makalah deoksigenasi dan eutrifikasi - Kimia dan Pendidikan
News Update
Loading...

Friday 17 November 2017

makalah deoksigenasi dan eutrifikasi

Makalah Kimia Lingkungan tentang Deoksigenasi dan Eutrifikasi

algae blooming akibat kandungan nutrien berlebihan
BAB 1
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang

Air memiliki kemampuan untuk melakukan pembersihan secara alami akan partikel-partikel yang masuk ke dalamnya melalui proses penguraian yang dibantu oleh bakteri. Namun, senyawa-senyawa pencemar kini yang masuk ke dalam perairan jumlahnya lebih dari ambang batas kemampuan air itu sendiri. Sehingga, air tidak mampu mempertahankan kualitasnya oleh zat-zat pencemar. Adapun zat pencemar dibedakan menjadi dua yaitu degradable atau yang dapat dirombak dan nondegrabale yaitu senyawa yang tidak dapat dirombak oleh aktivitas bakteri. Bermacam-macam senyawa yang mencemari perairan disebabkan oleh aktivitas manusia baik dari buangan rumah tangga maupun industri.
Eutrifikasi
Sumber oksigen dilautan antara lain dapat diperoleh secara langsung dari atmosfer melalui proses difusi dan melalui biota berklorofil yang  mampu berfotosintesis. Disamping itu juga terdapat faktor yang menyebabkan berkurangnya oksigen dalam air laut yaitu karena respirasi biota, dekomposisi bahan organik dan pelepasan oksigen ke udara. Untuk mengetahui kualitas air dalam suatu perairan, dapat dilakukan dengan mengamati beberapa parameter kimia yang sering digunakan yaitu DO (Dissolved Oxygen), BOD (Biochemical Oxygen Demand), dan COD (Chemical Oxygen Demand).                                         
Parameter penting yang digunakan untuk mengetahui kualitas air dari suatu perairan adalah kandungan oksigen terlarut atau DO, hal ini dikarenakan limbah biodegradabel yang masuk ke dalam air sungai akan menarik organisme perairan untuk mendekomposisikan limbah tersebut, dalam proses pendekomposisian, organisme perairan akan membutuhkan oksigen yang terlarut dalam air, hal ini akan mengakibatkan jumlah oksigen yang terlarut dalam air akan berkurang, kekurangan oksigen dalam air ini menyebabkan terjadinya deoksigenasi yang berdampak pada pencemaran air.

B.            Rumusan Masalah

1.1         Apa pengertian deoksigenasi  ?
1.2         Bagaimana proses terjadinya deoksigenasi ?
1.3         Mengapa deoksigenasi dapat terjadi ?

C.           Tujuan Penulisan

1.1         Untuk mengetahui pengertian deoksigenasi.
1.2         Untuk mengetahui proses terjadinya deoksigenasi.
1.3         Untuk mengetahui penyebab terjadinya deoksigenasi.
  
BAB II
PEMBAHASAN

A.           Pengertian Deoksigenasi

Deoksigenasi adalah pengenyahan molekul oksigen dari dalam suatu zat, misalnya air tercemar limbah lahan miskin oksigen karena oksigen yang semula terlarut direduksi oleh polutan (pencemar) organik. Polutan yang masuk ke badan air akibat aktivitas manusia disebut dengan polutan antropogenik, misalnya limbah hasil kegiatan domestik (rumah tangga) maupun kegiatan industri. Limbah domestik merupakan semua bahan limbah yang berasal dari kamar mandi, kakus, dapur, tempat cuci pakaian dan cuci peralatan rumah tangga sedangkan air limbah industri merupakan residu atau produk samping proses produksi industri yang dibuang ke lingkungan dan berpotensi mencemari lingkungannya. Intensitas polutan antropogenik dapat dikendalikan dengan cara mengontrol aktivitas yang menyebabkan timbulnya polutan tersebut.[1] 

B.            Proses Terjadinya Deoksigenasi

Pencemaran air merupakan peristiwa masuknya polutan ke dalam air sehingga mengurangi kualitas air tersebut. Polutan dalam pencemaran air berupa bahan organik dan anorganik. Pencemaran air dapat terjadi secara langsung misalnya limbah kegiatan industri, pertanian dan rumah tangga. Pencemaran juga terjadi secara tidak langsung.misalnya rembesan zat kimia beracun dari timbunan limbah industri, pertanian ke perairan terbuka. Limbah rumah tangga menurunkan kualitas air karena  terdapat bahan detergen yang mengandung ion fosfat, serta mengandung bakteri E. coli yang berasal dari feses. Limbah pertanian berupa pupuk yang terbuang ke sungai akan menyebabkan meningkatkan ion-ion anorganik misalnya nitrat. Ion fosfat dan nitrat ini akan terakumulasi ke perairan sungai, danau, waduk sehingga meningkatkan pertumbuhan tanaman air misalnya eceng gondok. Peristiwa peningkatan tanaman karena kelebihan nutrisi ini disebut dengan eutrofikasi, atau jika alga yang meningkat disebut algae blooming. Ketika mati tanaman ini akan membusuk oleh bakteri saprofit aerob, sehingga kandungan oksigen akan menurun (deoksigenasi) menyebabkan ikan akan mati.
Penghilangan oksigen pada bagian dasar perairan lebih banyak disebabkan oleh proses dekomposisi bahan organik yang membutuhkan oksigen terlarut, bahan organik yang diproses oleh manusia disebut dengan bahan organik sintesis. Berkurangnya kadar oksigen yang disebabkan oleh masuknya bahan organik dalam air diantaranya disebabkan oleh karena diterimanya air limbah kedalam sungai. Sungai memiliki kamampuan untuk reaerasi dengan sendirinya karena kontak dengan udara, tetapi kebutuhan oksigen untuk keperluan biologis seringkali melebihi kapasitas reaerasi sehingga menimbulkan tertekannya kadar oksigen. Bila sungai menerima air limbah yang mengandung bahan organik secara terus menerus, maka akan terjadi penurunan kadar oksigen dalam air. Kadar oksigen terlarut (DO) dalam air merupakan hasil aerasi alamiah dan karena kegiatan deoksigenasi mikroorganisme. DO mulai menunjukkan perbaikan pada saat terjadi reoksigenasi melebihi deoksigenasi. Apabila beban BOD melebihi kapasitas asimilasi dalam sungai, maka terjadi benar-benar kekurangan oksigen dan berbagai ikan akan mencapai keadaan yang kritis.[2]
Oksigen terlarut memainkan peranan utama dalam ekosistem air. Ada kompetisi antara kehidupan yang menggunakan oksigen untuk mengurai polutan organik dan bentuk kehidupan lebih tinggi yang memerlukan oksigen dan kelompok ikan selalu dipihak yang kalah. DO dalam sungai berfungsi dalam mengubah populasi mikrobial tetapi dalam kenyataannya dikendalikan (dipengaruhi) oleh tersedianya makanan yang berupa polutan organik. Pencemaran organik yang berat me-nyebabkan tertekannya kadar oksigen terlarut sehingga menyebabkan berbagai ikan mati karena kekurangan oksigen. Dalam keadaan kadar oksigen tertekan, tahap yang paling kritis biasanya terjadi pada tahap bentuk telur atau larva. Matinya berbagai jenis ikan dan timbulnya bau berhubungan dengan tingkat oksigen yang rendah (nol).
Pencemaran organik pada tingkat yang rendah dapat mempengaruhi kadar oksigen tetapi masih cukup untuk memenuhi kebutuhan kehidupan hidup ikan dan perkembangannya, sementara seiring dengan kondisi demikian terbentuknya fosfat dan nitrat dari hasil penguraian bahan organik cukup menumbuhkan mikrofita sebagai makanan ikan dan sejenisnya. Kecukupan dan keseimbangan atara populasi mikrofita dan populasi makhluk hidup yang mengonsumsinya memberi keuntungan akan membaiknya kondisi ekosistem akuatik, sehingga fungsi badan air sebagai natural purifier tetap berjalan sementara pembuangan limbah organik masih tetap bisa berlangsung sepanjang ekosistem badan air mampu menolernya. Dalam hal terakhir kualitas air limbah yang dilepas harus betul-betul mengikuti persyaratan kualitas air limbah yang ditetapkan menurut peraturan perundang-undangan.[3]

Mekanisme Terjadinya Oksigen Terlarut

Di dalam air, oksigen memainkan peranan dalam menguraikan komponen-komponen kimia menjadi komponen yang lebih sederhana. Oksigen memiliki kemampuan untuk beroksidadengan zat pencemar seperti komponen organik sehingga zat pencemar tersebut tidak membahayakan. Oksigen juga diperlukan oleh mikroorganisme, baik yang bersifat aerob serta anaerob dalam proses metabolisme. Dengan adanya oksigen dalam air, mikroorganisme semakin giat dalam menguraikan kandungan dalam air.
Komponen Organik + O2 + Nutrien  CO2 + H2O + Sell Baru + Nutrien + Energi
Reaksi yang terjadi dalam penguraian tersebut adalah jika reaksi penguraian komponen kimia dalam air terus berlaku, maka kadar oksigen pun akan menurun. Pada klimaksnya, oksigen yang tersedia tidak cukup untuk menguraikan komponen kimia tersebut. Keadaan yang demikian merupakan pencemaran berat pada air.[4]

C.           Penyebab Deoksigenasi

Penurunan jumlah oksigen terlarut dalam lautan akibat perubahan iklim sudah dapat dilihat dibeberapa bagian dunia. Kehilangan oksigen dilaut adalah salah satu efek samping yang serius dari suasana pemanasan dan ancaman besar bagi kehidupan laut. Seluruh laut dari kedalaman ke dangkal mendapat pasokan oksigen dari permukaan, baik secara langsung dari atmosfer atau dari fitoplankton yang melepaskan oksigen  ke dalam air melalui fotosintesis. Pemanasan permukaan air dapat menyerap oksigen, sehingga laut akan mengalami kekurangan oksigen dan menyebabkan gangguan ekosistem yang berada dilaut tersebut.
Pada hakikatnya deoksigenasi disebabkan oleh terjadinya eutrofikasi. Eutrofikasi dapat dikarenakan beberapa hal di antaranya karena ulah manusia yang tidak ramah terhadap lingkungan. Hampir 90% disebabkan oleh aktivitas manusia di bidang pertanian. Para petani biasanya menggunakan pestisida atau insektisida untuk memberantas hama tanaman agar tanaman tidak rusak. Akan tetapi botol – botol bekas pestisida itu dibuang secara sembarangan baik di sekitar lahan pertanian atau daerah irigasi. Hal inilah yang mengakibatkan pestisida dapat berada di tempat lain yang jauh dari area pertanian karena mengikuti aliran air hingga sampai ke sungai – sungai atau danau di sekitarnya.
Emisi nutrien dari pertanian merupakan penyebab utama eutrofikasi di berbagai belahan dunia. Rembesan phospor selain dari areal pertanian juga datang dari peternakan, dan pemukiman atau rumah tangga. Akumulasi phospor dalam tanah terjadi saat sejumlah besar kompos dan pakan ternak digunakan secara besar-besaran untuk mengatur prosduksi ternak hewan (Sharplyetal, 1994). Menurut Morse et. al. (1993) sumber fosfor penyebab eutrofikasi 10 % berasal dari proses alamiah di lingkungan air itu sendiri (background source), 7 % dari industri, 11 % dari detergen, 17 % dari pupuk pertanian, 23 % dari limbah manusia, dan yang terbesar, 32 %, dari limbah peternakan. Paparan statistik di atas menunjukkan bagaimana besarnya jumlah populasi dan beragamnya aktivitas masyarakat modern menjadi penyumbang yang sangat besar bagi lepasnya fosfor ke lingkungan air.
Limbah kotoran ikan dan sisa pakan ikan yang mengandung unsur hara fosfor dan nitrogen akan merangsang pertumbuhan fitoplankton atau alga dan meningkatkan produktivitas perairan. Sebaliknya, dalam keadaan berlebihan akan memicu timbulnya blooming algae yang justru merugikan kehidupan organisme yang ada dalam badan air, termasuk ikan yang dibudidayakan di perairan danau. Penumpukan bahan nutrien ini akan menjadi ancaman kehidupan ikan di badan danau pada saat musim pancaroba. Adanya peningkatan suhu udara, pemanasan sinar matahari, dan tiupan angin kencang akan menyebabkan terjadinya golakan air danau. Hal ini menyebabkan arus naik dari dasar danau yang mengangkat masa air yang mengendap. Masa air yang membawa senyawa beracun dari dasar danau hingga mengakibatkan kandungan oksigen di badan air berkurang. Rendahnya oksigen di air itulah yang menyebabkan kematian ikan secara mendadak.[5]
Kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin rendahnya suhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Pada lapisan permukaan, kadar oksigen akan lebih tinggi, karena adanya proses difusi antara air dengan udara bebas serta adanya proses fotosintesis.  Bertambahnya kedalaman air menyebabkan terjadinya penurunan kadar oksigen terlarut, karena proses fotosintesis semakin berkurang dan kadar oksigen yang ada banyak digunakan untuk pernapasan dan oksidasi bahan–bahan organik dan anorganik. Keadaan oksigen terlarut berlawanan dengan keadaan BOD, semakin tinggi BOD semakin rendah oksigen terlarut. Keperluan organisme terhadap oksigen relatif bervariasi tergantung pada lems, stadium dan aktifitasnya. Kebutuhan oksigen untuk ikan dalam keadaan diam relatif lebih sedikit dibandingkan dengan ikan pada saat bergerak. Kandungan oksigen terlarut (DO) minimum adalah 2 ppm dalam keadaan normal dan tidak tercemar oleh senyawa beracun. Idealnya, kandungan oksigen terlarut dan tidak boleh kurang dari 1,7 ppm selama waktu 8 jam dengan sedikitnya pada tingkat kejenuhan sebesar 70%.[6]

BAB III
PENUTUP

A.           Kesimpulan

Penghilangan oksigen pada bagian dasar perairan lebih banyak disebabkan oleh proses dekomposisi bahan organik yang membutuhkan oksigen terlarut, bahan organik yang diproses oleh manusia disebut dengan bahan organik sintesis. Berkurangnya kadar oksigen yang disebabkan oleh masuknya bahan organik dalam air diantaranya disebabkan oleh karena diterimanya air limbah kedalam perairan. Pemanasan permukaan air dapat menyerap oksigen, sehingga laut akan mengalami kekurangan oksigen dan menyebabkan gangguan ekosistem yang berada dilaut tersebut.

B.            Saran

Penulis menyadari dalam penulisan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat membantu untuk penulisan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. 2004. Kimia Lingkungan. Jakarta: Andi.
Bukhari. 2001. Kimia Lingkungan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
Effendi. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.
Saeni. 1989. Kimia Lingkungan. Bogor: IPB Press.
Soeriatmaja. 1981. Ilmu Lingkungan. Bandung: ITB.



[1] Bukhari, Kimia Lingkungan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, 2001), hlm. 75.
[2] Effendi, Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan, (Yogyakarta: Kanisius, 2003), hlm. 45.
[3] Ibid., hlm. 47.
[4] Saeni, Kimia Lingkungan, (Bogor: IPB Press, 1989), hlm. 82.
[5] Soeriatmaja, Ilmu Lingkungan, (Bandung: ITB, 1981), hlm. 27.
[6] Rukaesih Achmad, Kimia Lingkungan, (Jakarta: Andi, 2004), hlm. 109.

Share with your friends

Give us your opinion

Bijaklah dalam Memberikan Komentar !

Notifikasi
Belum ada notififikasi terbaru.
Done