Makalah kimia tentang Definisi Dampak dan Cara Menanggulangi Penggunaan pestisida - Kimia dan Pendidikan
News Update
Loading...

Friday 17 November 2017

Makalah kimia tentang Definisi Dampak dan Cara Menanggulangi Penggunaan pestisida

Makalah tentang Definisi, Jenis, Dampak, dan Penanggulangan Pestisida

Petani menggunakan pestisida

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Di Indonesia pencemaran lingkungan sudah sangat nyata terlihat dilingkungan sekitar kita. Sebagian faktor yang menjadi penyebabnya adalah penggunaan bahan kimia yang berlebihan, terutama dari sektor pertaniani, seperti penggunaan pestisida. Pestisida sendiri merupakan bahan kimia yang dapat menurunkan OPT (Organisme pengganggu Tumbuhan), namun sayangnya terkadang petani menggunakan pestisida berlebihan yang nantinya akan berdampak pada pencemaran ligkungan.
Di negara-negara sedang berkembang, untuk mencukupi kebutuhannya sendiri dalam bidang pangan/sandang, bahan-bahan kimia pertanian banyak digunakan  untuk memperoleh hasil pertanian yang menguntungkan dan baik. Namun sebagian negara berkembang lainnya telah mengurangi penggunaan bahan-bahan kimia pertanian, karena hal ini menjadi salah satu penyebab utama dari pencemaran lingkungan.
Pencemaran lingkungan yang disebabkan oleh penggunaan bahan-bahan kimia pertanian tidak hanya berdampak negatif bagi lingkungan pertanian saja tapi juga dapat membahayakan kesehatan dan lingkungan yang ditinggali oleh manusia itu sendiri. Hal ini dikarenakan bahan kimia yang terkandung didalam pestisida terakumulasi pada tumbuhan, hewan, tanah dan perairan disekitarnya. Oleh sebab itu sebelum menggunakan pestisida kita harus terlebih dahulu mengetahui peranan, pengaruh serta bagaimana penanggulangan dari bahaya residu pestisida tersebut dan mencari alternatif lain yang dapat menggantikan peranan pestisida dilingkungan pertanian dalam mengendalikan hama, penyakit dan gulma, seperti penggunaan pestisida organic.

A.    Rumusan Masalah

1.    Apakah itu pestisida?
2.    Apa saja jenis-jenis pestisida?
3.    Apa dampak positif dan negatif dari penggunaan pestisida?
4.    Bagaimana cara menanggulangi dan mencegah dampak yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida?

B.     Tujuan Penulisan

1.    Untuk mengetahui pengertian pestisida.
2.    Untuk mengetahui jenis-jenis pestisida.
3.    Untuk mengetahui dampak positif dan negatif dari penggunaan pestisida.
4. Untuk mengetahui cara menanggulangi dan mencegah dampak yang ditimbulkan dari penggunaan pestisida.

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pestisida

Pestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida yang berasal dari kata caedo yang berarti pembunuh. Pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang digunakan untuk membasmi tumbuhan atau hewan penggangu.
Pengertian pestisida menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 dalam Kementrian Pertanian (2011) dan Permenkes RI No.258/Menkes/Per/III/1992 adalah semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk.
a. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman, bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian
b.   Memberantas rerumputan
c.   Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan
d.  Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan atau ternak.
e.  Memberantas atau mencegah hama-hama air.
f.  Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam bangunan rumah tangga alat angkutan, dan alat-alat pertanian.
g. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan tanaman, tanah dan air.

Sementara itu, The United States Environmental Control Act mendefinisikan pestisida sebagai berikut :
  1. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan untuk mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga, binatang pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang dianggap hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain yang terdapat pada hewan dan manusia.
  2. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk mengatur pertumbuhan atau mengeringkan tanaman.
         Oleh sebab itu salah satu upaya dalam meningkatkan/pencegahan pencemaran perlu dilakukan usaha-usaha pencegahan masalah pestisida:
Ø  Peningkatan SDM pengguna maupun pengawas pestisida.
Ø  Peningkatan kepedulian dan dedikasi dalam pengawasan pestisida.
Ø  Peningkatan kerjasama lintas sektoral.
Ø  Melakukan bimbingan dan penyuluhan  kepada pengguna pestisida.
Pestisida telah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sistem pertanian di Indonesia. Penggunaan pestisida telah dilakukan sejak tahun 1965. Pada saat itu, jenis pestisida yang banyak digunakan adalah jenis organoklorin, contohnya antara lain DDT (Dichloro Diphenyl Trichloroethane) dan linden. Pada tahun 1970-an penggunaan jenis organoklorin dilarang digunakan, karena tingkat toksisitas dan persistensinya yang tinggi (tahan lama hingga berpuluh-puluh tahun bahkan bisa mencapai seratus tahun). Sejak saat itu, barulah dimulai era jenis pestisida organofosfat dan karbamat.
Pada tahun 2002 tercatat sebanyak 813 formulasi dan 341 bahan aktif. Penggunaan pestisida tertinggi adalah di lahan hortikultura dan diikuti pada lahan tanaman pangan. Frekuensi aplikasi pestisida bisa mencapai 3-5 kali dalam seminggu. Salah satu dampak dari penggunaan pestisida adalah tertinggalnya residu pestisida di dalam produk pertanian dan di dalam tanah. Walaupun telah lama jenis organoklorin dilarang/tidak digunakan, namun residunya masih ditemukan hingga kini baik di dalam tanah maupun pada produk pertanian.

B.     Jenis-jenis Pestisida

Pestisida yang biasa digunakan para petani dapat digolongkan dalam beberapa jenis yaitu:
                 1. Berdasarkan fungsi dan sasaran penggunaannya adalah sebagai berikut:
a.       Insektisida
Insektisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas serangga seperti belalang, kepik, wereng, dan ulat. Insektisida juga digunakan untuk memberantas serangga di rumah, perkantoran atau gudang, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, dan semut. Contoh: basudin, basminon, tiodan, diklorovinil dimetil fosfat dan diazinon.
b.      Fungisida
Fungisida adalah pestisida untuk memberantas atau mencegah pertumbuhan jamur atau cendawan seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun. Contoh: tembaga oksiklorida, tembaga (I) oksida, carbendazim, organomerkuri, dan natrium dikromat.
c.       Bakterisida
Bakterisida adalah pestisida untuk memberantas bakteri atau virus. Salah satu contoh bakterisida adalah tetramycin yang digunakan untuk membunuh virus CVPD yang menyerang tanaman jeruk. Umumnya bakteri yang telah menyerang suatu tanaman sukar diberantas. Pemberian obat biasanya segera diberikan kepada tanaman lainnya yang masih sehat sesuai dengan dosis tertentu.
d.      Rodentisida
Rodentisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa hewan pengerat seperti tikus. Lazimnya diberikan sebagai umpan yang sebelumnya dicampur dengan beras atau jagung. Hanya penggunaannya harus hati-hati, karena dapat mematikan juga hewan ternak yang memakannya.
e.       Nematisida
Nematisida adalah pestisida yang digunakan untuk memberantas hama tanaman berupa nematoda (cacing). Hama jenis ini biasanya menyerang bagian akar dan umbi tanaman. Nematisida biasanya digunakan pada perkebunan kopi atau lada. Nematisida bersifat dapat meracuni tanaman, jadi penggunaannya 3 minggu sebelum musim tanam. Selain memberantas nematoda, obat ini juga dapat memberantas serangga dan jamur. Dipasaran dikenal dengan nama DD, Vapam, dan Dazomet.
f.       Herbisida
Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk membasmi tanaman pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dll. Contoh: ammonium sulfonat dan pentaklorofenol.

Tabel 2.1 tentang kandungan bahan kimia dalam pestisida
No
Jenis Pestisida
Kegunaan
Kandungan Bahan Kimia
1
Insektisida 
Untuk memberantas serangga seperti belalang, ketik, wereng, dan ulat
Transflutrin,  Bioallethrin, D-allethrin (Pyrethroid campuran), SipermetrinDeltametrin
2
 Fungisida
Untuk memberantas tumbuhan jamur atau cendanwan, seperti bercak daun, karat daun, dan cacar daun
Binomyl, Thiram, Oksadisil, Propined, Metalaksil, Carbendazim. 
3
 Bakterisida
Untuk memberantas bakteri atau virus
Asam oksoklinik, Kasugamisin, Oksitetrasiklin, Streptomisin sulfat 
4
 Rodentisida
Untuk memberantas hama tanaman berupa hewan, pengerat seperti tikus 
Boadfakum, kumatetralil dan bromadiolone 
5
 Nematisida
Untum memberantas hama tanaman berupa nematoda (cacing) 
Dazomed 
6
 Herbisida
Untuk membasmi tanaman peganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan, eceng gondok, dan lain-lain.
Kloroasetamida, oksiasetamida, urasil triazolinon, siclheksanedion oksim, triazinon dan benzothiadiazinon 

                        2.      Berdasarkan Bahan Aktifnya
a.       Pestisida organik (Organic pesticide)
Pestisida yang bahan aktifnya adalah bahan organik yaitu yang berasal dari bagian tanaman atau binatang, misal: neem oil yang berasal dari pohon mimba (neem).
b.      Pestisida elemen (Elemental pesticide)
Pestisida yang bahan aktifnya berasal dari alam seperti sulfur.
c.       Pestisida kimia/sintetis (Syntetic pesticide)
Pestisida yang berasal dari campuran bahan-bahan kimia.
3.      Berdasarkan Cara Kerjanya
a.       Pestisida sistemik (Systemic Pesticide)
Pestisida sistemik adalah pestisida yang diserap dan dialirkan ke seluruh bagian tanaman sehingga akan menjadi racun bagi hama yang memakannya. Kelebihannya tidak hilang karena disiram. Kelemahannya, ada bagian tanaman yang dimakan hama agar pestisida ini bekerja. Pestisida ini untuk mencegah tanaman dari serangan hama. Contoh : Neem oil. 
b.      Pestisida kontak langsung (Contact pesticide)
Pestisida kontak langsung adalah pestisida yang reaksinya akan bekerja bila bersentuhan langsung dengan hama, baik ketika makan ataupun sedang berjalan. Jika hama sudah menyerang lebih baik menggunakan jenis pestisida ini. Sebagian besar pestisida kimia termasuk ke dalam jenis ini.
4.      Berdasarkan Jenis Penggunaanya
Dalam bidang pertanian, pestisida dapat digunakan dengan berbagai cara, diantaranya adalah sebagai berikut:
a.       Penyemprotan (Spraying)
Penyemprotan adalah cara penggunaan pestisida yang paling banyak dipakai oleh petani. Diperkirakan 75 % penggunaan pestisida dilakukan dengan cara penyemprotan. Dalam penyemprotan larutan pestisida (pestisida ditambah air) dipecah oleh nozzel (spuyer) atau atomizer menjadi butiran semprot atau droplet. Bentuk sediaan (formulasi) yang digunakan dengan cara penyemprotan.
b.      Pengasapan atau Fogging
Pengasapan adalah penyemprotan pestisida dengan volume rendah dengan ukuran droplet yang halus. Perbedaannya dengan penyemprotan biasa adalah yang dibuat pencampur pestisida adalah minyak solar dan bukan air. Campuran tersebut kemudian dipanaskan sehingga menjadi semacam kabut asap yang kemudian dihembuskan. Fogging banyak digunakan untuk mengendalikan hama gudang, hama tanaman perkebunan serta vektor penyakit dilingkungan misalnya untuk mengendalikan nyamuk malaria.
c.       Penghembusan (Dusting)
Penghembusan merupakan cara penggunaan pestisida yang diformulasikan dalam bentuk tepung hembus (D, dust) dengan menggunakan alat penghembus (duster). Jadi penggunaannya dalam bentuk kering.
d.      Penaburan (broadcasting) pestisida butiran (Granuler)
Penaburan pestisida butiran adalah cara penggunaan pestisida yang diformulasikan dalam bentuk butiran dengan cara ditaburkan. Penaburan dapat dilakukan dengan tanganlangsung atau dengan menggunakan alat penabur (granule broadcaster).
e.       Perawatan benih (Seed dressing, Seed treatment, Seed coating)
Perawatan benih adalah cara penggunaan pestisida untuk melindung benih sebelum benih ditanam agar kecambah dan tanaman muda tidak diserang oleh hama atau penyakit. Pestisida yang digunakan adalah formulasi SD atau ST.
f.       Pencelupan (Dipping)
Pencelupan adalah penggunaan pestisida untuk melindung tanaman (bibit, cangkok, stek) agar terhindar dari serangan hama maupun penyakit. Pencelupan dilakukan dengan mencelupkan bibit atau stek ke dalam larutan pestisida.
g.      Fumigasi (Fumigation)
Fumigasi adalah aplikasi pestisida fumigan baik yang berbentuk padat, cair maupun gas dalam ruangan terttutup. Fumigasi umumnya digunakan untuk melindungi hasil panen dari kerusakan karena serangan hama atau penyakit ditempat penyimpanan. Fumigan dimasukkan ke dalam ruangan gudang yang selanjutnya akan berubah kedalam bentuk gas (fumigan cair maupun padat) yang beracun untuk membunuh OPT sasaran yang ada dalam ruangan tersebut.
h.      Injeksi
Injeksi adalah penggunaan pestisida dengan cara memasukkan kedalam batang tanaman, baik dengan alat khusus (injeksi ataupun infus) maupun dengan jalan mengebor tanaman. Pestisida yng diinjeksikan akan tersebar keseluruh tanaman bersamaan dengan aliran makanan dalam jaringan tanaman. Injeksi dapat juga digunakan untuk sterilisasi tanah.
i.        Penyiraman (drenching, Pouring On)
Penyiraman adalah penggunaan pestisida dengan cara dituangkan disekitar akar tanaman untuk mengendalikan hama atau penyakit di daerah perakaran atau dituangkan pada sarang semut atau sarang rayap.

C.    Dampak Positif dan Negatif dari Penggunaan Pestisida

Penggunaan pestisida pastinya memiliki dampak positif dan negatif bagi lingkungan dan kesehatan,
1.      Dampak Positif
Ada beberapa dampak positif dari penggunaan pestisida
a.       Pestisida berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang pertanian.
b.    Dalam bidang kehutanan pestisida digunakan untuk pengawetan kayu dan hasil hutan yang lainnya.
c.  Dalam bidang kesehatan dalam rumah tangga untuk mengendalikan vektor (penular) penyakit manusia dan binatang pengganggu kenyamanan lingkungan.
d.      Dalam bidang perumahan untuk pengendalian rayap atau gangguan serangga yang lain.
2.      Dampak Negatif
Dampak negatif yang dapat terjadi akibat penggunaan pestisida, diantaranya:
a.       Bagi kesehatan manusia
Tanaman yang diberi pestisida dapat menyerap pestisida yang kemudian terdistribusi ke dalam akar, batang, daun, dan buah. Pestisida yang sukar terurai akan berkumpul pada hewan pemakan tumbuhan tersebut termasuk manusia. Secara tidak langsung dan tidak sengaja, tubuh mahluk hidup itu telah tercemar pestisida.
 Pestisida meracuni manusia tidak hanya pada saat pestisida itu digunakan, tetapi juga saat mempersiapkan, atau sesudah menggunakan pestisida tersebut. Banyak dampak yang disebabkan pada penggunaan pestisida seperti keracunan kronis, pemaparan kadar rendah dalam jangka panjang atau pemaparan dalam waktu yang singkat dengan akibat kronis. Keracunan kronis dapat ditemukan dalam bentuk kelainan syaraf dan perilaku (bersifat neuro toksik) atau mutagenitas. Keracunan akut, keracunan akut terjadi apabila efek keracunan pestisida langsung pada saat dilakukan aplikasi atau seketika setelah aplikasi pestisida.
Kecelakaan  akibat pestisida pada manusia sering terjadi, terutama dialami oleh orang yang langsung melaksanakan penyemprotan.  Mereka dapat mengalami pusing-pusing ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan menjadi luka, kejang-kejang, pingsan, dan tidak sedikit kasus berakhir dengan kematian.
Secara tidak sengaja, pestisida dapat meracuni manusia atau hewan ternak melalui mulut, kulit, dan pernafasan. Sering tanpa disadari bahan kimia beracun tersebut masuk ke dalam tubuh seseorang tanpa menimbulkan rasa sakit yang mendadak dan mengakibatkan keracunan kronis. Contoh dampak negatif lainn  misalnya bila salah seorang ibu menyusui memakan makanan dari tumbuhan yang telah tercemar pestisida maka bayi yang disusui menanggung resiko yang lebih besar untuk teracuni oleh pestisida tersebut daripada sang ibu. Zat beracun ini akan pindah ke tubuh bayi lewat air susu yang diberikan dan kemudian racun ini akan terkumpul dalam tubuh bayi (bioakumulasi).
b.      Bagi lingkungan sekitar
Pestisida yang tidak dapat terurai akan terbawa aliran air dan masuk ke dalam sistem biota air (kehidupan air). Konsentrasi pestisida yang tinggi dalam air dapat membunuh organisme air diantaranya ikan dan udang. Sementara dalam kadar rendah dapat meracuni organisme kecil seperti plankton. Bila plankton ini termakan oleh ikan maka ia akan terakumulasi dalam tubuh ikan. Tentu saja akan sangat berbahaya bila ikan tersebut termakan oleh burung-burung atau manusia.
Penumpahan yang tidak disengaja atau membuang bahan-bahan kimia yang berlebihan pada permukaan air akan meningkatkan konsentrasi pestisida di air. Kualitas air dipengaruhi oleh pestisida berhubungan dengan keberadaan dan tingkat keracunannya, dimana kemampuannya untuk diangkut adalah fungsi dari kelarutannya dan kemampuan diserap oleh partikel-partikel tanah.
Berikut ini akan diuraikan bebrapa dampak penggunaan pestisida yang berhubungan dengan lingkungan dan ekosistem.
1.      Punahnya Spesies
Polutan berbahaya bagi biota air dan darat. Berbagai jenis hewan mengalami keracunan dan kemudian mati. Berbagai spesies hewan memiliki kekebalan yang tidak sama. Ada yang peka, ada pula yang tahan. Hewan muda dan larva merupakan hewan yang peka terhadap bahan pencemar. Ada hewan yang dapat beradaptasi sehingga kebal terhadap bahan pencemar dan ada pula yang tidak. Meskipun hewan mampu beradaptasi, harus diketahui bahwa tingkat adaptasi hewan ada batasnya. Bila batas tersebut terlampaui, hewan tersebut akan mati.
Salah satu kasus yang pernah terjadi adalah turunnya populasi burung pelikan coklat dan burung kasa dari daerah Artika sampai daerah Antartika. Setelah diteliti ternyata burung-burung tersebut banyak yang tercemar oleh pestisida organiklor yang menjadi penyebab rusaknya dinding telur burung itu sehingga gagal ketika dierami. Bila dibiarkan terus tentu saja perkembangbiakan burung itu akan terhenti, dan akhirnya jenis burung itu akan punah.
2.      Peledakan Hama
Penggunaan pestisida dapat pula mematikan predator. Jika predator punah, maka serangga dan hama akan berkembang tanpa kendali.
3.      Gangguan Keseimbangan lingkungan
Punahnya spasies tertentu dapat mengubah pola interaksi di dalam suatu ekosistem. Rantai makanan, jaring-jaring makanan dan aliran energi menjadi berubah. Akibatnya keseimbangan lingkungan, daur materi, dan daur biogeokimia menjadi tergangu.
4.      Kesuburan Tanah Berkurang
Penggunaan insektisida dapat mematikan fauna tanah dan dapat juga menurunkan kesuburan tanah. Penggunaan pupuk terus menerus dapat menyebabkan tanah menjadi asam. Sehingga dapat menurunkan kesuburan tanah.
Kerusakan tanah atau lahan dapat disebabkan oleh kemerosotan struktur tanah (pemadatan tanah dan erosi), penurunan tingkat kesuburan tanah, keracunan dan pemasaman tanah, kelebihan garam dipermukaan tanah, dan polusi tanah.  Faktor-faktor yang mempengaruhi degradasi tanah atau lahan adalah: pembukaan lahan (deforestration) dan penebangan kayu hutan secara berlebihan untuk kepentingan domestik, penggunaan lahan untuk kawasan peternakan/penggembalaan secara berlebihan (over grazing) dan aktivitas pertanian dalam penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan. 

D.    Cara Menanggulangi dan Mencegah Dampak yang Ditimbulkan dari Penggunaan Pestisida

Ada beberapa langkah untuk mengurangi residu yang menempel pada sayuran, antara lain.
1)        Mencucinya secara bersih dengan menggunakan air yang mengalir, bukan dengan air diam.
Jika yang kita gunakan air diam (direndam) justru sangat memungkinkan racun yang telah larut menempel kembali ke sayuran. Berbagai percobaan menunjukkan bahwa pencucian bisa menurunkan residu sebanyak 70% untuk jenis pestisida karbaril dan hampir 50% untuk DDT. Mencuci sayur sebaiknya jangan lupa membersihkan bagian-bagian yang terlindung mengingat bagian ini pun tak luput dari semprotan petani. Untuk kubis misalnya, lazim kita lihat petani mengarahkan belalai alat semprot ke arah krop (bagian bulat dari kubis yang dimakan) sehingga memungkinkan pestisida masuk ke bagian dalam krop.

2)      Perendaman dalam air panas (blanching) juga dapat menurunkan residu.
Ada baiknya kita mengurangi konsumsi sayur yang masih mentah karena diperkirakan mengandung residu lebih tinggi dibanding kalau sudah dimasak terlebihdulu. Pemasakan atau pengolahan baik dalam skala rumah tangga atau industri terbukti dapat menekan tekanan kandungan residu pestisida pada sayuran.
3)   Untuk mengurangi dampak penggunaan pestisida dapat pula dilakukan dengan cara  menggunakan pestisida alami atau pestisida yang berasal dari tumbuhan (biopestisida).
Biopestisida tidak mencemari lingkungan karena bersifat mudah terurai (biodegradable) sehingga relatif aman bagi ternak peliharaan dan manusia. Sebagai contoh adalah air rebusan dari batang dan daun tomat dapat digunakan untuk memberantas ulat dan lalat hijau. Kita juga dapat menggunakan air rebusan daun kemanggi untuk memberantas serangga. Selain tumbuhan tersebut, masih banyak tumbuhan lain yang mengandung bioaktif pestisida seperti tanaman mindi, bunga mentega, rumput mala, tuba, kunir, kucai, dll.

Berikut ini beberapa pestisida alternatif yang dapat digunakan, ketimbang kita menghadirkan racun ke dalam rumah, yang dapat saja merugikan keluarga dan lingkungan sekitar kita, diantaranya:

Ø  Kutu Putih pada daun atau batang
Dapat digunakan bawang putih yang ditumbuk dan diperas airnya serta dicampurkan dengan air sesuai dosis yang diperlukan. Jika kutu melekat erat pada tanaman, dapat digunakan campuran sedikit minyak kelapa. Semprotkan campuran tersebut pada tanaman yang terserang hama.
Ø  Mengatasi nyamuk
Dapat menggunakan kain kelambu. Sebuah sapu lidi kecil sebagai pemukul juga sama ampuhnya dengan raket beraliran listrik. jangan lupa pasang kasa pada pintu dan jendela. Kemudian menyebarkan bunga melati atau kamboja di ruangan dapat juga mengurangi nyamuk
Ø  Untuk Tikus
Buah jengkol dapat ditebarkan di sekitar tanaman atau di depan lubang sarang tikus. Atau dengan merendam irisan jengkol pada air selama 2 hari. Lalu semprotkan pada tanaman padi yang belum berisi akan menekan serangan walang sangit. Selain dengan menggunakan buah jengkol, anda juga dapat menggunakan campuran gips kapur, tepung, sedikit gula dan bubuk coklat, lalu taburkan campuran tersebut ditempat tikus biasa ditemukan.
Ø  Berbagai serangga
Air rebusan cabai rawit yang telah dingin dan dicampur dengan air lagi serta disemprotkan ke tanaman akan mengusir berbagai jenis serangga perusak tanaman. Selain itu dapat juga menggunakan air rebusan daun kemangi atau daun pepaya yang kering ataupun yang masih segar.
Ø  Aphids
Air rebusan dari campuran tembakau dan teh dapat mengendalikan aphid pada tanaman sayuran dan kacang-kacangan. Air hasil rebusan di campurkan kembali dengan air sehingga lebih encer.
Ø  Beberapa serangga dan nematoda akar
Dengan menggunakan bunga kenikir (Bunga Tai Kotok) yang direndamkan oleh air panas mendidih. Biarkan semalam lalu saring. Hasil saringan tersebut disiramkan ke media tanaman. Penting diperhatikan media yang digunakan mudah dilalui oleh air.
Ø  Mengendalikan serangga, nematoda dan jamur
Dengan membuat air hasil rendaman tumbukan biji nimba dengan air selama tiga hari. Lalu siram pada tanaman, umumnya efektif pada tanaman sayuran.
Ø  Mengatasi ngengat
Gunakan merica utuh atau buatlah bungkusan berisi bunga mawar kering dan daun mint kering, letakkan di lemari atau laci.

Ø  Mengusir lalat
Gantungkan setandan cengkih dalam ruangan. Cara lain ialah dengan membuat lem perekat dari kertas perekat yang berwarna kuning terang yang diolesi sedikit madu. Atau dengan menggunakan kulit jeruk yang digores, letakkan di tempat yang banyak lalat.
Ø  Mengatasi kecoa
Dengan mencampurkan tepung gandum dengan gips kapur dengan perbandingan sama, atau campuran baking soda dan gula, lalu taburkan di daerah yang ditempati kecoa. Dapat juga dengan menaruh beberapa lembar daun salam (segar) di area yang dijelajahi kecoa.
Ø  Mengatasi semut
Dengan cara menaburkan bubuk cabe rawit atau bubuk kopi di tempat semut biasa datang, dapat juga menggunakan perasan jeruk atau letakkan kulit jeruk pada tempat semut datang.

E.     Pencemaran Akibat Penggunaan Pestisida

Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energy dan komponen lain kedalam lingkungan (tanah, air dan udara). Pestisida selain bermanfaat untuk sector pertanian dan kebutuhan pokok manusia, namun pestisida juga menghasilkan dampak terhadap lingkungan. Banyak dampak yang di sebabkan oleh pestisida baik bagi manusia maupun lingkungan. Beberapa akibat penggunaannya pestisida yaitu sebagai berikut:
1.      Kasus Pencemaran Air
Dampak pestisida pada sistem perairan sering kali dipelajari menggunakan model transportasi hidrologi untuk mempelajari pergerakan dan akhir dari pergerakan zat kimia di aliran sungai. Terdapat empat jalur utama bagi pestisida untuk mecapai perairan, terbang ke area diluar yang disemprotkan melalui perkolasi menuju dalam tanah, dibawa oleh aliran air permukaan atau ditumpahkan secara sengaja maupun tidak.
Pestisida juga bergerak di perairan bersama dengan erosi tanah. Factor mempengaruhi kemampuan pestisida dalam mengkontaminsai perairan mencakup tingkat kelarutan, jarak pengaplikasian pestisida dari badan air, cuaca, jenis tanah, keberadaan tanaman di sekitar dan metode yang digunakan dalam mengaplikasikannya.
2.      Persebaran di Tanah
Berbagai senyawa kimia yang dugunakan sebagai pestisida merupakan bahan pencemaran tanah yang persisten, yang dapat betahan selama beberpa decade. Penggunaan pestisida mengurangi keragaman hayati secara umum ditanah. Tanah yang tidak disemprotkan pestisida memilki kualitas yqng lebih baikdan mengandung kadar organik yang lebih tinggi sehingga meningkatkan kemampuan tanah dalam menahan air. Hal ini diketahui memilki dampak positif terhadap hasil pertanian dimusim kering. Kadar organik yang rendah juga meningktkan kemungkinan pestisida meninggalkan lahan dan menuju perairan karena bahan organic tanah mampu mengikat pestisida. Bahan organic tanah juga bisa memepercepat proses pelapukan bahan kimia pestisida.
3.      Persebaran di Udara
Pestisida berkontribusi pada polusi udara ketika disemprotkan melalui pesawat terbang. Pestisida dapat tersuspensi di udara sebagai pertikular yang terbawa oleh angin ke area selain target dan mengkontaminasinya. Pestisda yang diaplikaikan ketanaman dapat menguap dan ditiup oleh angin sehingga membahayakan ekosistem diluar kawasan pertanian. Kondisi cuaca seperti temperatur dan kelembaban juga menjadi penentu kualitas pengaplikasian pestisida karena seperti halnya fluida yang mudah menguap, penguapan pestisida amat ditentukan oleh kondisi cuaca. Kelembaban yang rendah dan temperature yang tinggi mempermudah penguapan. Pestisida yang menguap ini dpat terhirup oleh manusia dan hewan disekitar. Selain itu, tetesan pestisida yang tidak larut atau tidak dilarutkan oleh air dapat bergerak sebagai debu sehingga dapat mempengaruhi kondisi cuaca dan kualitas presipitasi.


BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

   1. Pestisida adalah suatu bahan yang digunakan untuk membasmi tumbuhan atau hewan penggangu.
   2.  Jenis-jenis peptisida berdasarkan fungsi dan sasaran, berdasarkan bahan aktif, berdasarkan kerja, dan berdasarkan jenis penggunaannya.
   3. Peptisida memiliki dampak positif, yaitu bidang kehutanan pestisida, dalam bidang kesehatan,bidang perumahan, dan berperan dalam mengendalikan jasad-jasad pengganggu dalam bidang pertanian. Sedangkan dampak negatif bagi kesehatan manusia, lingkungan sekitar, dan bagi perkembangan populasi hama pengganggu.
   4. Cara menanggulangi dan dampak peptisida salah satunya dengan cara membersihkan sayuran dengan benar.
  5. Pencemaran akibat penggunaan pestisida, yaitu kasus pencemaran air, persebaran di tanah, persebaran di udara. 

B.     Saran

Dari penulisan makalah yang berjudul “PEPTISIDA”, mungkin terdapat kekurangan baik itu dari segi tulisan maupun pemaparan dari makalah. Semua itu dikarenakan penulis masih dalam proses belajar. Semoga pembaca bisa memahami semua kekurangan dalam makalah ini, dan semoga makalah ini bisa bermamfaat bagi si pembaca.
  

DAFTAR PUSTAKA

Agutina, Dwi Rahayu. Kupas Tuntas 1001 Soal Kimia.Yogyakarta : PT Buku Seru. 2011
Diana, Sofia. Pengaruh Pestisida dalam Lingkungan Pertanian. Sumatra Utara : Fakultas Pertanian Universitas Sumatra Utara. 2010.

https://id.wikipedia.org/wiki/Dampak_lingkungan_dari_pestisida

Share with your friends

Give us your opinion

Bijaklah dalam Memberikan Komentar !

Notifikasi
Belum ada notififikasi terbaru.
Done