkat kelarutan, jarak pengaplikasian
pestisida dari badan air, cuaca, jenis tanah, keberadaan tanaman di sekitar dan
metode yang digunakan dalam mengaplikasikannya.
2.
Persebaran
di Tanah
Berbagai senyawa kimia yang
dugunakan sebagai pestisida merupakan bahan pencemaran tanah yang persisten,
yang dapat betahan selama beberpa decade. Penggunaan pestisida mengurangi
keragaman hayati secara umum ditanah. Tanah yang tidak disemprotkan pestisida memilki
kualitas yqng lebih baikdan mengandung kadar organik yang lebih tinggi sehingga
meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air. Hal ini diketahui memilki dampak positif terhadap hasil
pertanian dimusim kering. Kadar organik yang rendah juga meningktkan
kemungkinan pestisida meninggalkan lahan dan menuju perairan karena bahan
organic tanah mampu mengikat pestisida. Bahan organic tanah juga bisa
memepercepat proses pelapukan bahan kimia pestisida.
3.
Persebaran
di Udara
Pestisida berkontribusi pada polusi
udara ketika disemprotkan melalui pesawat terbang. Pestisida dapat tersuspensi
di udara sebagai pertikular yang terbawa oleh angin ke area selain target dan
mengkontaminasinya. Pestisda yang diaplikaikan ketanaman dapat menguap dan
ditiup oleh angin sehingga membahayakan ekosistem diluar kawasan pertanian.
Kondisi cuaca seperti temperatur dan kelembaban juga menjadi penentu kualitas
pengaplikasian pestisida karena seperti halnya fluida yang mudah menguap,
penguapan pestisida amat ditentukan oleh kondisi cuaca. Kelembaban yang rendah dan
temperature yang tinggi mempermudah penguapan. Pestisida yang menguap ini dpat
terhirup oleh manusia dan hewan disekitar. Selain itu, tetesan pestisida yang
tidak larut atau tidak dilarutkan oleh air dapat bergerak sebagai debu sehingga
dapat mempengaruhi kondisi cuaca dan kualitas presipitasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
1. Pestisida
adalah suatu bahan yang digunakan untuk membasmi tumbuhan atau hewan penggangu.
2. Jenis-jenis
peptisida berdasarkan fungsi dan sasaran, berdasarkan bahan aktif, berdasarkan
kerja, dan berdasarkan jenis penggunaannya.
3. Peptisida memiliki dampak positif,
yaitu bidang kehutanan pestisida, dalam bidang kesehatan,bidang perumahan, dan
berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang pertanian.
Sedangkan dampak negatif bagi kesehatan manusia, lingkungan sekitar, dan bagi
perkembangan populasi hama pengganggu.
4. Cara menanggulangi dan dampak
peptisida salah satunya dengan cara membersihkan sayuran dengan benar.
5. Pencemaran akibat penggunaan
pestisida, yaitu kasus pencemaran air, persebaran di tanah, persebaran di
udara.
B. Saran
Dari penulisan makalah
yang berjudul “PEPTISIDA”, mungkin terdapat kekurangan baik itu dari segi
tulisan maupun pemaparan dari makalah. Semua itu dikarenakan penulis masih
dalam proses belajar. Semoga pembaca bisa memahami semua kekurangan dalam
makalah ini, dan semoga makalah ini bisa bermamfaat bagi si pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Agutina, Dwi Rahayu. Kupas Tuntas 1001 Soal
Kimia.Yogyakarta : PT Buku Seru. 2011
Diana, Sofia. Pengaruh Pestisida dalam
Lingkungan Pertanian. Sumatra Utara : Fakultas
Pertanian Universitas Sumatra Utara. 2010.
https://id.wikipedia.org/wiki/Dampak_lingkungan_dari_pestisida