PERCOBAAN III
I.
Judul
Praktikum :
Jaringan Tubuh Hewan dan Tumbuhan
II.
Tanggal
Praktikum : 01 Mei
2015
III.
Tujuan
Praktikum : Untuk
Mengetahui Bentuk Sel dan
berbagai Sel yang
Menyusun jaringan
Jaringan merupakan sekelompok atau selaput sel yang
mengalami spesialisasi yang sama untuk bersama-sama melakukan suatu fungsi histologi.
Tiap jaringan terdiri atas sel yang mempunyai bentuk, ukuran dan susunan yang
khas. Apabila sel-sel yang berkumpul adalah sel tumbuhan maka disebut jaringan
tumbuhan, begitu pula dengan jaringan hewan. Jika diperiksa di bawah mikroskop
jaringan dari vertebrata yang berbeda-beda dapat dikenali dengan mudah.[1]
Berdasarkan
sifatnya, ada dua macam jaringan yang menyusun tubuh tumbuhan, yaitu jaringan
muda dan jaringan dewasa. Jaringan muda mempunyai sifat membelah, sehingga
mempunyai fungsi menambah panjang akar maupun batang, karena biasanya terdapat
pada bagian ujung. Semua sel yang menyusun tubuh tumbuhan dewasa berasal dari
kegiatan sel-sel jaringan muda.[2]
Jaringan
hewan multiseluler dapat dibagi dalam 6 kelompok besar, masing-masing dengan
beberapa subkelompok. Kelompok ini adalah jaringan-jaringan epitel, pengikat,
otot, darah, saraf dan jaringan reproduksi. Pada jaringan epitel terdiri atas
sel-sel yang membentuk suat lapisan berkesinambungan yang menutupi permukaan
tubuh atau melapisi ruang-ruang di dalam tubuh.[3]
Proses
penarikan air dari jaringan dilakukan menggunakan alkohol dengan konsentrasi
bertingkat mulai 80% - 100% dan dijernihkan dengan silol sebelum ditanam dalam
parifin. Jaringan dalam blok parifin disayat secara serial dengan menggunakan mikrotom.
Dalam penelitian jaringan diwarnai dengan pewarnaan hematoksilineosin (HE) dan
pewarna imunohistokimia. Pewarnaan HE digunakan untuk melihat struktur umum
dari jaringan, sebaran dan kandungan. Lisozim pada kelenjar ludah dideteksi
menggunakan pewarnaan imunohistokimia. Pewarnaan imunohistokimia terhadap
lisozim digunakan dengan menggunakan metode AvidinBiotinComplex
(ABC). Teknik ini memanfaatkan prinsip ikatan antara antigen dan antibodi. [4]
Hasil
analisis menunjukkan bahwa penambahan asam askorbat pada gel miofibril pada
ikan mata besar dapat mempengaruhi daya ikat air (WHC) yang ditentukan
berdasarkan kadar air. Hal ini dapat dibuktikan
sejalan dengan penambahan asam askorbat, maka struktur matrik jaringan
gel miofibril ikan semakin mengecil dan struktur dindingnya akan semakin
menebal. Semakin kecil dan menebalnya struktur matrik jaringan miofibril
memperlihatkan semakin kuat dan kokohnya struktur matrik jaringan pada gel
miofibril ikan tersebut.[5]
V.
Alat
dan Bahan
a.
Alat
No.
|
Alat
|
Fungsi
|
1.
|
Mikroskop
|
Untuk
mengamati mikroorganisme yang tidak dapat diamati secara kasat mata
|
2.
|
Pisau
Silet
|
Untuk menyayat
preparat jaringan tumbuhan
|
3.
|
Kaca
Benda
|
Untuk
meletakkan preparat
|
4.
|
Kaca
Penutup
|
Untuk menutup
preparat di atas kaca benda
|
b.
Bahan
No.
|
Bahan
|
Fungsi
|
1.
|
Aquades
|
Untuk
ditetesi pada preparat
|
2.
|
Batang
cabai
|
Sebagai
preparat
|
3.
|
Batang
ubi kayu
|
Sebagai
preparat
|
4.
|
Tempurung
kelapa
|
Sebagai
preparat
|
VI. Cara Kerja
A.
Jaringan Hewan
a. Disayat setipis mungkin secara memanjang
bagian luar cakar ayam.
b. Diletakkan pada kaca benda dengan
meneteskan aquades, lalu ditutup dengan kaca penutup.
c. Diletakkan pada kaca benda yang lain
sebagian sayap capung atau sayap belalang dan ditutup dengan kaca penutup.
d. Diamati di bawah mikroskop dari
pembesaran lemah sampai pembesaran kuat.
e. Digambar dan diberi keterangan
B.
Jaringan pada Tumbuhan
a. Disayat secara melintang empelur ubi
kayu.
b. Diletakkan di atas kaca benda yang telah
ditetapi dengan aquades lalu ditutup dengan kaca penutup.
c. Diamati di bawah mikroskop, digambar dan
diberi keterangan.
d. Diletakkan tempurung kelapa pada bagian
dalam yang berwarna hitam, diletakkan di atas kaca benda yang telah ditetesi
aquades lalu ditutup dengan kaca penutup.
e. Diamati di bawah mikroskop, digambar dan
diberi keterangan.
VII. Hasil Pengamatan
Gambar : Jaringan Otot polos (Musculus)
Pembesaran : 10x40
|
Keterangan
|
1.
Serat otot polos
2.
Inti serat polos
3.
Fibroblas
4.
Kapiler
5.
Serat otot polos
|
|
Gambar :
Batang cabai (Capsicum annum)
Pembesaran : 10x40
|
Keterangan
|
1.
Epidermis
2.
Floem
3.
Xylem
4.
Empelur
5.
Korteks
6. Penebalan dinding
7.
Sitoplasma
8.
Kambium
|
|
Gambar : Batang Ubi Kayu (Manihotutilisima)
Pembesaran : 4x10
|
Keterangan
|
1. Dinding sel primer
2. Dinding sel sekunder
3. Ruang antarsel
|
|
Gambar : Tempurung Kelapa (Cocosnucifera)
Pembesaran : 10x10
|
Keterangan
|
1. Dinding sel primer
2. Dinding sel sekunder
3. Saluran noktah
4. Noktah
|
VIII. Pembahasan
Berdasarkan
hasil pengamatan diketahui bahwa jaringan adalah sekumpulan sel yaang memiliki
bentuk dan fungsi yang sama. Jaringan-jaringan
yang berbeda dapat bekerja sama untuk suatu fungsi fungsi fisiologi yang
sama membentuk organ. Jaringan terbagi dua, yaitu jaringan hewan dan jaringan
tumbuhan. Jaringan tumbuhan terdiri atas jaringan dasar (parenkim), jaringan
penyokong (kolenkim dan skelerenkim), jaringan pengangkut (xilem dan floem),
dan jaringan pelindung (epidermis). Jaringan hewan terdiri atas jaringan ikat,
jaringan otot, jaringan epitel dan jaringan saraf.
Jaringan
pada tumbuhan yang telah dilakukan pengamatan, yaitujaringan yang terdapat pada
empelur ubi kayu (Manihotutilisima)yangmerupakan
jaringan parenkim. Organel-organel sel yang terlihat pada empelur ubi kayu (Manihotutilisima) yaitu dinding sel dan
sitoplasma. Pada empelur ubi kayu (Manihotutilisima)
juga terdapat ruang antar sel yang berfungsi memisahkan sel yang satu dengan
sel yang lain.Pengamatan jaringan tumbuhan lainnya juga diamati pada pada
batang cabai (Capsicumannum) dan
tempurung kelapa (Cocosnucifera).
Pada batang cabai (Capsicumannum) jaringan
kolenkim dapat teramati yaitu adanya dinding sel dan sitoplasma. Jaringan
kolenkim pada cabai (Capsicumannum) terjadi
penebalan pada dinding sel. Percobaan ini diamati pada pembesaran 10x10 kali.
Kemudian pada tempurung kelapa (Cocosnucifera)
yang diamati di bawah mikroskop dengan pembesaran 40x10 kali terlihat bahwa
jaringan skelerenkim mengandung beberapa organel sel yaitu dinding sel, noktah
dan saluran noktah (seperti sitoplasma). Ketiga jaringan tumbuhan tersebut
memiliki dua dinding sel yang disebut dengan dinding sel primer dan dinding sel
sekunder. Perbedaan antara jaringan parenkim dan jaringan kolenkim pada ada
tidaknya penebalan dinding sel.
Jaringan
pada hewan yang diamati yaitu jaringan otot polos (Musculus) pada pembesaran 10 x 40 kali. Otot polos memiliki
bagian-bagian seperti inti saraf polos yang terletak di tengah sel otot. Serat
miofibril pada Musculusbersifat
homogen dan lebih kecil dari serabut otot lurik. Otot polos (Musculus) bersifat lambat bereaksi dalam
menerima rangsangan, tetapi terhadap kelelahan, dan bekerja di bawah pengaruh
saraf tak sadar. Bagian lain yang Musculusadalah
tibroblos dan kapiler.
IX.
Kesimpulan
1. Jaringan
terbagi dua, yaitu jaringan tumbuhan dan jaringan hewan.
2. Jaringan
tumbuhan terdiri atas jaringan dasar (parenkim), jaringan penyokong (kolenkim
dan skelerenkim), jaringan pengangkut (xilem dan floem), dan jaringan pelindung
(epidermis).
3. Jaringan
hewan terdiri atas jaringan ikat, jaringan otot, jaringan epitel dan jaringan
saraf.
4. Jaringan
tumbuhan pada empelur ubi kayu (Manihotutilisima)
terdapat jaringan parenkim, pada tempurung kelapa (Cocosnucifera) terdapat jaringan skelerenkim dan batang cabai (Capsicumannum) terdapatjaringan
kolenkim.
5. Jaringan
kolenkim tersusun oleh selulosa dan peptin dan dindingnya telah mengalami
penebalan.
[1]Ville, dkk. Zoologi Umum, (Jakarta : Erlangga : 1998) h. 59.
[2]Ibid
[3]IssirepSumardi dan Agus
Pudjoarianto, Struktur dan Perkembangan
Tumbuhan, (Yogyakarta : Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada, 1992)
h.27.
[4] I Ketut MuditeAdyyane, dkk. “Sel
Penghasil lisozim pada kelenjar ludah sapi dengan teknik Imunohistokimia”. “Jurnal Kedokteran Hewan” ; (Online) Vol
8 No.2, Maret 2007, www.fkh.unud.ac.id , diakses pada tanggal 28 April 2015, h.
11.
[5]Achman Subagio, dkk. “Pengaruh
Asam Askorbat terhadap Pembentukan Gel Miofibril Ikan Besar”, “Jurnal Teknologi dan Industri Pangan” ;
(Online), Vol. XVI No. 2 (2005), http://download.portalgaruda.org, diakses pada
tanggal 28 Apri 2015, h. 128-129.